Aku mengerutkan kening, merasa kurang nyaman.Aku memang tidak begitu menyukai Cindy, bukan hanya karena dia adalah orang yang sangat disukai oleh Zayn, tetapi juga karena dia terlalu menunjukkan kehangatan.Pokoknya, bergaul dengannya membuat orang merasa agak tidak nyaman.Cindy datang dengan senyum cerah."Eh, Nona Audrey, kebetulan sekali."Alfie mendengar suara itu dan segera menoleh.Cindy tampak cantik dan manis, pakaiannya juga modis.Alfie melihatnya, matanya hampir bersinar, lalu bertanya padaku, "Audrey, ini temanmu, ya?""Benar, aku dan Nona Audrey teman."Belum sempat aku berbicara, Cindy langsung tersenyum pada Alfie.Alfie langsung terkejut dan berkata padaku, "Audrey, ternyata kamu punya teman seperti ini, Nona ini terlihat sangat berkelas, seperti putri dari keluarga kaya."Aku tidak menggubris Alfie yang terkejut, lalu menatap Cindy dengan datar dan bertanya, "Ada apa?""Oh, tidak ada apa-apa, cuma saja kebetulan kita bertemu, jadi aku yang traktir makan. Kalian mau m
Alfie juga tidak peduli lagi dengan aku, dia berkata pada pelayan, "Aku mau satu porsi kepiting raja ini, dan ...."Alfie berbicara sambil cepat-cepat membalik menu ke belakang.Aku panik, dia benar-benar ingin pesan anggur merah yang lima puluh juta itu.Aku buru-buru menahan menu itu, berkata pada pelayan, "Kepiting raja tidak usah, kita pesan ulang.""Audrey!" Alfie melihatku dengan kesal.Saat itu, pandangan pelayan padaku sudah sedikit meremehkan.Cindy tersenyum tipis, berkata pada pelayan, "Tidak apa-apa, kepiting raja tetap pesan, kalian boleh pergi dan persiapkan dulu.""Baik, silakan tunggu sebentar."Setelah pelayan pergi, Alfie baru bisa menarik napas lega, seolah-olah dia khawatir aku akan batalkan pesanan kepiting raja itu lagi.Cindy memandangku, dengan nada seolah-olah menunjukkan belas kasihan, dia berkata, "Benar-benar tidak masalah, Nona Audrey, kepiting raja ini, aku dan Kak Zayn sudah hampir muntah karena terlalu sering makan.""Kebetulan kita bertemu hari ini, Kak
Aku buru-buru menundukkan pandanganku, hatiku kacau sekali.Sekarang Zayn sudah tahu aku ada di desa kota ini, kalau dia mau menyelidiki, dia pasti bisa dengan cepat mengetahui alamat dan pekerjaan yang sedang aku jalani.Apakah dia akan melepaskan diriku?Jika dia berniat membalas dendam, aku bukan hanya tidak bisa melanjutkan pekerjaanku, bahkan ke tempat tinggalku yang kecil pun mungkin tidak bisa aku kembali lagi.Sungguh menjengkelkan!Kehidupan dan pekerjaanku akhirnya bisa sedikit stabil, kenapa harus bertemu dengan dia?Dia juga aneh, lingkungan yang begitu bagus di pusat kota malah tidak tinggal di sana. Kenapa sebaliknya membawa Cindy ke desa kota ini?Aku sedang bingung memikirkannya.Alfie tiba-tiba berkata padaku, "Audrey, aku sudah pesan beberapa hidangan lagi, seperti daging sapi pedas, katak pedas. Selain itu, juga ada satu porsi ikan abalon dan hidangan laut, karena ada yang traktir, makan yang banyak, ya."Mendengar kata-kata Alfie, hatiku makin jengkel.Aku sama seka
Zayn dengan santai bersandar di kursinya, tersenyum sinis memandangku, seolah-olah menunggu jawabanku.Aku melontarkan tatapan yang dalam, berdiri dan berjalan ke arah mereka.Aku memandang Cindy dan berkata dengan nada dingin, "Pertama, Alfie bukan pacarku.""Kedua, kami orang biasa memang begini, jelas tidak sebanding dengan kamu, Nona Cindy yang begitu mulia.""Jadi, Nona Cindy, kalau bertemu aku lagi, sebaiknya jangan sapa aku, supaya tidak merendahkan derajatmu."Cindy langsung terlihat sangat kecewa, "Nona Audrey, aku cuma heran dengan pilihanmu, kenapa kamu sampai bilang begitu.""Tapi, bagaimanapun, kita tetap teman, apalagi kamu dan Kak Zayn punya hubungan itu ....""Hubungan apa?"Aku mulai marah, sebenarnya aku sudah sangat kesal bertemu mereka, dan Cindy malah terus-menerus mengejekku.Aku menatap Cindy dan berkata dengan jelas, "Aku dan Kak Zayn sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, jadi ...."Belum selesai bicara, Zayn tiba-tiba berdiri.Dia terlihat agak marah, kursi
Aku terkejut dan duduk tegak, mengira aku salah dengar.Beberapa detik berlalu, ketukan pintu terdengar lagi.Aku mengerutkan kening, berdiri dan berjalan ke pintu, "Siapa?"Tidak ada jawaban dari luar.Perasaan tidak enak segera melanda hatiku.Jika itu kakakku atau Alfie, mereka pasti akan langsung menjawab begitu aku bertanya.Namun, orang di luar itu diam saja.Jangan-jangan itu Zayn?Hatiku mulai panik, dan aku bertanya lagi dengan suara tegang, "Siapa? Kalau tidak bicara, aku tidak akan buka pintu!"Masih tidak ada jawaban dari luar.Aku mengerutkan kening dan menekankan, "Kalau tidak bicara, aku benar-benar tidak akan buka pintu."Lama sekali, akhirnya terdengar suara dari luar.Dingin dan dalam, "Buka pintu!"Dengan nada yang penuh perintah, membuatku terkejut.Benar-benar suara Zayn!Ternyata aku meremehkan kekuasaannya, baru dua jam lebih, dia sudah menemukan tempat tinggalku.Lalu, ke mana aku bisa lari?Aku menempelkan tubuhku ke pintu, merasa panik dan bingung.Dia datang
Namun, setiap kali aku mundur, dia mengikuti satu langkah.Akhirnya, aku terpojok di sudut dinding.Dia menopang dinding, mengurungku di antara dirinya dan dinding, matanya yang gelap menatapku tanpa berkedip.Aku panik dan mengalihkan pandangan, bertanya, "Kamu sebenarnya mau apa?"Tadi di toilet restoran, aku sudah jelas-jelas bilang padanya, aku tidak mungkin kembali bersamanya.Lalu, dia sebenarnya ingin apa?Zayn memandangku dari atas, napas hangatnya terasa di wajahku.Hatiku panik dan berdebar, aku membungkuk hendak melarikan diri.Namun, lengannya meluncur ke bawah dan menghalangiku lagi.Aku kesal memandangnya, "Zayn ...."Zayn tersenyum tipis, aku tidak tahu, apakah itu perasaanku saja, tetapi di matanya yang gelap seperti ada kilatan terluka.Namun, melihat ekspresi dingin dan ejekan di wajahnya, aku merasa aku hanya berlebihan.Zayn berkata padaku, "Kamu lebih pilih tinggal di tempat seperti ini daripada ikut aku ke vila?""Ya!"Aku menjawab dengan tegas.Baik untuk diriku
Saat merasakan sentuhannya di dadaku, aku terpekik dan buru-buru memeluk tangannya.Aku sangat panik sampai suaraku berubah, "Zayn, a ... apa yang kamu lakukan? Bukankah barusan kamu bilang kamu ti ... tidak begitu tertarik?"Tepat pada saat ini ada orang yang mengetuk pintuku lagi.Diikuti oleh teriakan Alfie, "Audrey, buka pintunya. Ini aku, Alfie."Kepalaku pusing, mengapa Alfie datang lagi?Aku menatap Zayn yang menatapku sambil terkekeh dan kobaran amarah tiba-tiba muncul di matanya yang dingin.Dia melepaskan tanganku dan sengaja mengerahkan tenaga pada jarinya.Aku memelototinya dengan marah.Sebagai balasannya, dia mengejek dengan nada jenaka.Alfie masih berteriak di luar pintu, "Audrey, tolong buka pintunya. Aku dan ibuku tidak bisa menghabiskan kepitingnya. Besok pasti membusuk, jadi aku membawakannya untukmu. Kamu makanlah. Ini sangat mahal, jangan sampai mubazir."Zayn mengatupkan bibirnya dan terkekeh di telingaku, "Lihat, inilah pria yang kamu minati. Dia memberimu sisa
Demi kesehatan bayi dalam perutku, aku terpaksa mengatakan ini meskipun aku takut padanya.Zayn tersenyum.Dia membuang rokoknya ke tempat sampah di sebelah, kemudian bersandar di sandaran sofa dan menatapku sambil terkekeh, "Kamu suka dengan pria tadi karena dia tidak merokok, 'kan?"Aku, "..."Imajinasi pria ini sungguh luar biasa.Aku berkata dengan serius, "Zayn, percaya atau tidak, Alfie cuma rekan kerjaku. Rekan kerja! Tolong berhenti membuat tebakan tentang aku dan dia seperti ini!""Rekan kerja?"Zayn menelan dua kata ini dan meletakkan tangannya di belakang sofa sambil mengetuk dengan santai.Sulit bagiku untuk tidur dengan adanya dia di sini.Aku bertanya lagi kepadanya, "Sebenarnya apa maumu datang mencariku malam ini?"Dia menatap malam di luar jendela dan berkata setelah beberapa saat, "Gelang yang diberikan nenekku padamu ....""Gelang itu sudah kuperbaiki. Meski ada retakan, sama sekali tidak terlihat dengan mata telanjang.""Tolong bantu aku kembalikan kepada nenek. Aku
"Ya, aku belum selesai menangani beberapa hal, jadi aku bekerja beberapa menit lebih lama.""Saat aku pergi, semua orang sudah pergi kecuali Cindy.""Aku sempat merasa penasaran kenapa dia belum pergi, tapi dia bilang dia sedang menunggu Pak Zayn untuk menjemputnya."Setelah mendengar ini, aku mulai memahami apa yang terjadi.Aku melirik ke arah kamera pengawas di atas kepalaku. Aku pun mengambil laporan yang salah, lalu pergi ke ruang kamera pengawas.Ruang kamera pengawas ada di lantai 8, satu lantai dengan departemen media.Aku menunjukkan kartu identitasku kepada mereka, mengatakan bahwa aku kehilangan barang penting dan ingin memeriksa rekaman kamera pengawas. Selain itu, aku juga cukup melihat rekaman di sekitar meja kerjaku saja.Orang-orang di ruang kamera pengawas sangat baik. Mereka segera memperlihatkan rekaman dari waktu pulang kemarin.Tak lama kemudian, aku melihat Cindy duduk di meja kerjaku, lalu membuka komputerku ....Dengan bukti ini saja, sudah cukup untuk membuktik
Zayn tidak menjawab pertanyaan itu, hanya menatapku dengan tatapan tajam. Matanya penuh dengan ejekan.Sebenarnya, dia tidak perlu menjawab. Tatapan sinis itu sudah memberi jawaban yang jelas kepada semua orang.Begitu dia masuk ke ruang CEO, tawa ejekan langsung terdengar di seluruh kantor."Aku sudah bilang, bagaimana mungkin semalam Pak Zayn akan bersama wanita ini?""Benar-benar memuakkan. Dia membanggakan diri tanpa berpikir panjang."Pada saat itu, Cindy juga tampak sangat puas.Aku hanya menghela napas, menundukkan kepala, lalu melanjutkan pekerjaanku.Amel bergegas menghampiriku, lalu bertanya, "Kenapa kamu tidak membantah?""Bagaimana aku bisa membantah? Semalam, Pak Zayn memang tidak bersamaku.""Tapi bukankah kamu bilang semalam Pak Zayn ada di restoran untuk membicarakan urusan bisnis? Karena kamu tahu, pasti kamu ....""Aku hanya kebetulan melihatnya saja.""Ah? Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal? Aku sudah membual."Aku tertawa kecil. "Apa kamu memberiku waktu unt
Aku menggosok-gosokkan tanganku, merasakan udara malam yang dingin.Untungnya, pemilik kedai dengan cepat menghidangkan semangkuk mi daging sapiku.Aku segera mengambil sesendok mi, bersiap memasukkannya ke dalam mulut. Namun, di antara uap panas yang mengepul, aku seolah-olah melihat Zayn lagi.Aku buru-buru meniupkan uap panas yang menutupi, menggosok mataku untuk memastikan.Namun, di gang kecil di seberangku, tidak ada seorang pun.Benar juga. Kalau Zayn tidak sedang makan Restoran Handira bersama staf departemen sekretaris, pasti dia sedang berada di restoran untuk urusan bisnis.Bagaimana mungkin dia bisa muncul di sini?Sepertinya aku terlalu lelah belakangan ini, sampai-sampai berhalusinasi dan merasa ada Zayn di mana-mana.Aku buru-buru menghabiskan mi, lalu berencana segera pulang untuk tidur nyenyak.Keesokan harinya, begitu aku tiba di kantor, Amel langsung menarikku untuk bergosip."Audrey, semalam Pak Zayn tidak pergi ke Restoran Handira. Apa dia bersamamu?""Hah? Dia tid
Ternyata telepon itu dari kakakku.Aku segera menjawabnya.Begitu tersambung, suara penuh penyesalan kakakku langsung terdengar, "Audrey, maaf sekali, Sella tiba-tiba ada urusan mendadak, jadi dia tidak bisa datang ....""Oh." Aku sedikit terpaku, lalu bertanya, "Kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal? Aku sudah menunggu kalian di sini hampir dua jam.""Maaf, Audrey. Dia baru saja meneleponku, katanya ada masalah mendesak di rumah.""Dia juga memintaku untuk menyampaikan permintaan maaf padamu.""Audrey, kamu jangan marah, ya. Jangan salahkan dia. Sella itu adalah orang yang baik. Dia sangat menyesal tidak bisa datang, bahkan tadi dia sampai menangis di telepon.""Benarkah?" tanyaku dengan nada tenang.Kakakku terdengar cemas ketika berujar, "Benar, Audrey. Sella sama sekali tidak sengaja membatalkan janji ini. Tolong jangan marah padanya, ya? Anggap saja Kakak memohon padamu."Sepertinya kakakku benar-benar menyukai gadis bernama Sella itu.Aku tersenyum simpul, menengadahkan kepa
"Benar sekali, kenapa dia selalu membuat keributan?""Aku rasa dia memang berhati buruk, sengaja membuat marah Pak Zayn, supaya akhirnya kita semua tidak jadi makan di Restoran Handira.""Dia benar-benar memuakkan! Hatinya terlalu busuk!"Serangkaian hinaan yang menyakitkan terdengar, membuatku mengepalkan tangan di sisi tubuhku. Aku yang tidak tahan lagi, langsung membalas, "Kalau kalian mau makan, silakan saja, kenapa harus mengurusiku?""Kenapa? Hanya karena Pak Zayn mentraktir, apa aku harus ikut? Apa aku tidak boleh punya urusan pribadi?""Lagi pula, kalau kalian mau menjilat Cindy, lakukan saja. Jangan libatkan aku dalam semua ini. Sungguh memuakkan. Hanya bisa memuji orang yang di atas, sementara menginjak orang yang di bawah. Memuakkan!""Heh, bagaimana bisa kamu mengatakan itu?""Benar sekali. Kami hanya mengatakan fakta. Kamu memang suka membuat masalah. Kamu juga tidak sebanding dengan Kak Cindy.""Betul sekali. Tidak heran Pak Zayn ingin menceraikanmu. Dengan sikap seperti
Pada saat itu, Cindy tiba-tiba bertepuk tangan sambil berkata, "Semua, tolong diam sebentar."Karena dia selalu muncul bersama Zayn setiap hari, semua orang tanpa sadar memperlakukannya seperti calon istri Zayn.Begitu dia berbicara, suasana kantor langsung menjadi hening.Cindy mengambil beberapa tas tangan besar dari atas meja, lalu berkata, "Kali ini aku menemani Zayn ke Kota Yuma untuk perjalanan dinas. Aku sengaja membawakan beberapa hadiah kecil untuk kalian. Silakan ambil dan bagikan.""Wah, terima kasih, Kak Cindy! Terima kasih, calon istri CEO!""Kak Cindy memang baik hati. Bahkan dalam perjalanan dinas masih ingat membawakan hadiah untuk kami.""Ya, tidak seperti orang lain yang bahkan tidak berpikir melakukan hal seperti ini. Kak Cindy memang yang terbaik, calon istri CEO jelas adalah Kak Cindy."...Amel melirikku, lalu mendekatkan wajahnya ke telingaku sambil berbisik, "Kenapa kamu tidak berpikir membawa hadiah untuk semua orang?"Aku tertawa kecil sambil bertanya, "Kenapa
Cindy mendengus puas ke arahku, lalu pergi mengikuti Zayn.Aku menyeringai sinis. Aku benar-benar tidak tahu apa yang membuat wanita ini merasa begitu puas.Wanita ini hanya memiliki rambut panjang, tetapi sayangnya pengetahuan pendek. Aktingnya berlebihan, terlalu dibuat-buat, hanya wajahnya saja yang bisa diterima.Kalau saja bukan karena Zayn memanjakannya, dia pasti sudah berulang kali dihajar kerasnya dunia.Aku benar-benar tidak mengerti apa yang dilihat Zayn darinya.Jika saja Zayn menyukai wanita yang luar biasa hebat, mungkin aku tidak akan merasa sesakit ini.Masalahnya adalah, siapa sebenarnya Cindy ini?Apa aku benar-benar kalah dari wanita seperti dia? Memikirkannya saja sudah membuatku kesal!Aku menghela napas, meraih tasku, lalu berjalan keluar dari kabin pesawat.Ketika berjalan menuju pintu keluar bandara, aku terkejut ketika melihat Zayn dan Cindy masih ada di sana, sepertinya sedang menunggu seseorang."Mungkin mereka sedang menunggu Henry," pikirku.Aku menundukkan
Aroma yang tidak asing, tetapi dingin, langsung menyergapku.Aku segera memegang lengannya untuk berdiri tegak, lalu mundur dua langkah, menjaga jarak darinya.Zayn melirikku dengan tatapan dingin sebelum masuk ke kamar kecil.Aku menggigit bibir keringku, lalu kembali ke tempat duduk.Baru saja duduk, Zayn keluar lagi, tetapi dia hanya pergi ke kamar kecil untuk mengambil air agar Cindy bisa berkumur.Seketika, perasaan sinis menyelinap dalam hatiku.Baru saja aku sempat berpikir, apakah pria ini punya niat baik untuk memeriksa keadaanku di kamar kecil.Namun, ternyata dia hanya peduli pada Cindy.Aku memalingkan tubuh, memegangi perutku yang terasa tidak nyaman, hanya bisa berdoa dalam hati agar pesawat segera mendarat.Aku tidak ingin berada di sekitar mereka lebih lama lagi.Tepat pada saat itu, seorang pramugari datang menghampiri."Halo, ini obat mabuk udara yang kamu minta."Zayn melirikku sekilas. "Berikan padanya."Aku mengerutkan kening karena aku tidak pernah meminta obat ma
Dasar Henry sialan, kata-katanya tidak bisa dipegang!Zayn menyipitkan matanya setengah, menatapku dengan tatapan dingin serta penuh ejekan di wajahnya.Aku merasa kesal, memalingkan pandangan darinya, tetapi malah bertemu dengan wajah menjengkelkan Cindy lagi.Aku meletakkan majalah di wajahku sambil berpikir bahwa perjalanan ini akan sangat sulit.Untungnya, setelah pesawat lepas landas, laju penerbangan yang stabil membuatku cukup mengantuk.Tanpa sadar, aku tertidur di kursi.Tidurku sebenarnya cukup nyenyak, tetapi suara lembut Cindy terus terdengar, menusuk telingaku dan mengganggu tidurku."Kak Zayn, aku merasa tidak nyaman, seperti mabuk udara ....""Di sebelahmu ada teh, minumlah sedikit.""Kak Zayn, dingin sekali di sini. Kenapa di sini sedingin ini?""Ini ada selimut, aku akan menyelimutimu.""Kak Zayn, aku takut ketinggian. Aku jarang sekali naik pesawat. Aku ... aku takut sekali ....""Tidak apa-apa, aku ada di sini.""Kak Zayn ...."Astaga! Menyebalkan sekali!Tidur pun j