Share

Sebuah Penginapan

Author: Red Maira
last update Last Updated: 2021-03-15 07:04:57

Katya Pov

Aku bertemu dengannya di stasiun kereta api, bukan mungkin di dekat tempat pembelian tiketnya, bukan mungkin di peronnya, ah-sama saja, apalah itu sekarang tidak begitu berarti. Bagian terpentingnya adalah aku kehilangan tiket perjalanan ke Leningrad dan benar-benar kalut karena hal itu. Masalahnya kereta yang ke jurusan itu adalah kereta terakhir hari ini. Aku tidak mengerti bagaimana tiket itu bisa hilang? Aku tertidur dan lupa segalanya.

Aku sungguh terkejut ketika seorang lelaki datang padaku dan mengatakan, "Maaf, ini tiketmu."

Aku membeku sepersekian detik, tak tahu harus bagaimana. Sore itu udara di Rusia sangat dingin dan salju turun seperti gugusan kapas. Aku berterima kasih padanya.

"Tidak perlu berterima kasih, sebenarnya aku tadi mencuri tiketmu," katanya.

Aku seperti tersengat listrik seribu volt dan lelaki itu hanya tersenyum kecut.

"Beraninya kau mencuri tiketku!!! Berani sekali!! Dasar Baj*ng*n!!! Kamerad!!! Tidak tahukah kau berapa harga yang harus aku bayar demi selembar kertas ini?? Tahu tidak?? Perbuatanmu sungguh tidak bisa dimaafkan, aku akan panggil pihak keamanan sekarang juga dan melaporkan perbuatanmu!! Orang sepertimu pantas mendapatkan hukuman!!!!’’

Yah, itu adalah kalimat yang terlontar dari hatiku, tapi aku tidak mengatakan padanya demikian. Tadinya aku ingin berucap begitu. Namun, ketika aku baru saja membuka mulut, segaris angin dingin menerpaku, membuatku menggigil sampai memeluk diriku sendiri. Musim dingin ini, kebekuan ini, membuatku menjadi lebih mudah iba kepada orang lain, termasuk lelaki itu. Aku memerhatikannya dan menyimpulkan bahwa ia hanyalah lelaki miskin. Dengan matanya yang lembut, ia tampak sebagai lelaki suci yang tidak akan melakukan tindakan pencurian kecuali terpaksa, itu pun hanya sekali.

Maka, aku berkata, "Baiklah, terima kasih."

Aku pun berbalik dan berlalu. Ketika aku sampai di ujung pintu kereta, aku melihat ia berdiri memandangku. Kami bertatapan. Sial! Pikirku, hatiku berdentum kencang dan aku tidak tahu mengapa. Aku merasa tatapannya begitu dekat untukku dan sedikit menyenggol perasaan paling sensitif dariku.

Aku pun memutuskan untuk mendekatinya sekali lagi dan bertanya basa basi, "Anda hendak kemana? Mengapa Anda mengambil tiket saya? Apakah Anda sedang dalam urusan terdesak? dan bla..bla..bla..blaa...."

Kurang dari lima menit kemudian, aku sudah membelikannya tiket dan kami masuk ke dalam kereta bersama-sama. Ah, Apakah aku ini bodoh atau semacam jiwa yang terkejut atas kehadiran seorang pria?

Ia bilang namanya "Jack". Aku bilang namaku ''Katya''. Katya Safelova.

"Katya," panggilnya. Aku merasa sangat perempuan tiap kali orang memanggilku demikian.

Aku bisa membayangkan bagaimana jalan pemuda ini dalam  bersosialisasi dengan masyarakat. Dari namanya, aku menebak dia adalah orang yang supel, ramah, hangat, dan mungkin ia adalah pahlawan kesatria seperti di film-film. Karena dibalik kacamata gagang emas yang membuatnya tampak seperti pria berusia empat puluh tahun, wajahnya ganteng, ditambah krisis laki-laki yang melanda negeri ini membuat aku duga keras bahwa banyak gadis-gadis jatuh hati padanya, mereka menggelinjang di kakinya, memohon-mohon dengan nada mendesah, "Aku milikmu! Ambilah!"

Kami duduk sebangku di kereta, tetapi sepanjang perjalanan kami banyak terdiam. Nyatanya Jack bersikap dingin, sedingin udara disini. Ia tidak bercerita apa-apa. Tidak tentang hidupnya, tidak tentang keluarganya, tidak tentang saudaranya, temannya, saudara sesuku-nya pun tidak. Satu-satunya hal yang terlontar dari bibir pemuda ini hanya,

"Aku butuh penginapan." Jack merapatkan mantel dan mengencangkan topi bulu rusianya. "Aku tidak punya uang satu rubel pun," lanjutnya.

Aku tahu maksudnya.

"Aku kerampokan," Ia beralasan.

Aku tahu maksudnya.

"Baiklah, aku punya sebuah motel di Leningrad. Aku bisa membantumu.’’

Ia tersenyum. Tubuhku hampir saja terangkat dari bumi melihat senyumnya. Kereta berjalan terus. Kami tidak berbicara lagi. Aku menyenderkan kepala ke jendela, melihat pemandangan diluar yang ditumbuhi salju sampai berkerak di dinding. Segaris angin berhembus diluar, tetapi dinginnnya menggertakan kaca dan membuatku menggigil. Aku merapatkan mantel berat berwarna abu-abu. Bongkahan uap napas bulat-bulat keluar dari mulutku, melayang seperti ruh. Aku memejamkan mata. Untuk kedua kalinya dalam setengah jam, aku tertidur.

***

Aku tak bisa mengatakan motel milikku sebagai penginapan yang mewah. Motel ini sangat sederhana, fasilitasnya juga kurang lengkap. Tetapi aku sungguh ingin mengembangkan bisnis ini. Aku mencari dana sponsor dimana-mana, mencari kerjaan lain kemana-mana, hanya untuk menambah modal motelku. Aku ingin membeli televisi, aku ingin di setiap kamar ada televisi sehingga tamu bisa menemukan hiburan baru di motelku. Agar mereka tidak jenuh. Selama ini hanya ada radio. Berita BBC dan CNN kebanyakan memercik dari radio, menghujani para tamu dengan letupan politik. Aku tidak terlalu menyukai berita lokal karena selama ini selalu penuh dengan sensor dan antek-antek KGB. Aku membayangkan seandaianya penginapan ini bisa berubah jadi hotel bintang lima.

Jack menginap di motelku, di salah satu kamar. Kamarku ada di seberangnya, kamar ibuku ada di bagian tenggaranya. Aku bilang bahwa aku hanya memiliki ibuku. Aku tidak pernah melihat ayahku dan tidak mau tahu tentang itu. Jack tertawa, "Sering kali lelaki itu adalah makhluk paling brengsek, Katya."

Pipiku merah padam. Ia sangat manis. Ia menyebut namaku dengan nada selembut susu, ''Katya...''

"Kau bisa tinggal disini sampai kau merasa lebih baik dan mendapatkan pekerjaan," kataku. Ia hanya tersenyum. Kemudian, kami berpisah ke kamar masing-masing.

*****

Aku sedang mendengarkan lantunan si-mata-hitam-Rusia di radio,di dekat perapian sambil membaca karya Nabokov waktu suatu suara injakan salju mengganggu pendengaranku. Aku menyibak tirai jendela, melihat Jack sedang berjalan-jalan sendirian di halaman. Dingin-dingin begini, aku tak habis pikir apa yang membuatnya berani keluar. Apakah ia benar-benar bodoh? Jack duduk di salah satu bangku bulat yang terbuat dari kayu setelah menyapu gundukan salju diatasnya. Ia diam disitu, seperti sedang berjuang dengan sesuatu di pikirannya. Saat ia menangkap basah diriku, Jack tersenyum letih.

Aku memutuskan keluar kamar dan bertanya padanya, "Apa yang dilakukannya di tengah kebekuan ini?’’. Jack merentangkan kedua tangannya sambil menaikkan bahunya. Barangkali maksudnya, Tidak ada apa-apa. Aku hanya tersenyum.

Aku duduk di samping Jack, berusaha mengumpulkan kekuatan untuk berbicara. Namun tak ada satupun yang keluar dari mulutku selain uap dingin. Ah, mengapa aku mendadak menjadi gugup seperti ini?

"Terima kasih atas semuanya," seru Jack. Aku tertegun. Jack menggenggam tanganku dan menatap mataku, "Terima Kasih.."

Aku masih tertegun sambil pelan-pelan melepaskan tanganku dari genggaman Jack. Aku merasa salah tingkah dalam keadaan seperti ini. Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan padanya. Aku mengangguk, "Iya, sama-sama, itu tidak masalah bagiku."

Jack ikut mengangguk dan tersenyum padaku. Senyumannya membuatku terpukau. Aku hampir ingin melayang. Namun aku berusaha mengendalikan diriku. Aku pun bangkit dan pamit undur diri. Aku kembali masuk ke dalam kamarku. Setiap langkahku yang tercetak di gundukan salju, aku merasa Jack terus memandangiku, sama seperti yang terjadi di stasiun sehingga aku akan tergoda untuk menoleh padanya, dan kami bertatapan.

Waktu awal kami bertemu di stasiun, aku rasa aku tertarik padanya. Entah karena apa, entah bagaimana harus menjelaskan. Aku ingin mengenalnya lebih dalam. Tetapi kami bahkan sangat jarang berkomunikasi. Atau begini cara dia menjalin komunikasi dengan sekitar. Perkenalan ini terjadi begitu sunyi. Aku mengharapkan beberapa patah pujian atau kejujuran cerita atas duka cita. Tetapi Jack tidak mengatakan apapun selain "Terima Kasih." Ia terlalu dingin untuk ukuran musim dingin. Jack mungkin sudah terkontaminasi pendidikan Sparta yang keras sehingga ia tumbuh menjadi manusia kaku. Atau barangkali politik di Rusia yang tengah memanas pasca runtuhnya rezim komunis yang membuatnya begitu.

Aku mengintip Jack dari jendela kamarku lagi. Jack kembali ke kamarnya. Jalannya lamban. Kesunyian membuat gerak geriknya jadi berat oleh rahasia-rahasia yang dibawanya. Ia seperti pria empat puluh tahun yang kuno. Mantel lusuh, kacamata bulat lusuh, topi lusuh, semua hal yang melekat di badannya lusuh kecuali badan itu sendiri. Aku bisa jamin ia sangat bagus apabila ia memakai pakaian yang lebih baik atau tidak memakai pakaian sama sekali. Ya Ampun, apa yang aku pikirkan?!

Bohlam gundul di kamarnya menyala, terdengar seringaian derak suatu benda bergerak, mungkin meja atau kursi yang ditariknya. Berita BBC mengalun lemah di radio mendendangkan politik, kejahatan, perang, dan ambisi.

Jack menyibak tirai jendelanya, melihat ke arahku. Keterkejutan yang tiba-tiba membuat aku spontan menutup tirai jendela kamar. Aku meringkuk ke selimut, menyembunyikan mukaku dari ketajaman matanya yang seolah-olah telah berhasil menangkap seorang penjahat. Namun beberapa menit kemudian, aku bangkit. Mematikan suara radio, menyibak tirai jendela lagi. Jack masih disitu, tersenyum dan melambaikan tangan padaku. Aku rasa ia sengaja melakukannya untuk menggodaku. Rasanya ia sadar betul pada apa yang tengah dialami di tanah ini; krisis pria dan hasrat besar para gadis. Ia cukup ahli memainkan perannya disini.

Namun kemudian aku meringkuk di balik selimut lagi dan merasa malu. Lalu aku melihat ke arah jendela lagi. Jack masih disitu. Lalu aku meringkuk lagi, memejamkan mata,  melupakan semuanya. Beberapa menit kemudian, aku tertidur. Tapi aku berharap Jack terus disitu sampai pagi.

Related chapters

  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Gone Too Soon

    Jack's POVAku membolak-balik lembaran koran crocodile, dan beberapa koran merk lain, lokal maupun internasional pagi ini. Berita tentang pembantaian Srebenica terpampang sebagai tampilan awal pada rata-rata koran, disusul masalah robohnya perang dingin, perang di Afghanistan, konflik di Timur tengah, kelaparan di Ethiopia, rusuh di Somalia, kejayaan Eropa, inflasi di Asia Tenggara, politik di Rusia, persoalan hidup di pelosok Rusia, musim dingin di Moskow, macam-macam resep makanan untuk musim dingin, macam-macam pernak-pernik untuk musim dingin, macam-macam hiburan di musim dingin, cara mendekorasi pohon cemara, cara membuat kue tart cokelat, pemutaran ulang film ‘Lolita’, asal usul nama crocodile dari koran crocodile, dan akhirnya… pas foto seorang napi yang kabur dari penjara. Aku menelan ludah. Tanpa aku insyafi lagi aku membaca biografi diriku. Yah, barangkali tidak ada bedanya dengan sesosok artis yang suka

    Last Updated : 2021-03-16
  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Menunggu

    Jack's POV"Samosa satu!’’"Chapati!’’"Jalebi!’’"Nasi palao lima!’’"Kebab Turki tiga!’’Aku menghabiskan hari-hariku kini berdiri di balik sebuah meja layan bersama sederetan pria yang secara cover sangat berbeda denganku. Mereka tidak putih, pun tak hitam. Rambut mereka tidak pirang, pun tak terlalu hitam. Mata mereka tidak biru, pun tak hitam, tapi hijau seperti zamrud. Garis wajah mereka kuat seolah menegaskan batas-batas darimana mereka berasal. Deretan pria yang ikut bekerja bersamaku adalah mereka yang datang dari daratan asia bagian selatan, barat, dan Afrika utara. Mereka sangat bertenaga, tak ubahnya saat mereka berperang melawan orang-orang kulit putih."Nasi palaaouow! Samoouwssaa! Kebbabbe! Semmuwannyya limmaa rrubbell! Tashakor!’’Suasana kedai saat itu meriah oleh piring

    Last Updated : 2021-03-17
  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Semenanjung Gulag

    Jack's PovMenjadi pelayan di restoran Afghanistan adalah sesuatu yang fatal. Begitu menurutku. Bukan gajinya sedikit, bukan majikannya yang bawel, bukan teman-temannya yang norak, bukan pengunjungnya yang heboh, tapi bekerja disini seolah-olah telah menyambungkan rantai sejarah yang baru saja putus. Rantai sejarah yang merupakan proyek gagal bangsaku, tapi jebolan Afghani. Kau tahu maksudku? Tidak. Ah, sudahlah. Berarti kau tak pernah belajar sejarah.Rajif dan Gula memandangiku dari ujung kaki sampai ujung jidat saat pertama kali aku datang melamar pekerjaan pada mereka. Hamzah sampai harus berdehem untuk menurunkan mereka dari langit kejayaan dan keunggulan dari suatu yang diremehkan. Aku mengerti betapa bersoraknya mereka menjadi majikan di negeri yang dulu membabukan negerinya."So, what’s your name, boy?’’ tanya Rajif saat menangkap mataku menyapu ruang depan restorannya. Aku segera berpindah pandang men

    Last Updated : 2021-04-01
  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Kedatangan Nyonya Koo

    Leningrad, Akhir musim dingin 1992…Katya's PovLangit di atas kota Leningrad keruh, seperti langit pada umumnya di musim dingin. Angin bertiup kencang dan pohon-pohon castuarina bergoyang ke kanan dan ke kiri. Wusshhhh… kadang-kadang beberapa genteng terbang berantakan karena tak mampu menahan laju angin. Juga benda-benda yang ringan yang berserakan di atas salju, bahkan salju sendiri bisa ikut terhempas layaknya pasir di gurun.Motelku tak begitu ramai pada musim ini. Alasannya banyak, cuaca, salju, dan pada akhirnya ekonomi yang anjlok usai jatuhnya rezim komunis. Aku masih belum bisa mewujudkan impianku membeli tv untuk setiap kamar sebagai hiburan baru bagi penginap di motelku. Masih dengung radio yang meletup-letup. Betapa bosannya! Kemarin, aku mendengarkan suara dari penyiar BBC melaporkan kabar tentang politik, kejahatan, perang, dan ambisi. Kemarinnya lagi, aku mendengarkan kabar dari CNN

    Last Updated : 2021-04-01
  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Nyonya Koo

    Aku menghela nafas dan nafasku menampar udara, bergema ke segala sudut."Ah, Katya!’’ Nyonya Koo menyahutku saat ia mendengar gema nafasku. Suaranya bergema juga ke segala sudut sehingga aku hampir merasa ia memanggil namaku empat kali. Katya..Katya...Katya....Katya...! hal itu terjadi karena kami tengah berjalan di antara koridor kamar yang dibatasi dinding-dinding menjulang sehingga dilihat dari hukum fisika, bisa menghasilkan gema, begitulah. Aku tersenyum."Kau terlihat semakin cantik,’’ puji Nyonya Koo."Terima kasih,’’ kataku."Pasti sudah banyak pria yang tergila-gila padamu.’’Hmmm, kenyataannya tidak. Aku sedih jika harus memikirkan nasib ini. Ternyata cantik pun tak bisa menjamin seorang gadis akan mudah mendapatkan pacar. Baru-baru ini aku membaca artikel berisi keajaiban cinta dari majalah Vogue. Isinya menjelaskan bahwa ada seorang lelaki tampan yang menikahi ga

    Last Updated : 2021-04-05
  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Makan Malam Bersama Nyonya Koo

    Perlu diketahui bahwa aku mendapatkan banyak cerita tentang Nyonya Koo bukan dari empunya nama itu sendiri, melainkan dari orang-orang yang hidup di kota ini, atau di sekitar lingkungannya. Nyonya Koo memang dekat denganku, tetapi ia tidak pernah menceritakan kisah hidupnya secara detil padaku. Ia menceritakan pokok-pokoknya saja, kadang-kadang itu pun berkat usahaku membujuknya. Sering kali aku berpikir apakah Nyonya Koo tak butuh seseorang untuk membagi pengalaman hidupnya. Setidaknya berbagilah tips-tips bagaimana ia bisa menjadi begitu kaya dan berpengaruh di China. Tidak. Ia tak bercerita sedetil itu.Begitu banyak varian kisah tentang keluarga Koo, Tuan dan Nyonya Koo tepatnya. Tetapi tetap saja ada beberapa pertanyaan yang tak terjawab mengenainya. Seperti yang sudah kusebut, bagaimana ia bisa begitu kaya dan berpengaruh di China? Bagaimana pemerintah Soviet mengabulkan permintaan mereka menjadi warga negara Soviet dengan mudah? Dan mengapa pemerintah Soviet membiarkan

    Last Updated : 2021-04-16
  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Sebuah Pelarian

    Musim Dingin, Rusia, 1992...Jack's PovApa yang dapat aku ingat dari bangunan konstruksi gaya renaissance yang kelabu itu? Apa yang dapat aku kenang dari gerbang besinya yang karatan, yang suka berderit-derit waktu angin tertawa, juga yang suka dijadikan wadah bagi burung-burung gereja?Apa yang aku lihat hanyalah sipir penjara yang berjalan mondar mandir tanpa tujuan, gerombolan pria brutal yang tak memiliki asa, juga benda-benda hitam seperti alat penyiksa. Yang kulihat saat itu hanyalah gelap.Apa yang dapat aku dengar hanyalah deritan gerbang tua, irama mesin ketik, denting-denting alat makan, gemuruh nafas orang-orang gila, dan kaokan burung-burung gagak di malam hari.Aku benar-benar tak mengerti bagaimana sebenarnya kehidupan itu berjalan. Ia seperti petir, muncul dan menghilang begitu cepat. Namun, tiba-tiba mementaskan suara gelegar.Kemarin aku adalah belalang di padang bebas. Hari ini, aku mungkin perkutut di da

    Last Updated : 2021-03-07

Latest chapter

  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Makan Malam Bersama Nyonya Koo

    Perlu diketahui bahwa aku mendapatkan banyak cerita tentang Nyonya Koo bukan dari empunya nama itu sendiri, melainkan dari orang-orang yang hidup di kota ini, atau di sekitar lingkungannya. Nyonya Koo memang dekat denganku, tetapi ia tidak pernah menceritakan kisah hidupnya secara detil padaku. Ia menceritakan pokok-pokoknya saja, kadang-kadang itu pun berkat usahaku membujuknya. Sering kali aku berpikir apakah Nyonya Koo tak butuh seseorang untuk membagi pengalaman hidupnya. Setidaknya berbagilah tips-tips bagaimana ia bisa menjadi begitu kaya dan berpengaruh di China. Tidak. Ia tak bercerita sedetil itu.Begitu banyak varian kisah tentang keluarga Koo, Tuan dan Nyonya Koo tepatnya. Tetapi tetap saja ada beberapa pertanyaan yang tak terjawab mengenainya. Seperti yang sudah kusebut, bagaimana ia bisa begitu kaya dan berpengaruh di China? Bagaimana pemerintah Soviet mengabulkan permintaan mereka menjadi warga negara Soviet dengan mudah? Dan mengapa pemerintah Soviet membiarkan

  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Nyonya Koo

    Aku menghela nafas dan nafasku menampar udara, bergema ke segala sudut."Ah, Katya!’’ Nyonya Koo menyahutku saat ia mendengar gema nafasku. Suaranya bergema juga ke segala sudut sehingga aku hampir merasa ia memanggil namaku empat kali. Katya..Katya...Katya....Katya...! hal itu terjadi karena kami tengah berjalan di antara koridor kamar yang dibatasi dinding-dinding menjulang sehingga dilihat dari hukum fisika, bisa menghasilkan gema, begitulah. Aku tersenyum."Kau terlihat semakin cantik,’’ puji Nyonya Koo."Terima kasih,’’ kataku."Pasti sudah banyak pria yang tergila-gila padamu.’’Hmmm, kenyataannya tidak. Aku sedih jika harus memikirkan nasib ini. Ternyata cantik pun tak bisa menjamin seorang gadis akan mudah mendapatkan pacar. Baru-baru ini aku membaca artikel berisi keajaiban cinta dari majalah Vogue. Isinya menjelaskan bahwa ada seorang lelaki tampan yang menikahi ga

  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Kedatangan Nyonya Koo

    Leningrad, Akhir musim dingin 1992…Katya's PovLangit di atas kota Leningrad keruh, seperti langit pada umumnya di musim dingin. Angin bertiup kencang dan pohon-pohon castuarina bergoyang ke kanan dan ke kiri. Wusshhhh… kadang-kadang beberapa genteng terbang berantakan karena tak mampu menahan laju angin. Juga benda-benda yang ringan yang berserakan di atas salju, bahkan salju sendiri bisa ikut terhempas layaknya pasir di gurun.Motelku tak begitu ramai pada musim ini. Alasannya banyak, cuaca, salju, dan pada akhirnya ekonomi yang anjlok usai jatuhnya rezim komunis. Aku masih belum bisa mewujudkan impianku membeli tv untuk setiap kamar sebagai hiburan baru bagi penginap di motelku. Masih dengung radio yang meletup-letup. Betapa bosannya! Kemarin, aku mendengarkan suara dari penyiar BBC melaporkan kabar tentang politik, kejahatan, perang, dan ambisi. Kemarinnya lagi, aku mendengarkan kabar dari CNN

  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Semenanjung Gulag

    Jack's PovMenjadi pelayan di restoran Afghanistan adalah sesuatu yang fatal. Begitu menurutku. Bukan gajinya sedikit, bukan majikannya yang bawel, bukan teman-temannya yang norak, bukan pengunjungnya yang heboh, tapi bekerja disini seolah-olah telah menyambungkan rantai sejarah yang baru saja putus. Rantai sejarah yang merupakan proyek gagal bangsaku, tapi jebolan Afghani. Kau tahu maksudku? Tidak. Ah, sudahlah. Berarti kau tak pernah belajar sejarah.Rajif dan Gula memandangiku dari ujung kaki sampai ujung jidat saat pertama kali aku datang melamar pekerjaan pada mereka. Hamzah sampai harus berdehem untuk menurunkan mereka dari langit kejayaan dan keunggulan dari suatu yang diremehkan. Aku mengerti betapa bersoraknya mereka menjadi majikan di negeri yang dulu membabukan negerinya."So, what’s your name, boy?’’ tanya Rajif saat menangkap mataku menyapu ruang depan restorannya. Aku segera berpindah pandang men

  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Menunggu

    Jack's POV"Samosa satu!’’"Chapati!’’"Jalebi!’’"Nasi palao lima!’’"Kebab Turki tiga!’’Aku menghabiskan hari-hariku kini berdiri di balik sebuah meja layan bersama sederetan pria yang secara cover sangat berbeda denganku. Mereka tidak putih, pun tak hitam. Rambut mereka tidak pirang, pun tak terlalu hitam. Mata mereka tidak biru, pun tak hitam, tapi hijau seperti zamrud. Garis wajah mereka kuat seolah menegaskan batas-batas darimana mereka berasal. Deretan pria yang ikut bekerja bersamaku adalah mereka yang datang dari daratan asia bagian selatan, barat, dan Afrika utara. Mereka sangat bertenaga, tak ubahnya saat mereka berperang melawan orang-orang kulit putih."Nasi palaaouow! Samoouwssaa! Kebbabbe! Semmuwannyya limmaa rrubbell! Tashakor!’’Suasana kedai saat itu meriah oleh piring

  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Gone Too Soon

    Jack's POVAku membolak-balik lembaran koran crocodile, dan beberapa koran merk lain, lokal maupun internasional pagi ini. Berita tentang pembantaian Srebenica terpampang sebagai tampilan awal pada rata-rata koran, disusul masalah robohnya perang dingin, perang di Afghanistan, konflik di Timur tengah, kelaparan di Ethiopia, rusuh di Somalia, kejayaan Eropa, inflasi di Asia Tenggara, politik di Rusia, persoalan hidup di pelosok Rusia, musim dingin di Moskow, macam-macam resep makanan untuk musim dingin, macam-macam pernak-pernik untuk musim dingin, macam-macam hiburan di musim dingin, cara mendekorasi pohon cemara, cara membuat kue tart cokelat, pemutaran ulang film ‘Lolita’, asal usul nama crocodile dari koran crocodile, dan akhirnya… pas foto seorang napi yang kabur dari penjara. Aku menelan ludah. Tanpa aku insyafi lagi aku membaca biografi diriku. Yah, barangkali tidak ada bedanya dengan sesosok artis yang suka

  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Sebuah Penginapan

    Katya PovAku bertemu dengannya di stasiun kereta api, bukan mungkin di dekat tempat pembelian tiketnya, bukan mungkin di peronnya, ah-sama saja, apalah itu sekarang tidak begitu berarti. Bagian terpentingnya adalah aku kehilangan tiket perjalanan ke Leningrad dan benar-benar kalut karena hal itu. Masalahnya kereta yang ke jurusan itu adalah kereta terakhir hari ini. Aku tidak mengerti bagaimana tiket itu bisa hilang? Aku tertidur dan lupa segalanya.Aku sungguh terkejut ketika seorang lelaki datang padaku dan mengatakan, "Maaf, ini tiketmu."Aku membeku sepersekian detik, tak tahu harus bagaimana. Sore itu udara di Rusia sangat dingin dan salju turun seperti gugusan kapas. Aku berterima kasih padanya."Tidak perlu berterima kasih, sebenarnya aku tadi mencuri tiketmu," katanya.Aku seperti tersengat listrik seribu volt dan lelaki itu hanya tersenyum kecut."Beraninya kau mencuri tiketku!!! Berani sekali!! Dasar Baj*ng*n!!! K

  • Mama, I'm In Love With A Criminal   Sebuah Pelarian

    Musim Dingin, Rusia, 1992...Jack's PovApa yang dapat aku ingat dari bangunan konstruksi gaya renaissance yang kelabu itu? Apa yang dapat aku kenang dari gerbang besinya yang karatan, yang suka berderit-derit waktu angin tertawa, juga yang suka dijadikan wadah bagi burung-burung gereja?Apa yang aku lihat hanyalah sipir penjara yang berjalan mondar mandir tanpa tujuan, gerombolan pria brutal yang tak memiliki asa, juga benda-benda hitam seperti alat penyiksa. Yang kulihat saat itu hanyalah gelap.Apa yang dapat aku dengar hanyalah deritan gerbang tua, irama mesin ketik, denting-denting alat makan, gemuruh nafas orang-orang gila, dan kaokan burung-burung gagak di malam hari.Aku benar-benar tak mengerti bagaimana sebenarnya kehidupan itu berjalan. Ia seperti petir, muncul dan menghilang begitu cepat. Namun, tiba-tiba mementaskan suara gelegar.Kemarin aku adalah belalang di padang bebas. Hari ini, aku mungkin perkutut di da

DMCA.com Protection Status