Chapter: Setelah Malam PertamaAnnastasia membuka matanya perlahan dan langsung disambut oleh pemandangan langit-langit berlampu redup yang menggantung rendah. Awalnya pemandangan itu tampak samar-samar, sebelum akhirnya menjadi jelas. Persis seperti orang yang baru tersadar dari pingsannya. Namun, Ann tidak pingsan. Ia hanya tertidur terlalu lelap. Ia merasa ia bermimpi dalam tidurnya, sepertinya ia berjalan-jalan ke masa lalunya dan mengenang kepahitan hidupnya. Tentang kecelakaan orang tuanya. Tentang pernikahannya. Tentang kebohongannya di Temple of The Prophet. Ia bahkan masih bisa mendengar sedikit bunyi gemerincing gelang kakinya di hari jadinya sebagai pengantin. Seperti sebuah suara yang mengalir di telinganya, menembus dimensi khayal. Namun, detik berikutnya ketika nyawanya benar-benar sudah pulih, semua kelebat bayangan itu lenyap. Semua bunyi menghilang dan hanya menyisakan hening. Tanpa bangkit dari tidurnya, Ann menoleh ke kanan dan melihat Isaac sedang sibuk mengetik-ngetik di balik meja ko
Terakhir Diperbarui: 2021-10-07
Chapter: Kesepian AnnMimpi itu berlangsung lama di kepala Ann. Mimpi yang kembali memutar memorinya terdahulu, dan saat ini, Ann seakan bisa mendengar bunyi gemerincing gelang kakinya memenuhi ruangan. Waktu itu adalah pertama kalinya Ann tiba di rumah ini, rumah Isaac yang besar dan luas. Langkah Ann terhenti di ruang ibadah. Ia terpukau dengan hiasan-hiasan dinding yang terukir."Abang punya ruang ibadah. Syukurlah," seru Ann. "Ternyata rumah Isaac tidak seburuk yang aku kira. Laki-laki itu pasti setidaknya cukup perhatian dengan agamanya," batinnya.Isaac tidak menjawab, ia malah pergi ke ruang tengah, tempat segalanya terlihat lebih modern. Ia duduk disana. Tanpa ekspresi. Matanya seakan menunjukkan bahwa ia sedang memikirkan hal lain."Abang..." seru Ann. Gadis itu mencoba akrab dengan suaminya, yang kemudian dibalas oleh Isaac dengan muka masam.Ann menyerah. Satu penolakan ajakan bicara dari suaminya sudah cukup membuatnya berspekulasi bahwa Isaac bukanlah orang yang r
Terakhir Diperbarui: 2021-10-03
Chapter: Jodoh Dari Tuhan 2Akhir dari pertemuan antara Ann dan Isaac adalah... mereka semua menuju Temple of The Prophet untuk meminta kepada para Shalaim tanggal berapa dan hari apa pernikahan seharusnya dilaksanakan. Sementara Tuan dan Nyonya Mendeelev asyik berdiskusi dengan para Shalaim, Ann duduk di lantai di depan gapura Kuil. Ia khusyuk memandangi langit Amonmakh yang keemasan. "Lo bener-bener ngeliat?" tanya Isaac, yang tiba-tiba sudah ada disampingnya. Entah dari mana ia datang. Ann menoleh sebentar, tapi kemudian Isaac membuang muka, sehingga Ann kembali menatap kuil di depannya. "Gue gak denger jawaban lo," desak Isaac. "Enggak," jawab Ann. Lalu, ia diam. "Gue juga enggak ngeliat malaikat dari dalam diri lo," tegas Isaac. "Tapi gue bilang gue liat, karena...." kalimat Isaac tertahan sejenak. "Gue gak mau ngecewain orang tua gue aja." Hening. Dedaunan maple di teras berguguran terseret angin, menyusur masuk ke halaman kuil. Pepohon Mesquite ber
Terakhir Diperbarui: 2021-10-03
Chapter: Jodoh Dari Tuhan 1Di antara kelelahan dan tidurnya, di antara jeritan perang dan rudal-rudal yang menghancurkan satu kota, di antara pertengkaran suami istri dan nafsu birahi, Annastasia bermimpi. Dan mimpinya, membawanya ke masa lalu. Ke masa sebelum ia menikah dengan suaminya, Isaac. Berbagai kejadian terasa telah berlalu begitu jauh sekali, seakan semuanya terjadi dalam kehidupan yang sebelumnya, dan tiba-tiba saja kembali sambil membawa memori perasaan yang ganjil. *** Ada saat-saat dimana kamu kehilangan semua yang kamu punya. Ketika kamu gagal. Ketika orang-orang yang kamu cintai pergi meninggalkanmu, dan kamu merasa begitu sendirian. Kamu bahkan tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup. Kamu hilang arah. Hilang tujuan. Kamu seperti tersesat di sebuah labirin gelap. Kamu mencoba mencari-cari cahaya, tetapi kamu tidak menemukannya. Itulah yang dirasakan Annastasia ketika orang tuanya dinyatakan meninggal. Bahkan dalam mimpi, perasaan kehilangan orang tua sama saja bur
Terakhir Diperbarui: 2021-10-01
Chapter: Si Vis Pacem, Para BellumLalu bersamaan dengan proses reproduksi yang terjadi antara suami istri, Isaac dan Ann, mimpi buruk peperangan kembali muncul menjadi background mengerikan dari kisah mereka. Dini hari, sekitar pukul tiga lewat tujuh, serangan udara meledak di wilayah terluar dari North Bank, tepatnya di Teluk Tengah. Kejadian ini tepat seminggu setelah Rotsfeller menyebarkan surat ancaman lewat udara yang menginstruksikan North Bank untuk menyerah, meletakkan senjata, angkat tangan dan mengibarkan bendera putih. Namun, Raja Armani tak pernah merespon ancaman tersebut dan Raja Nathaniel menganggap itu sebagai sebuah pertentangan. Maka. ia pun merasa bahwa North Bank halal diserbu. "Si Vis Pacem, Para Bellum," pesan The Holy Lord King Nathaniel dalam suatu pidatonya di hadapan seluruh pejabat dan bangsawan Meyhem. Artinya, "Jika Engkau menginginkan perdamaian, maka bersiaplah untuk perang." Sebuah pernyataan yang cukup ironi mengingat ia sendiri yang mencetuskan pera
Terakhir Diperbarui: 2021-08-17
Chapter: "Sekarang lo nyerah kan, Ann?"Ann terjatuh, tetapi ia berhasil bangkit berdiri. Dengan mata yang sama melototnya dengan Isaac, Ann mengacungkan jari tengah. "F*CK YOU!!!" Teriaknya dengan nada yang paling tinggi dan paling kasar yang pernah diteriakkan oleh seorang istri. "GUE JUGA BISA KEJAM SAMA LO, BRENGS*K!!!" Ann menjambak rambut Isaac. Keras. Kuat. Kencang. Seolah-olah seluruh kekesalannya tumpah di jambakan itu. "AARGGHH!!!" Isaac mengaduh. Ia memegangi kepalanya. Ia menginjak kaki Ann dengan kakinya sampai Ann kesakitan dan jambakannya lepas. Isaac mendorong Ann lagi. Ann terjatuh untuk ke sekian kalinya. "OKE, KALAU ITU MAU LO!!!" Seru Isaac. Ia merapihkan kerah bajunya lalu berkacak pinggang sambil mengatur napasnya yang terengah-engah. Matanya nyolot, menatap tajam. Setelah mengelap keringat dengan punggung tangannya, ia menunjuk Ann, "GUE PASTIIN KALI INI GUE GAK AKAN KALAH DARI LO!!!" Ann berdiri lagi lalu menampar Isaac. PLAAKK!!! Isa
Terakhir Diperbarui: 2021-08-16
Chapter: Makan Malam Bersama Nyonya KooPerlu diketahui bahwa aku mendapatkan banyak cerita tentang Nyonya Koo bukan dari empunya nama itu sendiri, melainkan dari orang-orang yang hidup di kota ini, atau di sekitar lingkungannya. Nyonya Koo memang dekat denganku, tetapi ia tidak pernah menceritakan kisah hidupnya secara detil padaku. Ia menceritakan pokok-pokoknya saja, kadang-kadang itu pun berkat usahaku membujuknya. Sering kali aku berpikir apakah Nyonya Koo tak butuh seseorang untuk membagi pengalaman hidupnya. Setidaknya berbagilah tips-tips bagaimana ia bisa menjadi begitu kaya dan berpengaruh di China. Tidak. Ia tak bercerita sedetil itu.Begitu banyak varian kisah tentang keluarga Koo, Tuan dan Nyonya Koo tepatnya. Tetapi tetap saja ada beberapa pertanyaan yang tak terjawab mengenainya. Seperti yang sudah kusebut, bagaimana ia bisa begitu kaya dan berpengaruh di China? Bagaimana pemerintah Soviet mengabulkan permintaan mereka menjadi warga negara Soviet dengan mudah? Dan mengapa pemerintah Soviet membiarkan
Terakhir Diperbarui: 2021-04-16
Chapter: Nyonya KooAku menghela nafas dan nafasku menampar udara, bergema ke segala sudut."Ah, Katya!’’ Nyonya Koo menyahutku saat ia mendengar gema nafasku. Suaranya bergema juga ke segala sudut sehingga aku hampir merasa ia memanggil namaku empat kali. Katya..Katya...Katya....Katya...! hal itu terjadi karena kami tengah berjalan di antara koridor kamar yang dibatasi dinding-dinding menjulang sehingga dilihat dari hukum fisika, bisa menghasilkan gema, begitulah. Aku tersenyum."Kau terlihat semakin cantik,’’ puji Nyonya Koo."Terima kasih,’’ kataku."Pasti sudah banyak pria yang tergila-gila padamu.’’Hmmm, kenyataannya tidak. Aku sedih jika harus memikirkan nasib ini. Ternyata cantik pun tak bisa menjamin seorang gadis akan mudah mendapatkan pacar. Baru-baru ini aku membaca artikel berisi keajaiban cinta dari majalah Vogue. Isinya menjelaskan bahwa ada seorang lelaki tampan yang menikahi ga
Terakhir Diperbarui: 2021-04-05
Chapter: Kedatangan Nyonya KooLeningrad, Akhir musim dingin 1992…Katya's PovLangit di atas kota Leningrad keruh, seperti langit pada umumnya di musim dingin. Angin bertiup kencang dan pohon-pohon castuarina bergoyang ke kanan dan ke kiri. Wusshhhh… kadang-kadang beberapa genteng terbang berantakan karena tak mampu menahan laju angin. Juga benda-benda yang ringan yang berserakan di atas salju, bahkan salju sendiri bisa ikut terhempas layaknya pasir di gurun.Motelku tak begitu ramai pada musim ini. Alasannya banyak, cuaca, salju, dan pada akhirnya ekonomi yang anjlok usai jatuhnya rezim komunis. Aku masih belum bisa mewujudkan impianku membeli tv untuk setiap kamar sebagai hiburan baru bagi penginap di motelku. Masih dengung radio yang meletup-letup. Betapa bosannya! Kemarin, aku mendengarkan suara dari penyiar BBC melaporkan kabar tentang politik, kejahatan, perang, dan ambisi. Kemarinnya lagi, aku mendengarkan kabar dari CNN
Terakhir Diperbarui: 2021-04-01
Chapter: Semenanjung GulagJack's PovMenjadi pelayan di restoran Afghanistan adalah sesuatu yang fatal. Begitu menurutku. Bukan gajinya sedikit, bukan majikannya yang bawel, bukan teman-temannya yang norak, bukan pengunjungnya yang heboh, tapi bekerja disini seolah-olah telah menyambungkan rantai sejarah yang baru saja putus. Rantai sejarah yang merupakan proyek gagal bangsaku, tapi jebolan Afghani. Kau tahu maksudku? Tidak. Ah, sudahlah. Berarti kau tak pernah belajar sejarah.Rajif dan Gula memandangiku dari ujung kaki sampai ujung jidat saat pertama kali aku datang melamar pekerjaan pada mereka. Hamzah sampai harus berdehem untuk menurunkan mereka dari langit kejayaan dan keunggulan dari suatu yang diremehkan. Aku mengerti betapa bersoraknya mereka menjadi majikan di negeri yang dulu membabukan negerinya."So, what’s your name, boy?’’ tanya Rajif saat menangkap mataku menyapu ruang depan restorannya. Aku segera berpindah pandang men
Terakhir Diperbarui: 2021-04-01
Chapter: MenungguJack's POV"Samosa satu!’’"Chapati!’’"Jalebi!’’"Nasi palao lima!’’"Kebab Turki tiga!’’Aku menghabiskan hari-hariku kini berdiri di balik sebuah meja layan bersama sederetan pria yang secara cover sangat berbeda denganku. Mereka tidak putih, pun tak hitam. Rambut mereka tidak pirang, pun tak terlalu hitam. Mata mereka tidak biru, pun tak hitam, tapi hijau seperti zamrud. Garis wajah mereka kuat seolah menegaskan batas-batas darimana mereka berasal. Deretan pria yang ikut bekerja bersamaku adalah mereka yang datang dari daratan asia bagian selatan, barat, dan Afrika utara. Mereka sangat bertenaga, tak ubahnya saat mereka berperang melawan orang-orang kulit putih."Nasi palaaouow! Samoouwssaa! Kebbabbe! Semmuwannyya limmaa rrubbell! Tashakor!’’Suasana kedai saat itu meriah oleh piring
Terakhir Diperbarui: 2021-03-17
Chapter: Gone Too SoonJack's POVAku membolak-balik lembaran koran crocodile, dan beberapa koran merk lain, lokal maupun internasional pagi ini. Berita tentang pembantaian Srebenica terpampang sebagai tampilan awal pada rata-rata koran, disusul masalah robohnya perang dingin, perang di Afghanistan, konflik di Timur tengah, kelaparan di Ethiopia, rusuh di Somalia, kejayaan Eropa, inflasi di Asia Tenggara, politik di Rusia, persoalan hidup di pelosok Rusia, musim dingin di Moskow, macam-macam resep makanan untuk musim dingin, macam-macam pernak-pernik untuk musim dingin, macam-macam hiburan di musim dingin, cara mendekorasi pohon cemara, cara membuat kue tart cokelat, pemutaran ulang film ‘Lolita’, asal usul nama crocodile dari koran crocodile, dan akhirnya… pas foto seorang napi yang kabur dari penjara. Aku menelan ludah. Tanpa aku insyafi lagi aku membaca biografi diriku. Yah, barangkali tidak ada bedanya dengan sesosok artis yang suka
Terakhir Diperbarui: 2021-03-16
Chapter: Sebuah KonspirasiHari sudah mendekati pukul satu siang tetapi tidak ada tanda-tanda keceriaan di akhir musim semi ini. Hawa dingin. Kabut terbang membungkus kota dan angin berhembus kencang. Di pulau Saiorse, di sebelah tenggara dari Istana Alegra, selokan beriak-riak menuju sungai hingga ke laut. Airnya jernih dan deras. Sepucuk pohon granium berdiri di pinggir, sehelai kelopak ungunya jatuh ke selokan dan terbawa arus seperti perahu kertas. Orang-orang berjalan dengan pakaian tebal nan berat. Jejak-jejak uap putih keluar setiap kali mereka bernafas. Saat melihat kelopak-kelopak bunga berjatuhan dan mengalir di selokan, mereka tersenyum hangat menyadari bahwa sebenarnya ini musim semi, bukan musim dingin. “Cuaca adalah satu-satunya hal yang tidak aku inginkan disini,” seru Tuan Philomene. Dari kaca mobil sederhananya, ia memperhatikan kehidupan bergerak menuju kesunyian. Balok-balok gedung berbaris menciptakan gang-gang sempit. Orang-orang lalu lalang di depan toko yang setengah buka, para
Terakhir Diperbarui: 2021-05-16
Chapter: Kepergian LunaDetik suara gerimis menghanyutkan suasana, menorehkan tinta hitam pada jalanan di pagi kelabu. Sebuah limosin beserta jajaran mobil lainnya meluncur mendekati pintu gerbang istana Alegra. Gerbang terbuka, penghormatan terhampar. Lord Alastairs telah kembali, demikian semua penghuni istana berbicara. Mereka bersiap-siap. Segala hal dipersiapkan. Lagu kebangsaan didengungkan. Para prajurit berbaris memanjang dari pintu gerbang hingga pintu istana utama; tegap, sigap. Mereka menampakkan wajah ceria, bahwa mereka senang Sang Raja kembali, bahwa mereka gembira dapat berjumpa Sang Raja lagi. Lady Earlene, Adrien dan Luna berjaga di depan pintu. Ketika Lord Alastairs keluar dari limosin dan pintu selebar dan setinggi beberapa kaki dengan ukiran kuno yang rumit itu terbuka, mereka semua membungkuk hormat. “Selamat datang, Tuanku,” seru Lady Earlene, disusul oleh Adrien dan Luna. Lord Alastairs tidak membalas, melainkan langsung masuk ke dalam, melewati ruang tengah dengan langit-lan
Terakhir Diperbarui: 2021-05-01
Chapter: Pementasan Gavin“Ke Margot ya, pak,” titah Gavin kepada supirnya. Luna tercengang.“Aku pikir kita akan pulang?”Gavin menggelengkan kepala, “Aku ada pementasan malam ini.”“Datanglah dan saksikan sebentar penampilanku,” kata Gavin, nada suaranya melembut. Luna mengeluh panjang.“Bisakah kita pulang saja? Aku sudah cukup lelah malam ini.”“Baiklah. Antarkan saja aku sampai Margot Boulevard, setelah itu antarkan Lady Luna sampai ke Istana Alegra.”Luna tak bergeming. Mobil terus melaju hingga pada suatu titik, di suatu Boulevard, sang sopir memarkirkan mobilnya ke pojok, persis di depan sebuah gedung teater. Malam semakin larut. Bintang-bintang yang biasa bertaburan hingga nyaris membuat orang yang melihat langit merasa tersesat, kini hilang, entah tersesat dimana. Hanya bias sabit yang redup bangkit dalam kesendiriannya, ditopang oleh baris cemara di kejauhan.Namun, di baw
Terakhir Diperbarui: 2021-04-01
Chapter: Makan Malam di Filkjuse IIMereka sampai di depan restaurat milik Monsieur Lucien Benichou. Sebuah restaurant diantara jalan setapak yang penuh dengan pepohonan cemara, magnolia dan ash. Pepohonan itu digantungi lampu kerlap-kerlip, membuatnya mengapung dalam cahaya. Ini adalah restaurant kelas satu dengan kunjungan terbatas untuk kalangan bangsawan dan para pejabat saja. Pemiliknya, Monsieur Lucien Benichou, adalah seorang bekas bangsawan perancis bertubuh gempal yang memiliki rambut perak palsu dengan keriting yang panjang. Ia menggilai aroma renaissance, novel-novel klasik, pantomim, dan beethoven, yang kemudian menginspirasinya untuk mendekorasi restaurant ini dengan lukisan-lukisan, musik klasik dan rak buku berisi karya penulis besar.Ketika Adrien, William, Lucien, Luna, Julius dan Tuan Philomene datang, Monsieur Lucien terperanjat senang. Bibirnya yang tertutupi jenggot dan kumis terbuka lebar, ia mempersilakan mereka duduk di bangku di dekat jendela, tersisih dari bangku peng
Terakhir Diperbarui: 2021-04-01
Chapter: Makan Malam di Flikjuse ILuna dan Tuan Philomene keluar ruangan lalu berjalan melewati koridor. Di ujung koridor, di dekat sebuah patung malaikat, mereka bertemu Adrien yang berdiri bersandar pada tiang berulir sambil melipat tangan. Luna tercekat.“Oh Prince Adrien Moritz Alegra, The Duke of The Young Majesty of Alegra,”ujar Tuan Philomene. Ia menangkupkan kedua tangannya dan membungkuk, “Hormat saya,” lanjutnya.Adrien menyipitkan matanya melihat Luna. Bibirnya terbuka hendak bersua. Namun sebelum ia mulai berkata-kata, terdengar suara dari arah belakang. Ia menengok dan mendapati dua saudara kandung, Leonel dan Julius, mendekat ke arahnya dengan ceria.Leonel Tissier Delbonel, adalah anak ketiga dari Johannes Hardy Delbonel, rival setia Lord Alastairs dan salah satu tokoh utama pendiri Partai Kesetiaan, “Mata Angin”. Ia adalah adik kedua dari Guillaume, ketua parlemen saat ini. Ia seorang pebisnis dan politikus. Ia adalah anggota
Terakhir Diperbarui: 2021-04-01
Chapter: Pengekangan LunaKesedihan. Itulah yang dirasakan Lady Earlene saat pertama kali dering telepon itu berbunyi dan ia memutuskan untuk melaju berkilo-kilometer menuju pulau Margot. Berdiam dibalik mobilnya, ia memperhatikan jejeran rumah sederhana para penyair di Margot City. Ah, betapa indahnya hidup para penyair itu, sederhana dan bebas. Mereka bisa mengungkapkan isi hati dan pikiran tanpa beban. Mereka bisa menjadi diri mereka atau berkelakar untuk menjadi orang lain tanpa pernah ada yang tahu. Semuanya hanya terangkum manis dibalik larik-larik puisi dan kalimat-kalimat bersayap. Tidak ada yang tahu. Lady Earlene memikirkan tentang dirinya... betapa mengerikannya saat seluruh gerak-gerikmu diperhatikan banyak orang. Seluruh perkataanmu, seluruh perbuatanmu...“Berpura-puralah,” begitu kata Lord Alastairs.Tapi terkadang, aktris terbaik pun perlu turun panggung untuk sekedar minum dan istirahat. Seorang aktris terbaik pun, betapapun baiknya, lama-lama akan haus pada dirinya
Terakhir Diperbarui: 2021-04-01