HAPPY READING***Malam harinya, Naomi sudah berjanji dengan Kafka, bahwa hari ini ia akan pergi ke undangan pernikahan. Sebenarnya ia tidak kuasa untuk menolak permintaan itu. Sejujurnya ia lebih nyaman bersama Tigran dibanding dengan Kafka. Mungkin karena Kafka belum ia kenal seluk beluknya.Naomi memandang penampilannya di cermin, ia mengenakan one shoulder dress berwarna merah. Rambut panjangnya ia biarkan terurai. Ia sudah mengoles make up pada wajahnya. Setelah rapi, ia mengambil handbag Hermes berwarna hitam di lemari.Ponselnya bergetar, ia mengambil ponsel itu di atas meja, ia memandang nama “Kafka Calling” ia menggeser tombol hijau pada layar, ia letakan ponsel itu di telinga.“Iya, Kaf,” ucap Naomi, ia menaruh parfume dan lipstiknya di dalam tas.“Saya sudah sampai di titik rumah kamu. Pagarnya tertutup,” ucap Kafka, ia memandang pintu pagar rumah pertingkat itu tertutup rapat, di tambah suasana komplek yang sepi.“Ini saya lagi mau samper kamu,” ucap Naomi.Naomi mematikan
HAPPY READING“Boleh saya gandeng kamu?” Tanya Kafka kepada Naomi.Naomi mengangguk, “Iya, boleh,” ucap Naomi.Naomi dan Kafka masuk ke dalam, mereka menatap ballroom ini di sulap menjadi elagan dan mewah. Seluruh ruangan dihiasi dengan nuansa mawar putih yang elegan. Ia yakin yang di undang dalam pernikahan ini tentu saja para pejabat, pengusaha dan orang-orang penting di Jakarta.Ia memandang ada beberapa pejabat negara juga turut hadir di pesta ini. Naomi menatap ke arah panggung, ia melihat pengantin wanita mengenakan A-line dress wedding, di mana gaun itu membentuk tubuh si wanita, tubuhnya nampak jenjang.Pengantin wanita sangat cantik, pantas saja bos nya bisa jatuh cinta sekretarisnya, sekretarisnya saja secantik itu. Padahal wedding dress itu sangat polos, tidak ada satupun payet di tubuhnya. Tapi tidak mengurangi kecantikannya. Ia melihat ke arah panggung hiburan, ada artis papan attas yang bernyanyi di sana.“Bagaimana pestanya?” Tanya Kafka menatap Naomi, mereka mencari ku
HAPPY READINGSemakin ia berkenalan dengan orang-orang hebat, kemungkinan besar semakin hebat pula pemikiran untuk kedepannya. Karena dengan begitu mereka sama-sama dapat menyalurkan energy positif, saling bertukar ide untuk mengembangkan bisnis mereka masing-masing. This is true, low class people talk about people, average people talk about events, brilliant people talk about idea.“Kamu baru datang?” Tanya Kafka.“Iya, baru lima belas menit yang lalu. Kalian duduk di mana?” Tanya Tigran, ia mencoba mengakrabkan diri kepada Kafka, walau sebenarnya ia tidak suka kedekatan Kafka dna Naomi.“Kita lagi nyari kursi kosong.”“Bagaimana duduk di sana,” ucap Tigran menunjuk mejanya.“Di sana masih ada kursi kosong,” Tigran menawarkan diri.“Kita duduk di sana saja ya,” ucap Kafka.Naomi tidak ada pilihan lain selain mengangguk, “Iya.”Tigran tersenyum penuh arti, ia menatap Naomi yang hanya diam, ia menyeimbangi langkah Kafka menuju meja. Naomi mencoba setenang mungkin, akhirnya mereka dudu
HAPPY READING***Naomi melangkahkan kakinya menuju wastafel, ia menatap penampilannya di cermin. Ia berdiri sejenak menenangkan hatinya, sejujurnya ia bingung apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi Kafka dan Tigran. Kedua pria itu seolah mengusik hatinya secara bersamaan.Oke, jujur ia memang memiliki kedekatan secara emosional jika berhadapan dengan Tigran. Ia dan Tigran memang tidak memiliki hubungan apa-apa, bahkan status juga tidak ada. Mereka dekat hanya karena Kayla, ya Kayla yang menyatukan mereka. Entahlah hatinya lebih prefer dengan Tigran dibanding Kafka.Bahkan ia dan Tigran sudah tidur bersama, tidak hanya sekali, mereka melakukannya lebih dari sekali. Ia tahu bahwa ia dan Tigran itu suatu hubungan yang consent, di mana di dalamnya sudah terlibat persetujuan untuk melakukan aktifitas. Persetujuan ini terjadi atas semua pihak yang sepakat dan sukarela. Ia juga melakukannya tanpa merasa tertekan, keputusan yang ia ambil juga tanpa keraguan dengan rasa nyaman. N
HAPPY READINGSementara di sisi lain, Kafka menatap Naomi sudah datang menghampirinya. Wanita itu tersenyum dan lalu duduk di sampingnya kembali. Ia tidak tahu hubungan Naomi dan Tigran seperti apa. Yang ia lihat tadi ketika Naomi pamit ke toilet, tidak lama kemudian Tigran hilang entah ke mana. Instingnya cukup kuat, kalau Tigran menghampiri Naomi di luar sana.Naomi memandang hidangan sudah tersaji di meja, sebelum makan ia menyesap wine nya lagi, ia merasa tenang sekarang. Tigran kembali dan lalu duduk di samping mereka. Mereka kini makan bersama. Naomi melirik Tigran yang makan dengan tenang, tanpa menatapnya.Sementara Tigran masih berdebat dengan isi kepalanya, ia cemburu mungkin itu hal yang normal. Ia pernah berada di fase ini sebelumnya. Namun tetap saja, ia tidak rela wanitanya bersanding dengan pria lain, walau pria itu hanya sebatas teman. Ia tidak bisa bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.Jujur ia cemburu, merasa bahwa kebahagiannya di ambil oleh orang lain. Ia bukan
HAPPY READING“Apa kamu bermain media social?” Tanya Naomi membuka topik pembicaraan.Bibir Tigran tersenyum lalu tertawa, “Apa menurut kamu saya ada waktu untuk bermain media social?”“Saya nggak tau, siapa tau kamu bermain media social,” ucap Naomi.“No, saya nggak main media social, kecuali whatsapp. To be honest, I learned about it the hard way.”“Sebernernya saya bukan pria yang senang mengumbar seluruh kehidupan saya di media social. Saya bersikap biasa saja ketika ada social media baru yang bermunculan. Saya juga tidak suka dengan linimasa yang penuh dengan konten kemesraan.”“Saya nggak bilang aneh, jika ada pria bangga memiliki pasangan, lalu mengupload pasangannya di media social, laki-laki sama dengan wanita, yang berhak mengekpresikan kebahagiaanya ke public.”“Selama saya produktif dan mempunyai prioritas yang jelas di kehidupan offline, rasanya wajar saya tidak aktif di media social. Hanya perkara fokus melakukan hal baik di dunia off atau on.”“Perlu kamu ingat, kala
HAPPY READING***Tigran mengedarkan pandangannya kesegala penjuru area kamar. Kamar ini tidak berubah, masih sama seperti yang kemarin. Ia membuka membuka kancing kemejanya, kini hanya menyisakan kaos hitam. Kemeja itu ia taruh di dekat sofa, suasana kamar sangat tenang menurutnya.Sementara Naomi di dalam walk in closet, bingung akan mengenakan piyama yang mana. Pilihannya jatuh kepada piyama satin berwarna merah maroon. Sebenarnya ia sudah catching feeling dengan Tigran, karena jujur Tigran itu sangat menarik, bagaimana cara dia bersikap, berbicara dan pembawaan diri saat bertemu.Hubungannya dengan Tigran lebih dari sekedar pegangan tangan. Mereka sudah tahap berbagi tempat tidur yang sama, kamar mandi yang sama dan peralatan mandi yang sama. Ia keluar dari walk in closet, ia tidak mendapati Tigran di kamarnya. Ia mengambil kemeja Tigran yang berada di sofa, ia simpan kemeja itu di box baju kotornya. Ia melangkah menuju meja hias, ia mendengar derap langkah, lalu menoleh ke bela
HAPPY READING“Thank you.”“Maaf, soal tadi di acara pesta. Sungguh saya dan Kafka tidak memiliki hubungan apa-apa. Saya melakukan itu karena tidak enak menolaknya.”“I know, jangan bahas dia.”“Saya harap kamu jangan cemburu.”Tigran tersenyum, ia lalu mengecup seluruh wajahnya, mulai dari kening, pipi, hidung lalu turun ke bibir. Bibir mereka saling berpangutan satu sama lain. Bibir Tigran menghisap bibir bawah Naomi, mereka saling menghisap bibir secara bergantian. Sementara tangan Tigran menelusuri rahang dengan telunjuknya.Naomi merasakan jutaan kupu-kupu terbang di perutnya, ia juga merinding ketika Tigran memainkan lidahnya, saling bertukar saliva mengigit pelan dan menghisap. Mata Naomi terpejam, menikmati ciuman mereka.Tigran membuka piyama yang dikenakannya, satu persatu lolos dari tubuhnya. Begitu juga dengan Tigran melepaskan pakaiannya, kini mereka sama-sama naked. Mereka sama-sama nyaman dalam posisi polos seperti ini. Lidah mereka saling membelit memberi kenikmatan.