Aku langsung ketakutan.Suara dan tawa ini!Zayn?Nasib buruk apa yang aku alami sehingga aku bisa bertemu Zayn di mana-mana?Kali ini semuanya benar-benar akan berakhir.Zayn berdiri tidak jauh dari situ dengan setelan jas indah yang terlihat sangat bermartabat.Hanya tatapan di matanya yang menunjukkan tekanan yang menakutkan.Terlihat jelas Zayn dulunya terlihat rendah diri, tetapi sekarang memancarkan kekuatan yang mendominasi, membuat orang takut untuk menyinggung perasaannya.Aku menghela napas lagi, perubahan pada pria ini begitu besar, seperti ada yang menggantikan tubuhnya.Dorin dulunya paling tidak menyukai Zayn dan akan selalu marah ketika membicarakan Zayn.Namun saat ini, mungkin karena sangat terkejut dengan keagungan Zayn sehingga Dorin tidak mengucapkan sepatah kata pun.Yosef tertawa, "Kak, bukankah kamu di rumah sakit?"Eh?Zayn pergi ke rumah sakit? Apa Zayn terluka?Aku melihat Zayn dari atas ke bawah, tidak ada luka di mana pun.Kalau dipikir-pikir, malam hari Zay
Ketika suasana sedang tegang, Yosef tiba-tiba berkata kepada Zayn, "Katakan padaku, berapa banyak uang yang kamu berikan pada mereka? Kalau aku tidak pulang terlambat, kamu tidak akan perlu membantunya!""Benarkah?" Zayn mencibir, "Kamu juga tidak akan punya kesempatan membantunya!""Belum pasti." Yosef berkata dengan tegas, "Kalau aku berada di negara ini, Audrey pasti akan mendatangiku terlebih dahulu."Meminta bantuan Yosef?Tidak tahu.Pertanyaan ini tidak pernah memiliki jawaban pasti.Raut wajah Zayn sedikit lebih muram dari sebelumnya.Jari-jarinya yang ramping mengetuk tepi meja berulang kali, tampak biasa saja, tetapi sebenarnya menunjukkan aura yang sangat dingin.Suasana menjadi semakin mencekam dan menyesakkan.Dengan suara ketukannya, jantungku pun melonjak naik turun.Mau tidak mau aku memeluk lengannya dan tersenyum datar padanya. "Apa kamu sudah makan? Bagaimana kalau kita pulang? Aku sudah memasak untukmu hari ini."Zayn menatapku tanpa ekspresi di wajahnya, tapi nadan
"Aku mau pergi setelah selesai merokok."Zayn tidak pernah merokok di depanku sebelumnya.Sekarang aku selalu melihatnya merokok, itu membuktikan bahwa dia adalah seorang perokok berat.Zayn bisa menahan emosi dan keinginannya, tapi aku sangat penasaran bagaimana bisa menahan kecanduannya pada rokok.Zayn bersandar di kursinya, tangan yang memegang rokok bertumpu ringan di kemudi.Tatapannya melihat ke depan dengan postur malas, lingkaran asap keluar dari bibir tipisnya. Zayn terlihat seksi dan menawan.Aku tersedak oleh pikiranku sendiri. Saat aku hendak membuang muka, suara dinginnya tiba-tiba terdengar ...."Turun!"Hatiku bergetar sambil memandangnya dengan ketakutan.Zayn tidak menatapku, raut wajahnya masih terlihat dingin."Siapa yang memintamu untuk naik? Turun!"Ah ... ini ....Aku benar-benar berpikir Zayn belum pergi karena sedang menungguku. Aku pikir kata-katanya barusan adalah sebuah alasan.Lagi pula, bisa mengemudi sambil merokok, 'kan?Aku tidak berkata apa-apa, membuk
Namun, tangannya tidak melepaskan aku sama sekali lalu bertanya padaku dengan kejam, "Kalau Yosef ada di negara ini, apa kamu benar-benar akan pergi kepadanya untuk membantu keluargamu melunasi hutang mereka dan kemudian menjadi wanitanya?""Tidak akan!"Entah aku akan pergi ke Yosef atau tidak pada saat itu, aku harus menjawab 'tidak'!Aku pikir jawabanku akan sedikit menyenangkan hatinya dan membebaskan daguku dari jemarinya.Namun, aku tidak menyangka Zayn tiba-tiba membentakku dengan marah, "Audrey, menurutmu dia benar-benar menyukaimu? Dia hanya mendekatimu karena ....""Cukup!"Menyebalkan sekali!Salah satu dari mereka berkata bahwa Zayn punya wanita yang disukai dan tidak menyukaiku.Yang lain mengatakan bahwa Yosef tidak terlalu menyukaiku dan punya tujuan lain untuk dekat denganku.Kenapa?Apa aku benar-benar tidak pantas mendapatkan cinta sejati? Apa aku pantas menjadi orang yang dipermainkan?Zayn menatapku dengan lama, lalu tiba-tiba tertawa.Senyumannya sama menakutkannya
Begitu masuk, aku langsung melihat ayahku terbaring di atas ranjang dengan tubuh penuh luka.Ekspresiku berubah dan aku bertanya dengan marah, "Apa yang terjadi? Siapa yang memukulnya?"Ibuku hanya menangis tanpa berkata apa-apa.Aku akhirnya bertanya pada ayahku apa yang sebenarnya terjadi.Ayahku merintih kesakitan di atas ranjang, tapi tidak berkata apa-apa.Aku menggeram dengan marah, "Katakan, siapa yang memukulmu? Apa ini balas dendam lama?"Aku bisa merasakan mataku mulai memerah karena marah.Barulah ibuku berkata sambil terisak, "Sebenarnya ini salah ayahmu juga, dia suka berjudi.""Apa?" Aku menatap ayahku dengan tidak percaya, "Kamu berjudi? Bukankah kamu selalu bilang judi itu bisa menghancurkan hidup seseorang? Kenapa kamu malah berjudi?""Aku hanya ingin menang sedikit uang untuk memperbaiki keadaan," kata ayahku dengan nada kesal, "Siapa sangka aku akan begitu sial? Pasti mereka curang."Aku sejenak terdiam karena sangat marah hingga tidak tahu harus berkata apa."Lalu b
Mungkin dalam waktu dekat, kabar bahwa aku diselingkuhi oleh Zayn akan tersebar luas.Saat itu, aku yang dulunya adalah putri dari keluarga kaya akan sepenuhnya menjadi bahan olokan dalam percakapan orang-orang.Ayah dan Ibuku dengan ragu terus bertanya apakah benar aku sudah bercerai dengan Zayn.Setelah mendengar jawabanku yang pasti, Ayah langsung memaki-maki leluhur Zayn.Kakakku hanya mendengus dingin dari samping, "Dia sudah melunasi utang keluarga kita dan bahkan memberimu 20 miliar. Kamu masih mau apa lagi? Coba pikirkan bagaimana kita dulu memperlakukannya. Dia sudah cukup baik dengan melakukan semua itu.""Tapi tetap saja, dia tidak seharusnya meninggalkan Audrey begitu saja setelah sukses." Ibuku berkata dengan tidak puas.Aku menghela napas dan berkata, "Kenapa tidak? Dia tidak mencintaiku dan juga tidak berutang apa-apa padaku. Bukankah meninggalkanku hal yang wajar?"Ibuku terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.Saat itulah ayahku mulai panik dan berkata dengan cemas kepa
Tulisan "Festival Tari" langsung menarik perhatianku.Secara refleks, aku memungut selebaran tersebut.Tulisan "Hadiah 6 miliar" langsung mengangkat semangatku.Aku buru-buru membaca lebih lanjut.Ternyata, beberapa hotel internasional bekerja sama mengadakan festival tari ini.Setelah acara selesai akan ada pemungutan suara di tempat untuk memilih penari terbaik lalu akan mendapatkan hadiah sebesar 6 miliar.Aku langsung tertarik saat melihat detailnya.Jika aku bisa memenangkan hadiah 6 miliar itu, bukankah utang judi ayahku bisa terbayar hampir setengahnya?Aku kembali melihat waktu pendaftaran yang ternyata berakhir tengah malam ini.Sekarang sudah lewat pukul delapan malam.Aku buru-buru mengecek alamatnya, untung saja letaknya tidak jauh dari sini.Aku tiba di depan sebuah hotel mewah saat mengikuti petunjuknya.Baru saja masuk ke lobi, aku melihat sosok punggung yang familiar.Itu Zayn!Sungguh, aku tidak tahu apakah aku dan pria ini ditakdirkan untuk selalu bertemu.Rasanya ke
Henry menyilangkan tangan di dada dan tersenyum, "Hotel ini milik keluargaku dan festival tari ini juga diadakan oleh kami, beberapa saudara, untuk mengisi waktu luang. Kami hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat wanita-wanita cantik. Jadi, siapa pun yang bisa ikut acara ini haruslah wanita cantik dengan penampilan sempurna.Tentunya kami sendiri yang akan mengawasi proses pendaftarannya. Tim HRD itu terlalu serius dan formal, mereka tidak punya selera estetik. Audrey kecilku, kamu setuju, 'kan?"Ah, dasar!Siapa yang jadi Audrey kecilnya.Pria ini kenapa seperti gelandangan kelas bawah.Aku mencemoohnya dalam hati, tetapi di wajahku tetap tersenyum manis dan berkata, "Jadi, bagaimana menurut kalian? Apakah aku bisa ikut dalam acara ini?"Henry mengusap dagunya, memandangiku dari atas ke bawah, lalu mengangguk, "Hmm, penampilan dan tubuhmu sempurna. Hanya saja ...."Hanya saja apa? tanyaku buru-buru.Henry menghela napas panjang dan berkata, "Hanya saja aku khawatir Zayn
"Jadi ... apa yang kamu katakan barusan, berarti kamu ... suka aku?"Aku mencengkeram selimut erat-erat, dan pada saat dia berbalik, aku tanpa sadar bertanya.Sebenarnya, begitu pertanyaan itu keluar, aku langsung menyesalinya.Pertanyaan ini, yang tadi terus dia desak, aku selalu menghindarinya. Sudah bertekad untuk tidak menanyakannya.Ironisnya, dalam situasi seperti ini, pertanyaan itu justru keluar dengan begitu mudahnya.Pada akhirnya, hatiku masih belum cukup teguh, bukan begitu?Tubuh Zayn tampak terdiam sejenak.Dia tidak berbalik, suaranya yang dingin disertai sedikit ejekan terdengar, "Suka kamu? Apa itu mungkin?"Setelah dia mengatakan itu, dia pergi, langkah kakinya tanpa sedikit pun keraguan.Pintu luar ditutup olehnya dengan keras, menghasilkan suara yang cukup keras.Aku menundukkan kepala, tersenyum pahit dengan rasa sedih.Jadi, pertanyaan itu memang seharusnya tidak dilontarkan, 'kan?Mengingat bagaimana dia pergi dengan penuh emosi, aku mentertawakan diri sendiri. N
"Kenapa tidak bertanya?"Tangannya makin berlebihan, dengan cerdik memancing sarafku.Pelan-pelan, aku merasa wajahku mulai memanas. Tubuhnya yang tadinya dingin kini terasa seperti membara.Aku yang berada di pelukannya, meskipun saraf tegang, kakiku lemas, hampir tidak mampu berdiri.Aku mencengkeram kerah bajunya, seluruh tubuhku hanya ditopang oleh kekuatan di pinggangku.Dengan susah payah, aku membuka mulut, "Ti ... tidak ada alasan, aku ... aku memang mau tidur."Mata hitamnya yang dalam menatapku lekat-lekat, mendesakku terus-menerus, "Kita bicara dulu baru tidur. Ayo, katakan padaku, apa sebenarnya yang mau kamu tanyakan tadi?"Nada suara berat dan lembut itu, seolah membawa daya tarik tersendiri, menyeret hatiku ke jurang yang makin dalam.Aku melihat ke dalam matanya yang dalam, hatiku terus bergetar.Tubuhku melemah oleh sentuhannya yang lembut.Dengan hampir memohon, aku berkata kepadanya, "Bisakah kamu berhenti seperti ini? Topik tadi, aku benar-benar tidak mau bahas lagi
Dorin kembali berbicara denganku tentang beberapa hal sehari-hari, bahkan menanyakan tentang kondisi bayiku.Saat berbicara tentang bayi, aku perlahan melupakan kebingungan tadi.Aku memberitahukan Dorin bahwa sebelum perutku mulai terlihat besar, aku akan mencari kesempatan untuk meninggalkan Kota Jenara ini.Dia bilang saat itu nanti, filmnya juga sudah selesai, dan dia akan membantuku mencari jalan.Setelah mengobrol dengan Dorin, waktu sudah hampir pukul satu dini hari.Zayn belum juga kembali, atau mungkin, malam ini dia menemani Cindy di rumah sakit.Aku mematikan lampu dan masuk ke dalam selimut.Aku merasakan kasur suite presidensial yang besar dan lembut.Walau begitu, mungkin karena suasana hati yang tidak merasa aman, aku tidur dengan sangat gelisah.Aku terus-menerus terbangun beberapa kali, Dalam selang waktu belasan hingga dua puluh menit, aku selalu terbangun.Aku menghela napas dan mengambil ponsel sambil menggulir layarnya.Setelah sekitar setengah jam, mataku mulai te
Aku terpaku menatap wajah itu, sampai-sampai lupa bernapas.Pria itu mengenakan kostum tradisional. Terlihat alisnya yang tebal melengkung, matanya bersinar tajam, dengan rambut yang diikat tinggi dan dihias mahkota giok.Di bahunya tersampir mantel berbulu rubah, melengkapi wajahnya yang tampan luar biasa. Penampilannya memang memancarkan keanggunan tak tertandingi.Aku tertegun cukup lama sebelum akhirnya mengenali dia sebagai Arya.Melihat aku terpesona, Dorin di sampingku tertawa. "Audrey, kamu ini mata keranjang. Lihat pria tampan saja sampai matamu tidak bisa berpaling."Aku langsung memerah, lalu menatapnya dengan kesal, "Jangan asal bicara. Aku cuma butuh waktu untuk mengenali dia adalah Pak Arya.""Haha, Pak Arya memang tampan baik dalam kostum tradisional maupun pakaian modern. Tidak kalah dengan Zayn-mu, 'kan?"Arya tiba-tiba muncul di panggilan video kami. Suara Dorin masih terdengar di samping, tetapi sosoknya menghilang dari layar.Sekarang, di layar video hanya ada Arya,
"Maaf, Kak Zayn, aku ... aku selalu ganggu kalian. Maaf ...."Cindy berkata sambil air matanya terus mengalir.Tampangnya yang lemah dan menyedihkan itu jelas terlihat tidak dibuat-buat.Zayn terburu-buru menghiburnya, "Jangan berkata begitu. Kamu jatuh sakit, itu juga bukan keinginanmu.""Maaf, Kak Zayn ... ah, sakit sekali, Kak Zayn, dadaku sangat sakit. Apa yang harus kulakukan ...."Cindy menangis, tampak sangat kesakitan.Zayn segera menggendongnya dan berkata dengan suara rendah, "Aku akan bawa kamu ke rumah sakit sekarang."Dia dengan tergesa-gesa menuju pintu lift.Setelah berjalan beberapa langkah, dia berbalik dengan gelisah menatapku, "Tunggu aku kembali."Aku menggigit bibir tanpa berkata apa-apa, tetapi hatiku terasa seperti ditusuk, sangat menyakitkan.Zayn menatapku dalam-dalam, lalu membawa Cindy masuk ke dalam lift.Sampai bayangan mereka menghilang di pintu lift, aku baru bisa memaksakan senyum kaku, dan air mata yang kutahan akhirnya jatuh juga.Saat itu, Henry tiba-
"Zayn, sebenarnya aku ....""Kak Zayn!"Aku baru saja membuka mulut ketika suara lembut nan manis tiba-tiba terdengar dari belakang pria itu.Tubuhku langsung membeku, dan getaran hati yang kurasakan tadi seketika menghilang tanpa jejak.Aku tersenyum pahit pada diriku sendiri.Bagaimana bisa aku lupa kalau ada Cindy?Barusan aku hampir saja kehilangan akal di bawah suara rendah dan lembut Zayn, hampir membuka hati padanya.Zayn tetap menatapku dengan dalam.Aku mendorong dadanya pelan, mengingatkannya dengan suara rendah, "Nona Cindy sudah datang.""Audrey!"Zayn mengerutkan alisnya dan dengan keras kepala berkata, "Jawab dulu pertanyaanku tadi!""Lalu, apa yang mau kamu dengar? Katakan saja."Aku menatapnya.Tatapan kami bertemu. Matanya gelap dan dalam, hingga akhirnya secara perlahan muncul secercah sikap dingin."Apa maksudmu?"Aku menundukkan kepala, berkata datar, "Tidak ada maksud apa-apa. Aku cuma mau bilang, apa pun jawaban yang mau Pak Zayn dengar, itulah yang akan kukatakan
Uh ....Henry berkata dengan kesal, "Baiklah, aku kalah bicara. Aku mau kembali ke kamar untuk tidur."Dia berbalik dan berjalan beberapa langkah, lalu sepertinya teringat sesuatu dan buru-buru menoleh, mengingatkan Zayn, "Jangan lupa belikan aku mantel kulit, ya.""Uangnya sudah aku transfer ke rekeningmu, beli sendiri."Mendengar itu, mata Henry membelalak, lalu segera memeriksa ponselnya.Beberapa saat kemudian, dia tertawa kecil, "Lumayan, lebih banyak dari yang kupikirkan. Nanti aku juga bawakan satu untukmu, ya.""Tidak perlu." Zayn menjawab dingin tanpa ekspresi.Henry melanjutkan, "Kalau begitu, aku bawakan untuk Audrey saja.""Tidak boleh!" Zayn memotong dengan dingin dua kata.Henry memonyongkan bibirnya, "Kalau tidak boleh, ya sudah. Uang lebihnya bisa kupakai beli yang lain."Setelah berkata demikian, dia langsung kabur ke kamarnya sendiri.Begitu Henry pergi, aku merasa suasana di sekitarku jadi agak menekan.Aku memegang tasku dan mundur dua langkah hingga punggungku meny
Aku segera memanggilnya, "Tuan Henry, tunggu sebentar."Henry tertegun sejenak, lalu menoleh ke arahku, "Kenapa, Audrey?""Itu ... kamar aku di mana?"Henry tampak terkejut, "Bukankah ini kamar kamu?"Sambil berbicara, pandangannya jatuh pada tas yang kubawa, dan dia bertanya, "Kamu tidak mau tinggal di kamar ini? Ini adalah satu-satunya kamar suite presidensial yang aku pesan, kamar terbaik di hotel ini.""Tapi, ini kamar Zayn."Henry tertawa kecil, "Kamarnya dia 'kan sama saja dengan kamar kamu? Kalian dulu pasangan suami istri, hal-hal yang harus dilakukan juga sudah dilakukan, kenapa masih dipisah-pisah?"Melihatku mengerutkan kening, dia segera tertawa lagi, "Baiklah, aku tidak canda lagi.""Tapi, aku cuma pesan tiga kamar, kalau kamu tidak tinggal di kamar ini, mau tinggal di mana?""Kalau begitu, aku akan pesan kamar biasa saja."Henry buru-buru menghentikan aku, "Jangan repot-repot, ini hotel terbaik di daerah ini, sudah penuh sejak lama. Aku harus pesan jauh sebelumnya untuk d
Namun meskipun tidak disukai oleh Keluarga Hale sejak masih kecil, Zayn tetaplah Tuan Muda dari Keluarga Hale. Bagaimana bisa terlibat dengan seorang gadis desa?"Ya, dulu Cindy dari pedesaan. Zayn menjemputnya setelah bercerai denganmu."Setelah mendengar ini, aku merasakan kepedihan di hatiku.Terlepas Cindy adalah orang pedesaan atau bukan, Zayn menceraikan aku karena Cindy."Hei, Cindy sebenarnya cukup menyebalkan, sangat lemah bahkan tidak bisa teriak ataupun berbicara.""Pikiran dan perasaannya begitu aneh sehingga aku harus berhati-hati saat berbicara dengannya.""Aku benar-benar tidak tahu kenapa Zayn bersikeras bersikap baik padanya. Audrey, kamu jauh lebih baik darinya. "Henry berkata dengan ekspresi jijik.Aku menahan ketidaknyamanan di hatiku dan berkata sambil tersenyum tipis, "Setiap orang punya daya tarik masing-masing. Mungkin Zayn hanya menyukai yang itu.""Tidak ...." Henry mengerutkan kening dan berkata, "Menurutku Zayn belum tentu menyukai Cindy, tapi tidak bisa di