Lydia tertawa sinis ketika melihat senyum di wajah Olivia sedikit demi sedikit membeku, lalu retak. Lydia sangat puas dengan reaksi itu.“Sudah dengar, kan? Masih nggak mau pergi juga? Seberapa tebal muka kalian sampai ingin menikmati perlakuan yang orang lain dapatkan? Bu Olivia, tahu diri sedikit, oke?” cibir Gabrielle.Setelah melihat situasi ini, manajer toko segera memperjelas posisinya di pihak mana karena takut Lydia tidak senang.“Silakan turun dan pilih di bawah. Kami akan atur staf untuk melayani kalian.”Ekspresi Olivia sangat muram. Monika pun semakin emosi. Perlakuan seperti ini apa bedanya dengan menampar wajahnya? Kalau kejadian hari ini tersebar ke luar, mau taruh di mana mukanya?!“Pokoknya nggak mau. Aku justru mau lihat seperti apa baju yang Lydia ingin beli. Aku punya banyak uang. Aku akan beli semua baju yang dia inginkan!” Monika mengayunkan tangannya. Dia tidak ingin direndahkan, apalagi di depan Lydia.Lydia hanya tertegun sejenak, lalu mengangkat alisnya dan be
Setelah Olivia selesai menelepon, dia kembali ke samping Monika dan menepuk bahu Monika, “Jangan khawatir, sebentar lagi Dylan datang. Dia nggak bilang apa-apa, sih.”Pusat pameran bisnis.Dylan keluar dari ruang rapat dan menutup telepon. Matanya yang dingin semakin dipenuhi dengan aura dingin. Setelan jas yang dibuat khusus membuatnya tampak seperti kalangan elit yang jauh dari hal duniawi. Tony, asisten Dylan yang menunggu di samping menghampirinya, “Pak Dylan.”“Kamu cari Monika, bayar tagihannya, lalu kasih barangnya ke Lydia.”Meskipun Olivia mengatakan kalau Lydia yang berinisiatif memberikan pakaian tersebut kepada Monika tanpa menceritakan proses kejadian, Dylan tidak percaya kalau Monika tidak melakukan apa pun.Tony sedikit terkejut. “Kirim ke Bu Lydia?” tanya Tony untuk memastikan sekali lagi.“Iya.” Dylan hanya menjawab dengan satu kata.“Baik.” Tony pun mengangguk dan pergi.Pada saat Tony tiba di toko, Monika sudah tidak tahan dengan orang-orang di toko yang sesekali men
Lydia yang kaget langsung berjalan ke meja resepsionis. Kemudian, dia melihat kantong yang mewah tapi sederhana dengan logo merek yang familiar di atasnya. Gabrielle mengambil salah satunya dan berseru, “Loh, bukannya ini baju yang kita pilih di toko tadi?”Ternyata memang benar. Pantas saja pakaian-pakaian itu terlihat sangat familiar. Lydia spontan mengerutkan keningnya. Bukannya Monika sudah mengambil semua pakaian itu? Mengapa pakaian itu bisa muncul di sini?Petugas resepsionis berkata, “Tadi manajer toko sendiri yang antar sendiri ke sini. Katanya sudah dibayar, Pak Dylan yang suruh antar ke sini.”Dylan?Sorot mata Lydia sedikit menggelap. Pria itu melakukan hal ini hanya demi Pipa Tembakau Giok di tangan Lydia.Sayang sekali, Lydia tidak akan menerimanya!Gabrielle tertawa sinis dan berkata, “Dylan? Apa maksudnya ini?”Lydia mengangkat wajahnya dan berkata, “Suruh orang antar barang-barang ini ke Tansen Group, kembalikan semuanya ke dia.”Petugas resepsionis tercengang. Padahal
Tempat yang bertabur bintang itu bertempat di sebuah mansion yang unik, serta dihiasi dengan dekorasi yang indah dan mewah.Seluruh mansion menyatu dengan langit malam. Di dalam mansion terlihat cahaya bintang yang berkelap-kelip, menyerupai Bima Sakti yang jatuh ke bumi.Begitu masuk ke dalam mansion, orang-orang bisa melihat langit berbintang di atas kepala mereka. Lautan bintang yang tersebar luas, membuat orang merasa seolah-olah sedang berada di alam semesta yang luas, sungguh menakjubkan.Liam ikut Lydia dan Gabrielle masuk ke dalam mansion. Dia mendecakkan lidah sambil melihat sekelilingnya, “Lumayan juga, ya.”Lydia memutar bola matanya. Kemudian, dia mengangkat dagunya dengan bangga dan berkata, “Tentu saja. Hanya ada tiga orang dari industri hiburan yang diundang ke sini. Kamu salah satunya.”“Aku merasa sangat tersanjung,” kata Liam sambil tersenyum, yang membuat wajah tampannya menjadi kian menawan.“Lydia ....” Bella datang menghampiri Lydia dan Gabrielle, lalu dia melirik
Gabrielle juga menatap Lydia dengan terkejut. Meskipun gaun itu juga sangat indah, tidak seindah setelah dipakai Lydia. Begitu Lydia memakainya, gaun itu seketika seperti menambahkan kesan aura seorang bangsawan yang cantik jelita tapi bersifat dingin.Mata Bella seketika berbinar. Dia segera meminta penata rias untuk merias Lydia. Dia pun menepuk bahu Lydia dan berkata, “Kamu jadi penampilan terakhirku saja.”Bella sama sekali tidak memberi Lydia kesempatan untuk menolak. Dia langsung berbalik dan pergi untuk menyesuaikan urutan penampilan dengan staf.Lydia diam terpelongo, Gabrielle menghampirinya dan tersenyum, “Iya, begitu saja. Lydia, kamu harus jadi pusat perhatian.”Bella kembali dan berkata pada Gabrielle, “Kamu juga jangan malas-malasan lagi. Kamu yang jadi pembuka acara.”“Hah?” seru Gabrielle.Setelah peragaan busana dimulai, koordinator yang bertanggung jawab. Bella telah mengatur segalanya. Dia pun pergi ke depan untuk melihat hasil acara.Semua tamu undangan telah tiba.
Acara peragaan busana telah berakhir. Tepuk tangan meriah bergema di seluruh area panggung. Bella naik ke atas panggung dengan tenang dan mengucapkan beberapa kata. Kemudian, tibalah waktunya untuk pesta penutup yang ditunggu-tunggu semua orang.Banyak media mengejar dan bertanya pada Bella siapa orang yang memberikan penampilan terakhir, apakah dia artis luar negeri yang dibayar mahal untuk menjadi model acara peragaan busana kali ini.Bella tersenyum, dia pun menyuruh seseorang untuk memanggil Lydia. Begitu Lydia datang, Bella memperkenalkannya pada media, “Orang ini bukan artis luar negeri. Dia adalah rekanku, Bu Lydia.”Lydia tersenyum dan mengangguk dengan tenang. Dia masih mengenakan gaun itu. Semua orang tidak sabar ingin mengambil foto. Seketika ada banyak lampu flash kamera yang menyilaukan mata. Namun, Lydia sangat kooperatif. Dia tetap berdiri di sana, mengizinkan semua orang untuk mengambil foto.Bagaimanapun, Lydia harus mempromosikan karya Bella. Oleh karena itu, dia haru
Pada saat melihat Gabrielle, ekspresi wajah Olivia seketika berubah. Kalau Gabrielle bisa datang ke sini, maka Lydia juga ....Apakah orang yang tadi dia lihat itu benar-benar Lydia? Olivia spontan mengepalkan tangannya dan menatap lekat perempuan yang duduk di samping Gabrielle dan membelakangi mereka.“Kamu nggak dengar? Cepat ke sini foto sama aku!” Monika merasa sangat kesal karena diabaikan begitu saja.Gabrielle tertawa pelan, seperti sedang melihat orang yang konyol.“Siapa kamu? Kenapa juga dia harus turuti perintahmu?”Monika menggertakkan giginya dengan kesal, “Nggak ada hubungannya denganmu, nggak usah ikut campur.”Usai berkata, Monika melihat ke arah model yang masih tidak bergerak, “Hei, aku putri keluarga Tansen. Kamu mau dibayar berapa baru mau foto denganku?”Hanya mengambil selembar foto saja sok jual mahal sekali. Seandainya bukan karena Monika ingin pamer, dia tidak akan meminta lebih dulu. Dulu, orang-orang yang akan mengerumuninya dan meminta untuk berfoto dengan
Olivia spontan mengerutkan keningnya ketika mendengar kata-kata Lydia. Monika juga tidak menyangka kalau Lydia memiliki hubungan dengan Share.Ternyata pendiri Share yang paling Monika dambakan, merek yang paling dia sukai adalah Lydia?Monika tidak ingin diusir satpam. Kalau tidak, besok dia akan menjadi berita utama dan bahan tertawaan. Monika mendengus sinis dan berkata, “Untuk apa sombong begitu? Aku nggak akan mau datang ke tempat bobrok ini lagi!”Monika menggertakkan giginya dan menarik Olivia pergi. Sesampainya di bawah, baru sampai di depan pintu, Olivia tiba-tiba berhenti, “Tunggu sebentar.”“Ada apa?”Meskipun Monika tidak ingin pergi seperti ini, kalau tidak pergi sekarang, bukankah akan lebih memalukan lagi jika Lydia menyuruh satpam untuk usir mereka kalau mereka?“Aku tadi lihat kakakmu. Bagaimana kalau kita tunggu dia?”Kalau Dylan mengenali Lydia, apakah kedua orang itu akan bertemu? Akankah cinta lama bersemi kembali?Olivia memikirkan tentang perubahan sikap Dylan te