Part 18 Ancaman Airin

"Non tapi ini kita mau kemana?" Sopir taxi ini juga bingung untuk mengarah kemana karna saat ini yang aku butuhin hanya menghindari Arsy terlebih dahulu.

"Tolong ke Jalan Cendrawasih aja Pak..." Balasku sembari seseklai menoleh ke arah belakang memastikan kalo Arsy sudah tidak mengikuti jejakku lagi.

"Baik Non.."

Mobil melaju kencang, entah ini keputusan yang benar atau salah aku untuk mengasingkan diri terlebih dahulu di rumah tante Alexa. Meskipun aku tau akan terjadi kemarahan pada keluarga Randi dan mungkin juga Randi sendiri, tapi aku butuh sendiri saat ini.

***

"Assalamualaikum tante...." Beberapa kali ku mengetuk pintu namun masih belum ada jawaban.

Aku melihat sekeliling rumah, tampak rumah ini begitu sepi.

Ku coba mengambil ponsel di dalam tas tanganku, ku cari kontak yang bertuliskan Tante Alexa di dalamnya dan langsung saja aku menyentuh tanda hijau bergambar telfon.

Dari sambungannya, terdengar berdering yang artinya ponsel dia nyala, tapi sampai di detik terakhir juga masih gak diangkat. Aku terus menghubunginya, sampai.....

"Cle, kamu ngapain disini?" Suara wanita sang pemilik rumah menyadarkanku dari lamunan menunggu panggilan ponsel ini.

"Tante kok aku telfon gak diangkat?" Aku langsung mengomentarinya.

"Hape aku di dalam Cle, tadi ke warung depan sebentar sih. Tumben malam-malam ke rumah, ada apa sayang?" Ia membuka pintu ruang tamu yang ternyata sama sekali tidak terkunci....

"Aku dari tadi berdiri, tapi gak nyoba buat buka pintu tuh aneh banget ya tan..." Aku tertawa sendiri mengingat bodohnya aku perkara masuk rumah.

"Hahaha, ya padahal kamu tuh kan tau juga tante gak pernah pergi kemana-mana kalo gak yang dadakan banget...."

"Kayla kemana te?" Aku menanyakan keberadaan adik spupu ku ini yang saat ini ia bukanlah Kayla anak kecil lagi, melainkan ia sudah tumbuh menjadi anak gadis yang pintar.,

"Loh emangnya dia gak ada chat kamu? Kan dia sudah balik lagi ke asrama Cle...." Jawab tante Alexa sembari menuangkan minum.

"Oh belum ada sih dia chat aku. Emangnya sudah lama?" Tanyaku balik.

"Iya setelah resepsi kamu sih dia langsung balik lagi ke asramanya. Kirain dia ada cerita, kan biasanya apa-apa kamu yang tau duluan dibanding tante...." Celetuknya sembari tertawa. 

"Terus, kamu ada apa sayang kesini? Bukannya kamu gak dibolehin banget sama keluarga Randi untuk keluar malam?" 

"Aku gak kuat tante..." 

"Sayang, gak kuat gimana? Hubungan pernikahanmu tuh baru seumur jagung, masih banyak hal yang perlu diadaptasi. Jadi, ya hadapin jangan lari..." Alexa yang lebih berpengalaman dariku jelas saja bisa mengatakan kepadaku hal seperti ini. 

"Masih terlalu awal buat bilang gak kuat ya te?" Aku butuh validasi yang bisa menguatkanku dikondisi saat ini, dan word of affirmation inilah yang aku butuhkan kala dunia pernikahanku gak baik-baik saja.

"Iya dong sayang. Kamu belum usaha maksimal untuk ambil hati orang tuanya, coba kalo kamu bisa menaklukan hati kedua orang tuanya pasti kamu jadi menantu kesayangan, secara kan menantu anak tunggal di keluarga konglomerat. Jadi kamu sabar dulu aja ya, hadapin sayang jangan lari...." 

Nasehat yang diberikan oleh tanteku ini memang ada baiknya, kalo aku hanya terus kabur dan kabur tanpa bisa menghadapinya sendiri jelas saja aku yang salah dan merasa kalah. 

Aku memberikan respon dengan diam dan menyerap kata per katanya dengan baik. Mungkin akan susah di awal namun aku harus terus coba karna ya ini mungkin saja memang ujian pernikahan untukku.

"Jadi, sekarang kamu pulang ya. Hadapin semuanya. Kamu jangan pernah berpikir kalo kehadiran kamu disini sudah gak dibutuhin, jelas saja betapa aku merasa kehilangan kamu Cle, tapi kemarin kamu sudah menentukan jalan hidupmu sendiri, dan aku bisa mengharga keputusanmu." Tambahnya lagi. 

Ya pada akhirnya aku pamit dan beranjak pulang meskipun saat ini juga jam sudah menunjukkan pukul setengah 8 malam yang aku tau akan sampai rumah sekitar jam 9 malam kalo kondisinya sangat macet dan berimplikasi pada penyerangan batin lagi dari Airin.

***

"Oh inget pulang ya, kirain udah mau minta cerai sama Randi...." Sejoli tengah menikmati film di ruang tengah menyambut salamku dengan omelan luar biasa. 

"Maaf Ma, tadi aku ke rumah tante Alexa dulu..." Jawabku dengan tertunduk.

"Oh, kenapa gak sekalian nginep aja disana...." Celotehnya lagi.

Aku menghela nafas dan mengumpulkan sisa-sisa tenaga hanya untuk menaiki satu per satu anak tangga di depan mataku untuk menuju ke kamar.

"Mah, Pah, aku permisi mandi dulu ya,,...." Aku langsung pamit tanpa menghiraukan pertanyaan atau pernyataan dia tadi.

"Nanti setelah mandi dan ganti baju ke bawah ya, ada yang mau kami obrolin sama kamu..." Perintahnya lagi. Aku hanya mengangguk dan melajukan langkahku menuju kamar yang terletak di lantai dua.

"Apa yang mau dia katakan? Apalagi setelah ini? Apakah benar dia sama sekali tidak pernah bisa membukakan hatinya untuk menerimaku sebagai menantunya" Semua pertanyaan-pertanyaan sudah bergemuruh di kepalaku. 

"Kring.... kring... kring...."

"Siapa lagi sih ini...." Baru saja aku hendak ke kamar mandi, ponsel dari kasurku berbunyi bertuliskan "Arsy". 

Jujur aku sudah tidak kuat dengan persembunyian identitas ini. Di satu sisi menyakitiku ya sangat jelas karna aku bersuami tapi seolah tidak bisa mengakuinya demi identitas gelar konglomerat yang dilabelkan pada keluarga ini, di sisi lain ya menyakiti Arsy. Ia begitu punya harapan besar untuk mempersuntingku, tapi aku juga gak bisa menerima dan menolaknya pun gak tau harus dengan alasan seperti apa. 

Dan berakhir, aku hanya mengabaikannya lagi dan lagi.....

***

"Saya berikan kamu kehidupan yang layak, asal kamu tinggalkan Randi, anak saya!!!!"