Dylan menatapnya dingin dan berkata, “Apa yang sudah pernah dilakukan nggak pernah akan bisa berlalu. Aku nggak berhak menggantikan dia memaafkan kamu. Lydia nggak sudi mendapatkan permintaan maaf darimu.”Dylan mengabaikan sorot terkejut perempuan itu dan berkata, “Tunggu apa lagi?! Jalan!”“Baik, Pak.” Sopir lelaki itu langsung melajukan mobilnya meninggalkan Olivia yang berdiri kaku di tempat. Melihat mobil yang perlahan menjauh dan hilang, sorot sedih di mata Olivia perlahan berubah menjadi marah. Dia baru pergi sebentar, sifat Dylan sudah berubah begitu dingin?Lelaki itu membela Lydia! Perempuan itu sungguh hebat sekali!Olivia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sebuah nomor. Suara hangat terdengar dari mulutnya dan berkata, “Monika? Aku sudah kembali.”***Rizal masih di luar negeri dan Nixon juga sedang dinas. Liam ngotot ingin ikut Lydia pulang ke rumah. Keduanya tampak saling dorong-dorongan di depan pintu. Lydia terlihat tidak rela sambil berkata, “Om Liman sudah membere
Setelah itu Lydia langsung memutuskan sambungan telepon dan mengelus kepala harimau kecil dengan sayang sambil berkata, “Sayang, yang sabar, ya.”Setelah toko tersebut melihat nomornya, dia memeriksa histori toko dan terkejut. Setelah itu dia berseru, “Bu Lydia!”Sesaat kemudian Liam telah selesai mandi. Dia tidak sabar ingin melihat harimau kecil itu. Namun baru saja keluar, sudah terdengar suara bel rumah.“Syal yang aku pesan sudah sampai, Kak Liam ingat bayar.”Lydia tengkurap di atas sofa sambil bermain dengan harimau kecil. Dia tidak ada niat untuk membuka pintu. Liam terlihat pasrah dan akhirnya membuka pintu dengan bertelanjang dada. Hanya selembar handuk yang melingkar di pinggangnya. Sambil tertawa dia berkata,“Enak kalau ikut Kakak, kalau nggak Kakak hidupi aku saja.”Pintu terbuka dan kening Liam seketika berkerut. Dengan dingin dia bertaya, “Kenapa kamu datang?”Semua perasaan baiknya hilang tak tersisa. Dylan juga tidak menyangka akan melihat lelaki itu di sini. Wajahnya
Ketiga orang tersebut tercenung. Lydia merasa marah dan seperti dikhianati. Pantas saja orang di ruang laboratorium menyebut harimau kecil ini pengkhianat. Detik itu juga dia menyetujui para karyawan laboratorium.“Tiger!” seru Lydia. Nanti dia akan mengembalikan semua syal yang dia pesankan tadi.Dylan menunduk dengan kening berkerut dan mengangkat Tiger sambil bertanya, “Kenapa kamu di sini?”Tiger menggerakkan kakinya dan berkata, “Amel kasih aku ke Mama. Aku suka sekali dengan dia. Papa dan Mama sangat serasi, kalian jangan berantem lagi.”Dylan seperti memikirkan ucapan Tiger, sedangkan Liam langsung merebut Tiger dari tangan lelaki itu. Dia melemparkannya ke pelukan Lydia dan langsung menutup pintu.“Jangan pernah kasih dia sentuh barang yang ada di rumah kita!” kata Liam dengan raut datar. Dia menatap Tiger yang ada dalam gendongan Lydia sambil berkata, “Perlu Kakak bantu kamu ajari dia selama beberapa hari?”Tiger memeluk lengan Lydia dengan erat dan dengan memelas berkata, “Ma
“Jangan bilang apa-apa lagi, ganti kembali! Aku nggak suka dengar panggilan dia.”Amel terlihat memainkan jarinya dalam diam.“Nggak bisa ganti?” tanya Lydia. Karena Tiger dirancang oleh manusia, tidak mungkin tidak bisa diganti.“Bukan, pengkhianat itu sudah sampai tahap mengakui ketampanan Dylan. Kalau mau ganti, bisa dengan cara paksa yaitu dengan mengganti pandangannya terhadap Dylan. Contohnya dengan mencari orang yang bisa menggantikan keberadaan lelaki itu.”Keadaan mereka dikelilingi kesunyian secara tiba-tiba. Amel mengakui kecerobohannya yang kala itu tidak berpikir panjang dan langsung merancang pengkhianat itu menjadi robot yang memiliki pendapat sendiri.Melihat Lydia diam tidak berbicara, Amel berdeham dan berkata, “Bagaimana kalau ganti jadi Liam saja?”Lydia terlihat bingung kenapa harus Liam? Amel mengeluarkan ponselnya dan berkata, “Lihat, di berita bertebaran foto dan gosip kalian. Semua orang tunggu publikasi dari kalian. Dia tampan dan nggak kalah dari Dylan. Bagai
Shinta terdiam dan berkata, “Sebenarnya Pak Nixon berencana memberikan mereka pelajaran setelah kembali. Tapi kalau Ibu mau turun tangan sendiri, saya bisa siapkan semuanya.”Di tangannya ada bukti dan tinggal diserahkan ke Humas perusahaan. Maka Lauren akan mendapat ganjarannya.Pintu lift terbuka dan orang yang berlalu lalang menyapa Lydia. Perempuan itu tersenyum dan menyapa mereka kembali sambil masuk ke ruang kerjanya.“Periksa kegiatan dia akhir-akhir ini. Aku mau dia dapat pelajaran!”“Akhir-akhir ini dia sering keluar dengan ibu-ibu kaya dan juga perempuan sepantarannya. Katanya malam ini ada acara pesta.”Alis Lydia terangkat ke atas dan berkata, “Nanti kirim alamatnya ke saya, saya juga mau pergi.”“Baik,” kata Shinta. Tidak sulit untuk mencari tahu informasi tersebut.“Kamu sudah boleh keluar, bilang sama Kak Nixon kalau saya sendiri yang mau turun tangan.”“Baik, Bu Lydia.”Perempupan itu duduk sebentar dan menghubungi Damian.“Bu Lydia sudah mau debut di media?” goda Damia
Langit semakin menggelap hingga malam menjelang. Lydia menuju ruang pakaian yang menyimpan banyak barang merk dengan koleksi terbaru. Dia memilih sebuah gaun pendek yang pas badan. Dia mengenakan sepatu hak dan membawa tas edisi terbatas.Saat tiba di tempat acara, tidak ada yang mengenalinya dan hanya sibuk berbincang. Acara ini tidak ada tema khusus dan hanya untuk para ibu-ibu kaya saling berinteraksi.Lydia mengambil makanan ringan dan mencicipinya sambil duduk di sudut ruangan. Dia tidak melihat sosok Lauren, apakah dia tidak datang?“Lydia?” Orang di hadapannya menatap Lydia dengan ragu.“Thomas? Kenapa kamu datang?” tanya Lydia dengan alis terangkat.“Kita jodoh sekali,” jawab Thomas.“Yang serius!” sentak Lydia sambil mendelik.“Mamaku bilang mau makan kue di sini makanya minta aku ke sini,” jawab Thomas yang mengundang tawa Lydia.“Kamu?” tanya Thomas lagi.“Aku? Aku mau meramaikan saja. Tetapi yang mau diramaikan belum datang,” jawab Lydia sambil melihat jam yang melingkar di
Tubuh Lauren langsung berubah kaku. Dia mendongak dengan terkejut dan mendelik marah.“Lydia, kamu gila?!” seru Lauren dengan suara melengking.Dua orang gadis di sampingnya juga terlihat marah dengan sikap Lydia. Setelah itu keduanya maju ingin membela Lauren.“Lydia, kamu pikir kamu pantas muncul di tempat ini?!”“Iya, di sini nggak menerimamu! Aku akan panggil sekuriti dan usir kamu!”Lydia mengabaikan dua gadis tersebut dan menatap Lauren dengan dingin sambil berkata, “Apakah kamu nggak memikirkan akibat dari hari ini ketika kamu menyerangku?”“Siapa menyerangmu? Siapa yang nggak tahu dengan apa yang kamu lakukan?!”Lydia mengulas senyum miring dan menarik lengan perempuan itu ke arah belakang. Lauren hendak memberontak, tetapi sebelah lengan Lydia langsung menahan leher perempuan itu dan berkata, “Lauren, kamu harus berani bertanggung jawab. Sebagai balasannya, aku juga mau kasih kamu hadiah yang besar!”Lauren melihat sorot remeh dari mata Lydia. Dengan pelan dia berkata, “Rekama
Mereka tahu kalau Thomas memang disukai perempuan. Melihat lelaki itu memperlakukan Lydia, wajah mereka berubah pucat pasi.Lydia bukannya bersama dengan Nixon? Dia selingkuh dan dekat dengan Liam. Kenapa perempuan seperti ini justru membuat Thomas membelanya? Lydia menarik tangannya dan dengan raut datar bahkan terlihat keberatan melihat kedua perempuan itu dan berkata,“Mau minta maaf sendiri atau aku yang buat kalian minta maaf? Pilih salah satu.”Keduanya saling berpandangan sejenak dengan tubuh yang berubah kaku. Thomas hanya tersenyum dan melihat kedua orang itu sambil bertanya, “Pilih! Kalian dengar, nggak?!”Cekrek!Lydia menyimpan ponselnya dan tersenyum puas.“Apa yang kamu lakukan?!” seru seseorang dari mereka. Lydia mengambil foto mereka?“Kita orang terpelajar, jadi aku nggak mau main tangan. Aku lihat kalian juga nggak ada niat untuk minta maaf, jadi aku memilih untuk minta papa kalian yang minta maaf. Nantinya nggak cukup hanya satu kata maaf saja.”Lydia tersenyum penuh
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa