"Ayah!"Aku menatap ayahku dengan tidak percaya, benar-benar sulit untuk percaya ternyata ayahku akan mengatakan hal seperti itu.Aku adalah putri kandungnya, putri kesayangan yang pernah dia manjakan.Bagaimana dia bisa mengabaikan kehormatanku dan mengatakan hal seperti itu kepada Zayn? Apa bedanya ini dengan mempermalukanku?Akan tetapi, ayahku bersikap seolah tidak mendengar teriakanku. Dia berkata kepada Zayn dengan marah, "Tidak perlu bicarakan yang lain. Meskipun sekarang kamu dan putriku bukan suami istri, kamu juga harus memberikan bayaran untuk tidur dengan putriku. Aku tidak bilang ingin memintanya darimu, pinjam saja bisa, 'kan?"Aku sangat marah hingga seluruh tubuhku menggigil setelah mendengar ucapan ayahku dan air mata terus bercucuran.Zayn menatapku tanpa ekspresi, kemudian tersenyum pada ayahku dan berkata, "Dia juga tidak harus tidur denganku. Pilihan ada di tangannya.""Apa maksudmu, kamu ...."Sebelum ayahku menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Anto bergegas keluar
"Tidak mungkin!" Aku menyela ucapan ayahku dengan datar dan memperingatkannya, "Jangan pernah berpikir untuk mencarinya. Kalau kamu masih punya martabat dan harga diri, kita akan memikirkan caranya sendiri."Ayahku melirik ke arahku dan mendengus, "Lihat betapa cemasnya kamu. Aku juga tidak bilang ingin mencarinya.""Lebih baik tidak!"Aku mendengus dan menoleh ke dalam rumah sakit, sama sekali tidak memperhatikan kilatan gelap di mata ayahku.Aku berjalan perlahan dan tertatih menuju pintu rumah sakit, tetapi tidak berani masuk ke dalam.Tadi kudengar Anto bilang Nenek Hera telah keluar dari ruang gawat darurat, entah sekarang bagaimana kondisinya.Setelah berada di dalam ruang gawat darurat sekian lama, kuharap Nenek Hera baik-baik saja.Aku mengusap gelang rusak itu di dalam sakuku dan rasa sakit yang luar biasa menyelimuti hatiku lagi.Setelah apa yang terjadi dengan nenek dan gangguan dari ayahku yang tidak tahu malu, Zayn pasti semakin membenciku.Takutnya dia tidak mau bertemu d
Saat kakakku memberitahuku hal ini, kebetulan saja aku ingat dia bilang dia pernah menyewa rumah sebelumnya.Aku mengambil majalah yang dia berikan kepadaku dan bertanya, "Kak, bukankah kamu pernah menyewa rumah sebelumnya?"Kakakku tertegun sesaat dan mengangguk, "Iya, ada apa?""Apa rumahnya sudah dikembalikan? Aku ingin ....""Belum, kamu mau tinggal di sana?" Kakakku buru-buru bertanya dan menatapku dengan agak khawatir."Audrey, bukankah kamu tinggal bersama Zayn sebelumnya? Apa dia ... ingin mengusirmu?"Saat menyebut Zayn, hatiku pasti akan terasa agak sakit.Aku langsung tersenyum pada kakakku dan berkata, "Tidak, dia tidak mengusirku. Hanya saja kamu juga tahu kalau kami sudah bercerai dan sudah pasti tidak pantas untuk tinggal bersama lagi.""Sekarang aku sudah punya pekerjaan, aku cuma ingin menyewa rumah dan menjalani hidupku sendiri."Kakakku menghela napas lega, kemudian mengangguk dan berkata, "Baguslah kalau kamu bisa begini. Sebenarnya sejak awal kakak tidak setuju kal
Eh!Sepertinya kakakku sangat mencintai gadis itu.Akan tetapi, dia bahkan tidak memiliki nomor telepon gadis itu dan gadis itu tidak bilang kapan akan datang menemuinya.Mungkin dia datang menemui kerabatnya dan merasa kasihan saat melihat kakak sendirian, jadi dia pun datang mengunjunginya.Ck, sepertinya kakakku hanya berangan-angan dan gadis ini sama sekali tidak berpikiran seperti itu.Aku mengerucutkan bibirku dan bertanya pada kakak sambil berpikir, "Itu ... apa kamu tahu kalau dia punya pacar?""Tidak ada!" Kakakku menjawab dengan sangat tegas.Sudut bibirku berkedut, "Kamu juga tahu?""Dia sendiri yang memberitahuku."Eh, oke.Kalau gadis itu bilang dia lajang kepada kakak, kemungkinan besar 'cinta yang tidak pasti' ini masih bisa dilanjutkan.Aku menepuk pundak kakakku sambil tersenyum dan berkata, "Semangat, lain kali saat bertemu dengan gadis itu, pastikan untuk minta nomornya. Ya ampun, aku sangat menantikan seperti apa rupa calon kakak iparku.""Hust, berjodoh saja belum,
Aku terkejut dan buru-buru pergi ke jendela untuk melihatnya.Aku melihat sebuah mobil bisnis berwarna hitam diparkir di halaman dan dua pria keluar dari dalam.Yang satu adalah Zayn dan yang lainnya adalah Henry.Aku langsung merasa panik.Mengapa Zayn tiba-tiba kembali ke sini?Aku baru saja membuat nenek marah sampai jatuh sakit dan ayahku juga membuat mengacau di hadapannya.Sekarang dia sangat muak melihatku. Kalau sampai melihatku ada di sini, dia pasti akan marah dan bahkan mungkin akan mengusirku.Tidak, aku harus bersembunyi. Setelah dia pergi, aku akan mengemasi semua barangku dan pergi secepat mungkin.Hanya saja aku bersembunyi di kamar mandi dan menunggu untuk waktu yang lama, tetapi tidak ada yang masuk.Apakah mereka sudah pergi?Sambil memikirkan ini, aku keluar dari kamar mandi dengan hati-hati.Aku mendekati jendela dan melihat ke bawah lagi.Mobil Zayn masih terparkir di bawah, membuktikan kalau mereka belum pergi.Aku pergi ke koridor lagi dan melihat ruang tamu di
"Eh, kudengar penyakit Nenek kumat dan salah menuduhnya mencuri gelang itu, jadi ....""Jadi inilah alasannya menghancurkan gelang itu? Kalau dia memang peduli padaku sedikit saja, dia tidak akan melakukan itu. Dia juga bukannya tidak tahu apa arti gelang itu.""Pfft, jadi kamu begitu marah karena dia tidak peduli padamu?"Aku terkejut mendengar apa yang Henry katakan.Mana mungkin? Mana mungkin Zayn marah karena ini?Bagi Zayn, aku hanyalah seorang kekasih rendahan. Mana mungkin aku yang peduli padanya atau tidak akan memengaruhi suasana hatinya?Benar saja, Zayn mencibir, "Yang membuatku marah adalah keramahan dan ketulusan Nenek tidak ada artinya bagi Audrey dan dia bahkan membencinya."Tidak, tidak, aku tidak pernah membenci nenek!Aku berteriak di dalam hati dan air mata terus bercucuran.Sekarang setelah semuanya terjadi, mungkin Zayn tidak akan percaya apa pun yang kukatakan.Di dalam ruang kerja, Henry menghela napas, "Untung saja kali ini Nenek baik-baik saja. Bagaimana kalau
Angin di malam musim gugur sangat dingin.Aku menarik koper dan berjalan di jalan dengan putus asa.Tiba-tiba aku berpikir alangkah baiknya kalau aku tidak pernah bertemu Zayn dalam hidupku.Kalau keluargaku terpuruk, biarlah. Paling-paling aku bisa memulai kembali dengan gaya hidup yang berbeda, setidaknya aku tidak akan begitu sengsara seperti sekarang.Aku berdiri di bawah lampu jalan sambil menatap langit malam yang gelap dan menarik napas dalam-dalam.Entah berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk benar-benar melupakan pria ini dan sembuh dari luka ini sepenuhnya.Daun-daun berguguran yang tertiup angin berputar di sekelilingku dan angin dengan tetesan air hujan yang sedingin es menerpa wajahku.Aku merapatkan kerah jaketku dan merasa musim gugur ini sangat dingin.Aku berdiri di bawah lampu jalan untuk waktu yang lama, lalu pergi ke kontrakan kakakku sesuai alamat yang dia berikan.Kontrakan yang dia sewa berada di tengah kawasan perkotaan, di sekitarnya ada banyak rumah murah yan
Saat aku menarik tubuhku yang lelah dan lapar ke lantai enam, pemuda itu sudah menungguku di puncak tangga, "Dik, rumahmu yang mana?""Aku ... di 606."Sebenarnya aku ingin bilang nanti aku akan menarik koperku sendiri saja.Akan tetapi, mereka tetap membantuku dan sulit bagiku untuk menolak keramahan mereka.Mendengar ini, pemuda tersebut langsung menarik koper ke depan rumah 606. Dia menoleh ke arahku dari waktu ke waktu dan berkata, "Aku dan ibu tinggal di rumah 602. Kalau ada butuh sesuatu, kamu bisa datang mencari kami.""Oke, oke, terima kasih."Sesampainya di depan pintu rumah 606, pemuda itu menatapku seolah sedang menungguku membuka pintu tanpa ada niat untuk pergi.Tiba-tiba aku merasa agak canggung dan tidak tahu harus berkata apa.Setelah terdiam beberapa detik, aku mengambil koper dan berterima kasih padanya, "Terima kasih banyak untuk hari ini. Aku akan mentraktirmu dan bibi makan di lain waktu.""Tidak apa, ini cuma masalah kecil." Setelah pemuda itu selesai berbicara, d
Kakakku menggeram padaku lagi dan matanya yang marah tampak seperti ingin menghajarku.Namun, dari kecil hingga dewasa, pernahkah dia begitu jahat padaku?Kakakku mencintai pacarnya dan melindungi pacarnya, aku bisa mengerti itu.Namun kali ini, jelas-jelas kesalahan pacarnya. Tidak bisakah aku mengungkapkan sedikit rasa sedih?Ibu menyeka air matanya dan menarikku ke samping. "Lupakan saja, Audrey, mungkin gadis itu benar-benar ada urusan mendesak. Lain kali saja, kita bisa bertemu lain kali, tidak apa-apa."Kakakku melotot ke arahku, dadanya sedikit naik turun, tetapi saat melihat meja besar berisi makanan serta hadiah-hadiah yang ditaruh di sampingnya, secercah rasa bersalah terpancar di wajahnya.Kakakku berkata, "Ini salahku. Dia tidak bisa datang. Aku tidak memberitahu kalian tepat waktu.""Lain kali, entah dia bisa datang atau tidak, aku akan beritahu kalian lebih dulu.""Tidak akan lain kali lagi.""Audrey!" Kakakku menggeram padaku lagi, alisnya yang tampan berkerut, wajahnya
"Kamu tidak mengerti. Ibu takut kalau Ibu mengabaikannya, akan memengaruhi hubungan antara kakakmu dan gadis itu.""Tidak, Bu. Ibu sudah melakukan pekerjaan yang hebat."Saat aku berbicara, ibuku tiba-tiba mendesah lagi, tampak sedikit sedih.Tiba-tiba Ibu menatapku dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Audrey, kamu dan kakakmu adalah yang paling dekat di dunia ini. Apa pun yang terjadi, kalian harus saling mencintai dan menjaga satu sama lain."Aku mengangguk. "Ya, Bu.""Setelah Ibu tiada ...."Jantungku tiba-tiba berdebar kencang dan aku mengerutkan kening. "Bu, jangan bicara seperti ini. Apa maksudmu Ibu tidak ada di sini lagi ...."Tampak ada sedikit kerumitan di mata ibuku. Ibuku tersenyum padaku lalu berkata, "Tidak apa-apa. Hanya saja Ibu sudah tua. Lagi pula, Ibu tidak bisa bersama kalian selamanya.""Aku tidak peduli. Pokoknya, Ibu akan selalu sehat dan panjang umur.""Panjang umur ...."Ibuku tiba-tiba tersedak, menyeka air matanya dan tersenyum padaku. "Audrey memang anak yan
"Zayn!"Aku melotot marah padanya.Zayn menatapku, matanya yang dingin tidak menunjukkan tanda-tanda melunak.Aku mencibir dalam hati, memalingkan mukaku, tidak ingin menatapnya atau berbicara padanya.Setelah beberapa saat, Zayn tiba-tiba berbicara, tapi masih saja membela Cindy."Kalau kamu masih marah, datanglah padaku, jangan menyerangnya lagi."Setelah mendengar perkataannya, luapan amarah menyerbu dadaku.Sungguh konyol. Jelas-jelas wanita itulah yang melakukan hal-hal buruk setiap saat, tapi ketika Zayn mengatakannya, justru akulah yang sengaja menyerang wanita itu!Aku begitu marah sampai-sampai tubuhku hampir gemetar, hatiku penuh dengan segala caci maki.Aku mendorongnya lalu mencibir, "Kamu terlalu banyak berpikir. Aku tidak punya dendam, aku juga tidak menyerangnya. Kalaupun kalian berdua saling mencintai, itu bukan urusanku ....""Audrey!"Tiba-tiba Zayn teriak padaku, alisnya berkerut tajam. "Aku sudah bilang, dia cuma adikku."Persetan dengan adikmu!Aku berpikir sinis d
Air mata Cindy jatuh, nada bicaranya lembut serta lemah."Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi ketika kamu pergi membelikanku teh susu tadi, aku kebetulan bertemu dengan seorang teman yang aku temui belum lama ini ...."Ketika mendengar kata-kata Cindy, tanpa sadar aku melirik tangan Zayn.Zayn memang sedang memegang secangkir teh susu di tangannya.Aku cemberut dengan sinis dan mengalihkan pandangan, tapi tak lama kemudian aku merasakan tatapan dingin tertuju padaku.Tanpa mendongak, aku tahu Zayn yang tengah menatapku.Cindy meneruskan bicaranya, nadanya terdengar kesal, seakan-akan aku telah menindasnya."Aku hanya mengobrol dengan temanku selama beberapa menit, lalu dia ada urusan mendesak, jadi aku memintanya pergi lebih dulu.""Tanpa diduga, Nona Audrey tiba-tiba datang menemuiku dan bertengkar denganku, bahkan bilang temanku disewa olehku untuk menyakiti keluarganya."Aku benar-benar merasa bingung, bahkan tidak mengenal keluarganya ....""Cukup!"Tak tahan melihat wanita itu b
Saat aku mengejarnya ke koridor lift, wanita itu sudah keluar dengan lift.Aku masih belum melihatnya dengan jelas, tapi aku punya kecurigaan kuat bahwa dialah wanita yang merayu ayahku.Namun, kenapa wanita itu bersama Cindy?Mungkinkah dia disewa oleh Cindy khusus untuk menipu serta merayu ayahku?Saat aku memikirkan kemungkinan ini, luapan amarah muncul dalam hatiku.Apa sebenarnya yang ingin dilakukan wanita gila itu?Cindy mengikutiku.Dia tersenyum padaku. "Nona Audrey, siapa yang kamu kejar?"Aku bertanya padanya dengan sikap yang dingin, "Siapa wanita yang baru saja bersamamu?"Cindy menyilangkan tangannya sambil tersenyum padaku. "Dia temanku. Kenapa? Kamu juga kenal?""Temanmu?" Aku mendengus, "Kalau dia benar-benar temanmu, lalu kenapa kamu biarkan dia lari begitu melihatku datang?"Cindy tiba-tiba tertawa seolah mendengar lelucon.Dia berkata, "Nona Audrey, kamu terlalu banyak berpikir. Temanku kebetulan ada keperluan mendesak, jadi aku membiarkannya pergi lebih dulu.""Tap
Aku segera mengganti topik pembicaraan lalu menarik Ibu ke meja untuk makan.Setelah makan malam, aku mengajaknya ke taman terdekat untuk bersantai.Ibu memintaku agar tidak menceritakan pada kakakku tentang hal-hal buruk yang terjadi di rumah.Ibu bilang, akhirnya Kakak bertemu dengan gadis yang dicintainya, mereka juga punya hubungan yang baik, takutnya hal-hal buruk ini akan memengaruhi suasana hatinya.Aku pikir memang benar, lagi pula, tidak ada gunanya memberitahukan hal itu pada kakakku.Paling-paling akan melakukan hal yang sama sepertiku dan menemui ayahku untuk menyelesaikan masalah ini.Tapi apa gunanya? Hanya akan membuat hubungan keluarga ini semakin canggung dan semakin menyakitkan.Aku bertanya pada ibuku apakah pernah bertemu pacar kakakku.Ibu bilang belum pernah.Ibu bilang juga meminta kakakku untuk membawa pacarnya kembali agar bisa bertemu dengannya.Kakakku awalnya setuju dengan antusias, tapi karena beberapa hal jadi menunda, sampai-sampai ibuku masih belum tahu
Perkataan ayahku membuatku merasa malu sekali.Aku terus menundukkan kepala, tidak berani menatap mata Zayn yang dingin dan mengejek.Pintu lift terbuka, ayahku mendengus, lalu pergi sambil memeluk Dea.Pintu lift tertutup lagi, koridor begitu sunyi sehingga bahkan bisa mendengar detak jantung sendiri.Zayn masih berdiri di hadapanku, dingin tapi terlihat berkarisma, persis seperti saat keluargaku bangkrut, sikapnya yang dingin membuatku tampak seperti bukan siapa-siapa.Aku merasa sangat kesal.Awalnya aku sempat berselisih dengan dia pada masa itu, tapi setiap kali aku sedang terpuruk, aku pun bertemu dengannya.Namun, di masa lalu dia akan sedikit mengejekku.Sekarang, tanpa berkata sepatah kata pun kepadaku, Zayn melompat melewatiku dan berjalan menuju lift.Suara pintu lift terbuka terdengar di belakangku.Aku berbalik untuk melihatnya masuk.Dari awal sampai akhir, Zayn tidak mengatakan sepatah kata pun kepadaku, bahkan tidak melihat ke arahku.Hehe!Mulai sekarang, dia benar-ben
Mungkin kata-kataku menyentuh titik yang menyakitkan di hati ayahku. Ayahku tiba-tiba berdiri, mengangkat tangannya dan menamparku.Gendang telingaku berdengung karena tamparannya.Aku melotot tajam ke arahnya, kebencian semakin menjadi-jadi di dalam hatiku.Ibuku benar, ayahku suah berubah sepenuhnya.Ibuku benar. Mustahil untuk mengembalikan seseorang yang telah berubah pikiran sepenuhnya.Itulah pertama kalinya ayahku memukulku. Ayahku pun menatap tangannya dengan heran.Namun, tak lama kemudian, wanita bernama Dea itu memeluk lengannya dengan genit dan berkata, "Pak Allen, jangan marah. Kami tidak perlu putri yang kurang ajar ini. Kalau kamu suka anak-anak, aku bisa melahirkan anak untukmu, entah anak laki-laki atau perempuan."Alis ayahku langsung mengendur, menggaruk hidungnya dengan penuh kasih sayang. "Dea memang sangat perhatian, jauh lebih baik daripada wanita yang hanya tahu cara menangis."Aku melotot ke arah ayahku dengan sedih, gemetar karena marah.Wanita bernama Dea itu
Ayahku bilang sedang berada di ruangan pribadi lantai tiga.Aku langsung naik ke atas.Saat membuka pintu kamar pribadi itu, bau rokok yang menyengat langsung masuk ke dalam hidungku.Aku segera menutup hidungku dan menoleh sambil mengerutkan kening.Aku melihat ayahku duduk di sofa dengan ekspresi tidak sabar di wajahnya, juga ada seorang wanita menawan di sebelahnya.Wanita itu tampak sangat muda, mungkin berusia dua puluhan.Dia memakai riasan tebal dan berpakaian dengan sangat seksi. Meskipun cantik, auranya begitu kurang baik.Menurut cerita ibuku, wanita yang menjadi selingkuhan ayahku itu sangat kaya dan pintar.Namun jika dilihat sekilas, wanita itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan semua itu.Lagi pula, bagaimana mungkin seorang gadis muda, cantik, kaya jatuh cinta pada ayahku dan bersedia menjadi selingkuhan?Aku menatap wanita itu, merasa ada yang mencurigakan dalam masalah ini.Setelah menyadari tatapanku, wanita itu mengangkat bibirnya ke arahku dengan penuh pro