Mobil melaju cepat kembali ke rumah. Setelah mereka bertiga sampai di vila, kepala pelayan sangat senang. Kepala pelayan bergegas menyuruh yang lainnya untuk mulai menyiapkan makan malam.Sekalipun Rizal tidak ada di sini, setiap sudut vila tetap harus dibersihkan setiap hari. Kepala pelayan telah bekerja untuk keluarga Agustine selama lebih dari 30 tahun. Dia tidak pernah melakukan kesalahan apa pun.Ketiga bersaudara itu akhirnya bisa berkumpul seperti ini, mereka pun minum-minum. Liam bergoyang seperti orang gila, terus menari mengikuti irama musik. Dia sama sekali tidak terlihat seperti seorang artis. Jika penggemar melihat Liam yang sekarang, mungkin semua penggemarnya akan menjadi anti-penggemar.Lydia meletakkan hadiah yang dibawakan Nixon di lantai. Kemudian, dia pun berjongkok dan memilih satu per satu yang dia suka. Semua hadiah itu merupakan barang yang dibeli dari kolektor pribadi di luar negeri. Barang koleksi itu tak ternilai harganya, jauh lebih berharga dibandingkan den
Olivia mendongak, dia pun melihat Lydia yang berada di lantai atas sedang memegang segelas anggur merah, dengan sorot mata acuh tak acuh. Olivia tercengang, tapi Lydia yang di lantai atas justru membuang muka dengan cuek. Lydia kembali melihat pakaian yang ditampilkan model.Olivia terdiam sejenak. Kemudian, dia berjalan ke lantai atas. Namun, karyawan toko langsung menghentikannya.“Maaf, Bu. Ibu tidak boleh naik ke lantai dua.”Monika langsung marah, “Kamu bilang apa? Kenapa kami nggak boleh ke atas? Kami ada pelanggan VIP kalian. Mana ada tempat yang nggak boleh kami datangi? Pelayanan kalian benar-benar sangat buruk. Awas saja, nanti aku akan komplain, biar kalian kehilangan pekerjaan!”Karyawan toko tersenyum lalu berkata dengan sopan, “Maaf, Bu. Di atas ada pelanggan penting kami, nggak boleh diganggu. Pelanggan yang datang sekarang hanya bisa melihat-lihat di lantai satu. Kalau mau ke lantai dua harus tunggu sampai besok.”“Nggak bisa. Aku mau hadiri pesta penting malam ini, har
Lydia tertawa sinis ketika melihat senyum di wajah Olivia sedikit demi sedikit membeku, lalu retak. Lydia sangat puas dengan reaksi itu.“Sudah dengar, kan? Masih nggak mau pergi juga? Seberapa tebal muka kalian sampai ingin menikmati perlakuan yang orang lain dapatkan? Bu Olivia, tahu diri sedikit, oke?” cibir Gabrielle.Setelah melihat situasi ini, manajer toko segera memperjelas posisinya di pihak mana karena takut Lydia tidak senang.“Silakan turun dan pilih di bawah. Kami akan atur staf untuk melayani kalian.”Ekspresi Olivia sangat muram. Monika pun semakin emosi. Perlakuan seperti ini apa bedanya dengan menampar wajahnya? Kalau kejadian hari ini tersebar ke luar, mau taruh di mana mukanya?!“Pokoknya nggak mau. Aku justru mau lihat seperti apa baju yang Lydia ingin beli. Aku punya banyak uang. Aku akan beli semua baju yang dia inginkan!” Monika mengayunkan tangannya. Dia tidak ingin direndahkan, apalagi di depan Lydia.Lydia hanya tertegun sejenak, lalu mengangkat alisnya dan be
Setelah Olivia selesai menelepon, dia kembali ke samping Monika dan menepuk bahu Monika, “Jangan khawatir, sebentar lagi Dylan datang. Dia nggak bilang apa-apa, sih.”Pusat pameran bisnis.Dylan keluar dari ruang rapat dan menutup telepon. Matanya yang dingin semakin dipenuhi dengan aura dingin. Setelan jas yang dibuat khusus membuatnya tampak seperti kalangan elit yang jauh dari hal duniawi. Tony, asisten Dylan yang menunggu di samping menghampirinya, “Pak Dylan.”“Kamu cari Monika, bayar tagihannya, lalu kasih barangnya ke Lydia.”Meskipun Olivia mengatakan kalau Lydia yang berinisiatif memberikan pakaian tersebut kepada Monika tanpa menceritakan proses kejadian, Dylan tidak percaya kalau Monika tidak melakukan apa pun.Tony sedikit terkejut. “Kirim ke Bu Lydia?” tanya Tony untuk memastikan sekali lagi.“Iya.” Dylan hanya menjawab dengan satu kata.“Baik.” Tony pun mengangguk dan pergi.Pada saat Tony tiba di toko, Monika sudah tidak tahan dengan orang-orang di toko yang sesekali men
Lydia yang kaget langsung berjalan ke meja resepsionis. Kemudian, dia melihat kantong yang mewah tapi sederhana dengan logo merek yang familiar di atasnya. Gabrielle mengambil salah satunya dan berseru, “Loh, bukannya ini baju yang kita pilih di toko tadi?”Ternyata memang benar. Pantas saja pakaian-pakaian itu terlihat sangat familiar. Lydia spontan mengerutkan keningnya. Bukannya Monika sudah mengambil semua pakaian itu? Mengapa pakaian itu bisa muncul di sini?Petugas resepsionis berkata, “Tadi manajer toko sendiri yang antar sendiri ke sini. Katanya sudah dibayar, Pak Dylan yang suruh antar ke sini.”Dylan?Sorot mata Lydia sedikit menggelap. Pria itu melakukan hal ini hanya demi Pipa Tembakau Giok di tangan Lydia.Sayang sekali, Lydia tidak akan menerimanya!Gabrielle tertawa sinis dan berkata, “Dylan? Apa maksudnya ini?”Lydia mengangkat wajahnya dan berkata, “Suruh orang antar barang-barang ini ke Tansen Group, kembalikan semuanya ke dia.”Petugas resepsionis tercengang. Padahal
Tempat yang bertabur bintang itu bertempat di sebuah mansion yang unik, serta dihiasi dengan dekorasi yang indah dan mewah.Seluruh mansion menyatu dengan langit malam. Di dalam mansion terlihat cahaya bintang yang berkelap-kelip, menyerupai Bima Sakti yang jatuh ke bumi.Begitu masuk ke dalam mansion, orang-orang bisa melihat langit berbintang di atas kepala mereka. Lautan bintang yang tersebar luas, membuat orang merasa seolah-olah sedang berada di alam semesta yang luas, sungguh menakjubkan.Liam ikut Lydia dan Gabrielle masuk ke dalam mansion. Dia mendecakkan lidah sambil melihat sekelilingnya, “Lumayan juga, ya.”Lydia memutar bola matanya. Kemudian, dia mengangkat dagunya dengan bangga dan berkata, “Tentu saja. Hanya ada tiga orang dari industri hiburan yang diundang ke sini. Kamu salah satunya.”“Aku merasa sangat tersanjung,” kata Liam sambil tersenyum, yang membuat wajah tampannya menjadi kian menawan.“Lydia ....” Bella datang menghampiri Lydia dan Gabrielle, lalu dia melirik
Gabrielle juga menatap Lydia dengan terkejut. Meskipun gaun itu juga sangat indah, tidak seindah setelah dipakai Lydia. Begitu Lydia memakainya, gaun itu seketika seperti menambahkan kesan aura seorang bangsawan yang cantik jelita tapi bersifat dingin.Mata Bella seketika berbinar. Dia segera meminta penata rias untuk merias Lydia. Dia pun menepuk bahu Lydia dan berkata, “Kamu jadi penampilan terakhirku saja.”Bella sama sekali tidak memberi Lydia kesempatan untuk menolak. Dia langsung berbalik dan pergi untuk menyesuaikan urutan penampilan dengan staf.Lydia diam terpelongo, Gabrielle menghampirinya dan tersenyum, “Iya, begitu saja. Lydia, kamu harus jadi pusat perhatian.”Bella kembali dan berkata pada Gabrielle, “Kamu juga jangan malas-malasan lagi. Kamu yang jadi pembuka acara.”“Hah?” seru Gabrielle.Setelah peragaan busana dimulai, koordinator yang bertanggung jawab. Bella telah mengatur segalanya. Dia pun pergi ke depan untuk melihat hasil acara.Semua tamu undangan telah tiba.
Acara peragaan busana telah berakhir. Tepuk tangan meriah bergema di seluruh area panggung. Bella naik ke atas panggung dengan tenang dan mengucapkan beberapa kata. Kemudian, tibalah waktunya untuk pesta penutup yang ditunggu-tunggu semua orang.Banyak media mengejar dan bertanya pada Bella siapa orang yang memberikan penampilan terakhir, apakah dia artis luar negeri yang dibayar mahal untuk menjadi model acara peragaan busana kali ini.Bella tersenyum, dia pun menyuruh seseorang untuk memanggil Lydia. Begitu Lydia datang, Bella memperkenalkannya pada media, “Orang ini bukan artis luar negeri. Dia adalah rekanku, Bu Lydia.”Lydia tersenyum dan mengangguk dengan tenang. Dia masih mengenakan gaun itu. Semua orang tidak sabar ingin mengambil foto. Seketika ada banyak lampu flash kamera yang menyilaukan mata. Namun, Lydia sangat kooperatif. Dia tetap berdiri di sana, mengizinkan semua orang untuk mengambil foto.Bagaimanapun, Lydia harus mempromosikan karya Bella. Oleh karena itu, dia haru