"bahkan sampai sekarang kau masih memakainya?"Doni menganguk memegang kalung yang tak pernah ia lepas meski beberapa bagian telah karatan, baginya inilah satu-satunya barang yang bisa membuatnya tak trauma lagi, tak merasa bersalah lagi Gina pernah datang kemimpinya hanya menyampaikan dua kata
"jaga dan rawatlah"kata itu selalu menjadi pembuka mimpinya membuatnya tenang, dan tak mengingat tragedi itu lagi Gina adalah cinta pertamanya dan sampai sekarang Doni masih belum bisa melupakanya ini mungkin yang menyebabkanya ia tak bisa dekat dengan siapapun
"kita sama, kehilangan cinta pertama kita"Reno meneguk minumanya melangkahkan kakinya menuju Jeo yang sedang tertawa bersama Lita nampak sangat bahagia, sama seperti pernikahanya dulu dengan Maya hanya saja pernikahan itu kontrak andai waktu bisa diputar kembali meski Maya hanya beberapa bulan disampingnya namun Reno ingin mengubah petnikahan itu menjadi pernikahan atas persetujuan dengan hati dan tanpa paksaan atau jamina
"Jeo kuharap kau juga tak pindah"Jelin duduk disebelah Lita yang sibuk membuka kado pernikahanya yang sangat banyak padahal teman-temanya hanya datang beberapa bahkan sebagian tamu adalah teman Jeo, membuatnya kalap dan merasa pegal-pegal karna harus mebdatangi mereka satu persatu, sebenarnya ia ingin cepat tidur tubuhnya sangat lelah dan butuh istirahat ia bangun pukul dua pagi dan acara selesai pada pukul dua belas malam, sungguh hari yang melelahkanNamun jika tidur lebih dulu ia akan lebih malu karna sejak pernikahanya Jeo lah yang lebih banyak melakukan pekerjaan, bahkan ia yang paling lelah namun tak ada satupun tanda-tanda Jeo lelah itu terlihat diwajahnya, saat tengah asyik membuka kado Jeo datang duduk disamping Lita yang masih tak sadar keberadaanya, ia menmbenarkan rambut Lita yang mengenai mata bahkan menyelipkanya didaun telinga, Lita yang merasa risih lantas mendongak menatap wajah tampan JeoIa gugup dan salah tingkah namun sebisa mungkin ia redam menjad
"nenek juga sama tak mengira waktu itu namun jangan menyalahkan dirimu, semua memang sudah ditakdirkan dan manusia tak dapat mengubahnya, semua orang bisa pergi kapan saja tak mengenal usia maupun siapa dia"nenek menatap jalanan yang kian ramai memulai aktivitas, ia jarang keluar rumah baginya ini adalah pemandangan baru karna melewati jalan yang berbeda."nenek benar mungkin aku saja yang terlalu lemah"Doni menyetir sambil mendengarkan nasihat nenek, berada didekat nenek membuatnya tenang dan bisa leluasa bercerita setelah sekian lama akhirnya ia kembali akrab dengan nenek setelah Maya meninggal, ia memang disuruh Jelin untuk menjauhi nenek semua demi kebaikan Maya agar tak curiga, namun sekarang Maya tak ada maka ia bebas bicara dengan neneknya"kau benar kau memang lemah, kita semua lemah hanya saja kita mampu bangkit dari keterpurukan hingga bisa disebut hebat, kau terlalu mencintainya hingga tak bisa berpaling cobalah melihat sekitarmu banyak orang mengharapkanmu
"jika suatu hari Vely pergi, mama dan papa bisa istirahat tidak ya"gadis kecil berambut keriting kemerah-merahan itu menatap kedua orang tuanya yang tengah tidur beralaskan tikar ditengah malam yang dingin ini mereka rela tidur tanpa selimut, mereka hanya punya satu selimut dan selimut itu hanya bisa dipakai satu orang, mereka menyelimuti anaknya, mereka rela kedinginan asal anaknya tidak merasakanya"Vely kasihan melihat papa yang kerja terus gak ada istirahatnya, Vely juga kasihan ngeliat mama ngurus Vely terus padalan Vely kan gak nakal Vely cuma melakukan sesuai apa yang ada dipikiran Vely"gadis kecil yang menyebut dirinya Vely tersebut duduk disamping orang tuanya menatap wajah letih mereka karna seharian tak istirahat,"Vely yang penyakitan ini nyusahin ya Ma, Vely gak nakal kok Vely anak baik, cuma Vely gak bisa berhenti aja padalan Vely udah berusaha Ma, Vely gak mau nyakitin teman-teman ma, Vely cuma gak bisa berhentiin otak ini aja biar gak nyuruh Vely
"aku hanya ingin satu permintaan, ajak Marissa tinggal dirumah ini, anggap saja aku menebus dosa lamaku dan mengangap Marissa adalah Vely mereka sama, tuhan menkadirkanku bertemu Marissa untuk mengingatkanku akan dosa lamaku dan ini saatnya aku menebusnya, kumohon aku tak ingin terus merasa seperti ini"Jelin memegang tangan suaminya yang bergetar, melihat tangis pilu membuat Anton benar-benar tak bisa berbuat sesuatu, ia hanya diam sambil memikirkan keputusan yang tepat ia fak ingin gegabah dan salah langkah"kau harus makan, lalu kita kembali membahas ini jangan sampai sakit hanya karna masalah ini, kita hanya sedang diuji bukan diakhiri, tanglah Je, semua pasti ada solusinya"Jelin hanya diam air mata terus keluar dikelopak matanya, Jelin benar-benar kuat menangis hampir satu jam ia tak berhenti berteriak, marah dan memohon tentu dibumbui dengan tangisan yang begitu menusuk hati"bawa Marissa kemari, jika kau tak membawanya maka bawa Vely saja, aku ingin melihatnya, m
"aku takut, entah mengapa kau orang yang sangat mirip dari cara tersenyum hingga caramu berbicara"Jelin memeluk Marissa erat membiarkan gadis itu mendapat dekapan hangat dari ibu walau bukan ibu kandungnya, dengan lembut Jelin membelai rambut pirang itu, Jelin sedikit tenang bisa berada didekat Marissa bayang-bayang itu seperti hilang perlahan digantikan kesadaran, ia ingin terus seperti ini ia butuh sandaran untul menenangkanya."kau akan tinggal disini Marissa dan aku akan menjadi mamamu"Jelin tersenyum menatap pemandangan didepanya, ia akan memulai hidup baru dan menghilangkan dosa dalam dirinya, dengan kelurganya dan tentu dengan Marissa, Jelin tak perduli bahaimana nanti nenek melarang karna ia akan siap bertarung jika tentang Marisaa, Marissa adalah Vely tak ada seorangpun yang boleh membedakanya"aku tak ingin menjadi anakmu, aku ingin menjadi menantu mama"Marissa mengubah haluanya, jujur ia sngat senang karna akan tinggal dirumah ini dan akan memukan kebahagiaa
"aku tak pernah minta persetujuan kalian, meski aku yang akan diusir tak mengapa asal Marissa tetap disini"Jelin memegang tangan Marissa, ia takut penyakit itu benar-benar tak bisa ditangkal, ia terkejut disaat yang bersamaaan penyakit itu kambuh sedangkan Reno dan Doni telah sampai dirumah mereka menyaksikan sendiri bagaimana Marissa bertingkah layaknya orang gila, ia makan tanpa adab membuat banyak perhatianPandanganya linglung tak bisa berpikir jernih saat Jelin membelanya akan tetap tinggal disini, ia pingsan tak mampu menopang tubuhnya lagi ia ambruk tepat dipangkuan Jelin mereka semua panik dan bertindak cepat membawa Marissa kerumah sakit, bukan saatnya lagi mereka bergaduh keselamatan Marissa lebih penting walau beberapa orang yang ada disana masih membencinyaSemua orang pergi kerumah sakit hanya jeo, dan Mey yang tak pergi mereka bertugas menjaga rumah toh Marissa bukanlah orang sepenting itu untuk dihadiri orang banyak, mereka semua pergi dan disaat t
"apa yang sebenarnya kau inginkan?"Reno berbicara serius pada Marissa yang tengah makan, ini adalah kesempatan berbicara empat mata dengan Marissa melihat mamanya pergi membuatnya harus benar-benar waspada jika nanti kembali dan mendengar pembicaarnya, tak lagi ditunda ia lebih mempercayai nenek dan Maya bahwa benar Marissa sangat berbahaya"apa yang kau bicarakan?"Marissa menatap mata tajam itu, ia berusaha bersikap semanis mungkin walau obatnya mungkin akan beraksi lagi obat ini takkan benar-benar hilang dalam jangka waktu yang singkat, maka ia harus bisa mengendalikanya, ini kesempatan karna Reno mendatanginya"Maya telah pergi carilah kehidupan baru kau hanya saudara jauh dan bukan bagian dari keluarga Brawi"Reno mengatakan sekali lagi melihat wajah Marissa yang sangat meyakinkan membuatnya sedikit melemah, ia tak bisa mengatakan maksudnya dalam nada tinggi, apalagi melihat wajah yang sangat mirip Maya tersebut masih ada luka dihatinya"apa maksudmu aku tak
"Makanlah Marissa apa kau tak menyukai makanamu?"Marissa terdiam ia memikirkan tentang operasinya selama ini hidupnya telah susah karna penyakit mental ini tanpa sadar ia pun mengalami penyakit lain, tuhan begitu menyayanginya hingga membuatnya selalu tersiksa, Marissa merasa tuhan sungguh tak adil padanya jika ia mengalami hal demikian mengapa Maya tidak padahal mereka berdua lahir di rahim yang sama."aku tak ingin mengatakan ini namun mengapa tuhan menciptakanku jika berakhir seperti ini, Ma aku sungguh tak paham"Marissa menatap wajah cantik itu yang terus mengurusnya selama dua hari ini, dalam dua hari Marissa benar-benar memiliki ibu yang siap menjaganya membuatnya terharu hampir ia menangis, ia berjanji akan menjaga Jelin, melihat sikap Jelin yang tak biasa kadang Marissa berpikir apadakah sesuatu yang salah padanya, yang ia tahu orang kaya sangat sulit menerima orang asing apalagi kalangan ibu sosialita seperti Jelin, ia hanya orang asing namun seperti anak kandung, Ma
Anton memandang istrinya yang baru pulang tengah membersihkan make up tanpa menyapanya langsung masuk seperti ia tak dianggap membuat dadanya nyeri memahan marah yang mungkin tak bisa dibendung lagi, Anton bingung harus berbuat apa ia tak bisa semarah itu pada Jelin walau egonya berontak untuk lekas dikeluarkan, Anton tak ingin ada perceraian atau perdebatan setelah beberapa jam hanya melamun sambil menahan sakit Anton tau harus melakukan apa"apa kau masih marah padaku?"Anton memandang istrinya lekat yang sama sekali tak mengalihkan pandanganya pada cermin, masih sibuk membersihkan wajahnya entah ia mendengar atau tidak"apa lelaki itu sungguh mencuri perhatianmu dan baru pukul sebelas malam kau pulang dari kencan di restauran mewah bergaya italia itu?, siapa lelaki itu?"Jelin terdiam meletakan spons make up nya lalu memandang Anton datar, rasa takut menyelimuti namun ia berusaha tegar ada marah didadanya yang entah kenapa bisa ada"kau membuntutiku?"
Dimalam yang penuh amarah, hujan deras beserta petir yang menggelegar menambah kesan horor disini, Reno lagi-lagi harus berhadapan dengan sosok Abel yang selalu saja hadirnya membuat bencana, pukul sepuluh malam ia dikabarkan bahwa pelaku dari tabrak lari adalah Abel yang masih berusia enam belas tahun belum cukup untuk bisa ditindak pidana lama membuat Reno geram memikirkanya.Keduanya saling tatap diruangan remang itu, beberapa polisi lalu lalang mencari berkas untuk dikomfirmasi lebih lanjut, sengaja memang Reno langsung datang meski polisi telah melarang mengatakan besok saja malam ini adalah sesi tanya dari Abel, inilah yang Reno tunggu apakah itu benar Abel dan kenapa Abel tega gadis ini sungguh membuat banyak masalah dihidupnya setelah tenang telah pergi ia malah kembali menambah kesibukan dihidup Reno, sebenarnya ia tak punya waktu beberapa pekerjaan menumpuk dan kemarahan dokter Ester terlampiaskan padanya dan VelyIa pun tak bisa meminta bantuan orang lain ap
Semua terjadi sepertis sulap yang bahkan angin pun tak tau tipuanya bergerak sangat cepat dan membuat kejutan, beberapa orang yang melihatnya berdecak kagum seperti menyadari hal yang tak mungkin terjadi namun nyata mereka yang lebih paham dunia hanya menatap datar namun ikut bertepuk tangan selalu mengangap tipuan walau memang benar itu tipuan namun tak akan ada yang paham trik sebenarnya, seperti inilah sosok Marissa sekarang harus menelan pahitnya tipuan dari tuhan ia mengira ini hadiah ternyata karma yang datang tiba-tiba membuatnya hampir terpelonjak kaget mendengarnya tak ada yang bisa menolongnya saat ini kecuali dirinya sendiri, ia menelan pahitnya perbuatanya sendiri.Marissa bingung, takut dan gelisah seluruh keringat telah membasahi tubuhnya, air mata pun tak bisa lagi dihentikan bahkan Vely yang biasanya menenanangkan dalam sekali ucapanpun ikut kalap, bingung harus menenangkan dengan cara apa sungguh tak biasanya Marissa datang dengan keadaan kacau seperti ini an
Pagi ini kabar mengejutkan datang dari mata-mata Doni di Barcelona, tidur yang tak nyenyak dibangunkan dengan cara yang ganas, Lina terganggu dengan suara berisik mendengar suara telpon yang menjengkelkan itu saat berusaha memangil Doni ia malah salah langkah dan membuat Doni yang tadinya tertidur dikursi sekarang telungkup dilantai Lina terkejut melihat itu lekas ia membantu Doni yang terjatuhKepala Doni sangat pusing karna langsung menatap lantai, ia bangun dengan sedikit bingung tentu dibantu oleh Lina yang telah sadar sepenuhnya waktu masih menunjukan jam lima pagi keduanya sama-sama heran menatap handphone yang tak berhenti berdering itu tanpa basa-basi Doni menerimanya dengan setengah sadar nyawanya belum terkumpul sempurna"halo"Doni memastikan apakah benar disana ada orang atau tidak ia takut hanya lelucon telepon yang mengejutkan dipagi buta ini"gawat tuan, nona Jelin koma"Doni sedikit mencerna ucapan itu hingga akhirnya kesadaranya terkumpul, k
Setelah pesta berakhir Marissa lekas pergi ia pamit akan menginap kerumah temanya sebut saja Vely namanya awalnya Reno menolak namun Marissa mengatakan bahwa ini genting maka ia mrenguzinkan dengan satu syarat harus ia yang mengantarnya, Marissa hanya menganguk setelah mengambil beberapa persiapan merekapun berangkat ditengah malam yang sunyi ini, mereka diam lebih tepatnya saling memikirkan atas apa yang terjadi hari iniMobil melaju diatas kecepatan rata-rata Reno hafal rutenya karna rumah itu tak terlalu jauh, mereka saling diam tak ada niatan membuka percakapan hanya menatap jalanan yang kian sunyi karna beberapa saja yang melewati ditengah malam purnama ini sambil diriiringi lantunan musik suci keduanya terhanyut dalam pemikiran mendebatkan apa saja yang menjadi perdebatan diotaknya."Maya apa kau punya saudara kembar?"Maya melotot heran kenapa Reno tiba-tiba membicarakan hal ini, sungguh tak logis seseorang pasti telah membicarakan tentang dirinya Marisaa sedikit
Hari ini adalah pertuanngan Doni dan Lina tentu saja tanpa didampingi Jelin tercinta mereka sibuk mempersiapkan pestanya hanya via telfon yang jadi alat komunikasi, Barcelona–Indonesia bukanlah negara yang dekat kita berada digaris yang tepat namun Spanyol berada diatas yang dingin, sebenarnya Doni pun heran kenapa orangtuanya tak segera pulang setelah berkunjung ke makam Mey namun apapun itu yang penting mereka baik-baik saja meski tak nampak bersama"kuharap semua baik-baik saja saat aku tak ada disana, jaga adikmu dia suka lepas diri, jaga istrimu pula, kupastikan aku akan pulang sebelum pernikahanmu banyak hal yang harusku urus disini"Jelin diseberang sana bertelepon entah sedang melakukan apa yang paling menonjol ia sedang sendiri tahu dari nada bicaranya yang lemah"aku tak tau apa yang terjadi disana namun kuharap mama baik-baik saja, pulanglah jika itu butuh jangan memaksa untuk tinggal dinegri orang hanya karna Mey"Jelin menyadari sesuatu segera ia memut
Malam yang ditunggu-tunggu sesuai yang dibicarakan lelaki itu benar-benar mengirimi Jelin kotak make up lengkap beserta gaun berwarna hitam yang sangat pas dengan seleranya, tak terlalu kuno dan tak terlalu modis cocok untuknya yang telah tua namun berwajah muda, Jelin menyambut malam ini dengan senang hati sejenak melupakan masalahnya entah mengapa ia senang hari ini, lelaki itu entah mengapa selalu terbayang dibenak Jelin membuatnya tersenyum walau hanya mengingatnya sekilasJelin memandang tubuhnya dicermin tersenyum penuh pujian, ia benar-brnar secantik itu masih tak menyangka ia bisa make up serapi ini mungkin karna mood juga mempengaruhinya, jika kalian tanya dimana Jelin tinggal sekarang?, ada dibarcelona tepatnya rumah Mey dan Roy, Roy memang sengaja pura-pura baik didepan Jelin agar ia tak curiga toh hanya dua orang Roy tak mempermasalahkanya namun apapun itu ia berharap Jelin cepat pergi dari sini."kau secantik ini akan kemana?"Anton datang mengagetkan Jelin
Sarapan yang canggung dipagi hari, mereka makan tanpa nafsu beberapa kali saling adu pandang hingga akhirnya debat dengan pikiran, Doni telah lama berangkat kerja sepagi itu, alasanya hanya dua malas bertemu dengan Marissa dan ingin cepat-cepat menemui Lina kekasihnya, mereka masih merencanakan pernikahan dan dalam status pacaran namun mereka sepakat akan tunangan dua hari lagi, waktu yang sangat cepat untuk urusan pasangan baru.Marissa selepas kejadian itu rasanya canggung, terkadang senang dan takut menyelimuti ketika didekat Reno maka dari itu pagi ini Marissa ingin mengamati apakah Reno benar-benar sakit atau tidak ia takut Reno hanya berpura-pura melihat reaksinya pada Doni yang biasa seperti bukan orang sakit, membuatnya curiga, jangan-jangan Reno menjebaknya Marissa tau Reno sungguh membencinya."kenapa kau duduk terlalu jauh May, kesinilah kau bicara bahwa tak akan pergi dariku"Reno menepuk kursi disebelahnya sedari tadi ia heran mengapa Maya duduk terlalu jau
Serra terbangun menatap ruangan yang gelap yang remang, lampu sangat redup namum menyala ia menetralkan matanya yang buram, lalu memegang kepalanya yang ingin pecah itu masih lebih baik daripada sejam yang lalu saat ia gila minum, saat Serra berbalik ia terkejut menatap lelaki yang menemaninya minum tadi, Serra menjernikan pengelihatanya matanya tak salah itu lelaki cupu yang menemani ia minum, seketika itu Serra tersadar dan lekas duduk bangun dari tidurnya menatap dirinya yang hanya memakai selimut tanpa dalamanMembuatnya melotot lalu memeriksa tubuhnya, bejat lelaki ini makainya saat ia tak sadar, Serra menatap lelaki itu yang sangat pulas dalam tidurnya, nafasnya begitu hangat saat Serra mendekatkan wajahnya pada lelaki itu, sangat tampan ia adalah lelaki yang paling tampan yang pernah Serra temui, Serra bangun lalu duduk diatas perut lelaki itu, Serra begitu terksesima melihat abs yang menunjol bersama urat-urat ototnya yang jantan dan sexyEntah mengapa Se