Padahal Thomas jelas-jelas bawa mobil. Namun, dia dengan tidak tahu malunya bersikeras meminta Lydia untuk mengantarnya.Lydia pun menyetujuinya dengan enggan. Setelah masuk ke dalam mobil, Lydia baru saja hendak melajukan mobilnya. Tiba-tiba, dia melihat sosok yang bertubuh tinggi sedang berjalan ke arahnya.Senyum di wajah Thomas seketika memudar, dia pun mengangkat alisnya, “Kenapa si Dylan muncul terus, sih?”Dylan berjalan tepat di depan mereka dengan santai. Pria itu sama sekali tidak berniat memberi jalan. Kentara sekali dia ingin mengatakan sesuatu.Saat Dylan sampai di samping mobil, Lydia sudah merasa kesal. Pria di luar mengetuk jendela mobilnya. Lydia menurunkan tatapannya, lalu dia menarik sedikit kedua ujung bibirnya dan menurunkan kaca jendela mobil dengan pelan-pelan.“Ada apa, Pak Dylan?”Mata hitam Dylan menatap wajah Lydia dalam-dalam.“Lydia, dua syaratmu itu ....”Lydia langsung memotong dan tersenyum, “Kelihatannya Pak Dylan sudah tentukan pilihannya. Jadi mau yan
Dylan menatap Lucas dengan tatapan dingin, dadanya terasa sesak oleh perasaan kesal dan tertekan. Pada saat Dylan melihat Thomas menggenggam tangan Lydia, Lydia pun tidak menolak. Entah mengapa pemandangan itu membuat Dylan merasa sangat kesal.Sedangkan Lucas masih terus mengoceh, “Kamu nggak lihat siapa pelakunya? Sebenarnya siapa yang sudah buat mobilku jadi begini? Mobil ini dikirim dari Eroba, terombang-ambing di laut selama lebih dari setengah bulan baru sampai ke sini. Si br*ngsek itu benar-benar nggak manusiawi!”Agustine Group.Beberapa hari kemudian, Lauren resmi dikeluarkan dari perusahaan dan dituduh telah membocorkan rahasia dagang. Dewan pengawas perusahaan mulai menyelidiki rekening yang ditangani Mulyono. Tiba-tiba, mereka mengetahui bahwa tiga persen saham Mulyono telah dijual dengan harga tinggi. Sekarang Mulyono hanyalah cangkang kosong yang telah menipu semua orang.Pada saat Shinta melaporkan masalah ini kepada Lydia, Lydia sedang minum kopi dengan santai dan hanya
Mobil melaju cepat kembali ke rumah. Setelah mereka bertiga sampai di vila, kepala pelayan sangat senang. Kepala pelayan bergegas menyuruh yang lainnya untuk mulai menyiapkan makan malam.Sekalipun Rizal tidak ada di sini, setiap sudut vila tetap harus dibersihkan setiap hari. Kepala pelayan telah bekerja untuk keluarga Agustine selama lebih dari 30 tahun. Dia tidak pernah melakukan kesalahan apa pun.Ketiga bersaudara itu akhirnya bisa berkumpul seperti ini, mereka pun minum-minum. Liam bergoyang seperti orang gila, terus menari mengikuti irama musik. Dia sama sekali tidak terlihat seperti seorang artis. Jika penggemar melihat Liam yang sekarang, mungkin semua penggemarnya akan menjadi anti-penggemar.Lydia meletakkan hadiah yang dibawakan Nixon di lantai. Kemudian, dia pun berjongkok dan memilih satu per satu yang dia suka. Semua hadiah itu merupakan barang yang dibeli dari kolektor pribadi di luar negeri. Barang koleksi itu tak ternilai harganya, jauh lebih berharga dibandingkan den
Olivia mendongak, dia pun melihat Lydia yang berada di lantai atas sedang memegang segelas anggur merah, dengan sorot mata acuh tak acuh. Olivia tercengang, tapi Lydia yang di lantai atas justru membuang muka dengan cuek. Lydia kembali melihat pakaian yang ditampilkan model.Olivia terdiam sejenak. Kemudian, dia berjalan ke lantai atas. Namun, karyawan toko langsung menghentikannya.“Maaf, Bu. Ibu tidak boleh naik ke lantai dua.”Monika langsung marah, “Kamu bilang apa? Kenapa kami nggak boleh ke atas? Kami ada pelanggan VIP kalian. Mana ada tempat yang nggak boleh kami datangi? Pelayanan kalian benar-benar sangat buruk. Awas saja, nanti aku akan komplain, biar kalian kehilangan pekerjaan!”Karyawan toko tersenyum lalu berkata dengan sopan, “Maaf, Bu. Di atas ada pelanggan penting kami, nggak boleh diganggu. Pelanggan yang datang sekarang hanya bisa melihat-lihat di lantai satu. Kalau mau ke lantai dua harus tunggu sampai besok.”“Nggak bisa. Aku mau hadiri pesta penting malam ini, har
Lydia tertawa sinis ketika melihat senyum di wajah Olivia sedikit demi sedikit membeku, lalu retak. Lydia sangat puas dengan reaksi itu.“Sudah dengar, kan? Masih nggak mau pergi juga? Seberapa tebal muka kalian sampai ingin menikmati perlakuan yang orang lain dapatkan? Bu Olivia, tahu diri sedikit, oke?” cibir Gabrielle.Setelah melihat situasi ini, manajer toko segera memperjelas posisinya di pihak mana karena takut Lydia tidak senang.“Silakan turun dan pilih di bawah. Kami akan atur staf untuk melayani kalian.”Ekspresi Olivia sangat muram. Monika pun semakin emosi. Perlakuan seperti ini apa bedanya dengan menampar wajahnya? Kalau kejadian hari ini tersebar ke luar, mau taruh di mana mukanya?!“Pokoknya nggak mau. Aku justru mau lihat seperti apa baju yang Lydia ingin beli. Aku punya banyak uang. Aku akan beli semua baju yang dia inginkan!” Monika mengayunkan tangannya. Dia tidak ingin direndahkan, apalagi di depan Lydia.Lydia hanya tertegun sejenak, lalu mengangkat alisnya dan be
Setelah Olivia selesai menelepon, dia kembali ke samping Monika dan menepuk bahu Monika, “Jangan khawatir, sebentar lagi Dylan datang. Dia nggak bilang apa-apa, sih.”Pusat pameran bisnis.Dylan keluar dari ruang rapat dan menutup telepon. Matanya yang dingin semakin dipenuhi dengan aura dingin. Setelan jas yang dibuat khusus membuatnya tampak seperti kalangan elit yang jauh dari hal duniawi. Tony, asisten Dylan yang menunggu di samping menghampirinya, “Pak Dylan.”“Kamu cari Monika, bayar tagihannya, lalu kasih barangnya ke Lydia.”Meskipun Olivia mengatakan kalau Lydia yang berinisiatif memberikan pakaian tersebut kepada Monika tanpa menceritakan proses kejadian, Dylan tidak percaya kalau Monika tidak melakukan apa pun.Tony sedikit terkejut. “Kirim ke Bu Lydia?” tanya Tony untuk memastikan sekali lagi.“Iya.” Dylan hanya menjawab dengan satu kata.“Baik.” Tony pun mengangguk dan pergi.Pada saat Tony tiba di toko, Monika sudah tidak tahan dengan orang-orang di toko yang sesekali men
Lydia yang kaget langsung berjalan ke meja resepsionis. Kemudian, dia melihat kantong yang mewah tapi sederhana dengan logo merek yang familiar di atasnya. Gabrielle mengambil salah satunya dan berseru, “Loh, bukannya ini baju yang kita pilih di toko tadi?”Ternyata memang benar. Pantas saja pakaian-pakaian itu terlihat sangat familiar. Lydia spontan mengerutkan keningnya. Bukannya Monika sudah mengambil semua pakaian itu? Mengapa pakaian itu bisa muncul di sini?Petugas resepsionis berkata, “Tadi manajer toko sendiri yang antar sendiri ke sini. Katanya sudah dibayar, Pak Dylan yang suruh antar ke sini.”Dylan?Sorot mata Lydia sedikit menggelap. Pria itu melakukan hal ini hanya demi Pipa Tembakau Giok di tangan Lydia.Sayang sekali, Lydia tidak akan menerimanya!Gabrielle tertawa sinis dan berkata, “Dylan? Apa maksudnya ini?”Lydia mengangkat wajahnya dan berkata, “Suruh orang antar barang-barang ini ke Tansen Group, kembalikan semuanya ke dia.”Petugas resepsionis tercengang. Padahal
Tempat yang bertabur bintang itu bertempat di sebuah mansion yang unik, serta dihiasi dengan dekorasi yang indah dan mewah.Seluruh mansion menyatu dengan langit malam. Di dalam mansion terlihat cahaya bintang yang berkelap-kelip, menyerupai Bima Sakti yang jatuh ke bumi.Begitu masuk ke dalam mansion, orang-orang bisa melihat langit berbintang di atas kepala mereka. Lautan bintang yang tersebar luas, membuat orang merasa seolah-olah sedang berada di alam semesta yang luas, sungguh menakjubkan.Liam ikut Lydia dan Gabrielle masuk ke dalam mansion. Dia mendecakkan lidah sambil melihat sekelilingnya, “Lumayan juga, ya.”Lydia memutar bola matanya. Kemudian, dia mengangkat dagunya dengan bangga dan berkata, “Tentu saja. Hanya ada tiga orang dari industri hiburan yang diundang ke sini. Kamu salah satunya.”“Aku merasa sangat tersanjung,” kata Liam sambil tersenyum, yang membuat wajah tampannya menjadi kian menawan.“Lydia ....” Bella datang menghampiri Lydia dan Gabrielle, lalu dia melirik
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa