"aku takut, entah mengapa kau orang yang sangat mirip dari cara tersenyum hingga caramu berbicara"Jelin memeluk Marissa erat membiarkan gadis itu mendapat dekapan hangat dari ibu walau bukan ibu kandungnya, dengan lembut Jelin membelai rambut pirang itu, Jelin sedikit tenang bisa berada didekat Marissa bayang-bayang itu seperti hilang perlahan digantikan kesadaran, ia ingin terus seperti ini ia butuh sandaran untul menenangkanya.
"kau akan tinggal disini Marissa dan aku akan menjadi mamamu"Jelin tersenyum menatap pemandangan didepanya, ia akan memulai hidup baru dan menghilangkan dosa dalam dirinya, dengan kelurganya dan tentu dengan Marissa, Jelin tak perduli bahaimana nanti nenek melarang karna ia akan siap bertarung jika tentang Marisaa, Marissa adalah Vely tak ada seorangpun yang boleh membedakanya
"aku tak ingin menjadi anakmu, aku ingin menjadi menantu mama"Marissa mengubah haluanya, jujur ia sngat senang karna akan tinggal dirumah ini dan akan memukan kebahagiaa
"aku tak pernah minta persetujuan kalian, meski aku yang akan diusir tak mengapa asal Marissa tetap disini"Jelin memegang tangan Marissa, ia takut penyakit itu benar-benar tak bisa ditangkal, ia terkejut disaat yang bersamaaan penyakit itu kambuh sedangkan Reno dan Doni telah sampai dirumah mereka menyaksikan sendiri bagaimana Marissa bertingkah layaknya orang gila, ia makan tanpa adab membuat banyak perhatianPandanganya linglung tak bisa berpikir jernih saat Jelin membelanya akan tetap tinggal disini, ia pingsan tak mampu menopang tubuhnya lagi ia ambruk tepat dipangkuan Jelin mereka semua panik dan bertindak cepat membawa Marissa kerumah sakit, bukan saatnya lagi mereka bergaduh keselamatan Marissa lebih penting walau beberapa orang yang ada disana masih membencinyaSemua orang pergi kerumah sakit hanya jeo, dan Mey yang tak pergi mereka bertugas menjaga rumah toh Marissa bukanlah orang sepenting itu untuk dihadiri orang banyak, mereka semua pergi dan disaat t
"apa yang sebenarnya kau inginkan?"Reno berbicara serius pada Marissa yang tengah makan, ini adalah kesempatan berbicara empat mata dengan Marissa melihat mamanya pergi membuatnya harus benar-benar waspada jika nanti kembali dan mendengar pembicaarnya, tak lagi ditunda ia lebih mempercayai nenek dan Maya bahwa benar Marissa sangat berbahaya"apa yang kau bicarakan?"Marissa menatap mata tajam itu, ia berusaha bersikap semanis mungkin walau obatnya mungkin akan beraksi lagi obat ini takkan benar-benar hilang dalam jangka waktu yang singkat, maka ia harus bisa mengendalikanya, ini kesempatan karna Reno mendatanginya"Maya telah pergi carilah kehidupan baru kau hanya saudara jauh dan bukan bagian dari keluarga Brawi"Reno mengatakan sekali lagi melihat wajah Marissa yang sangat meyakinkan membuatnya sedikit melemah, ia tak bisa mengatakan maksudnya dalam nada tinggi, apalagi melihat wajah yang sangat mirip Maya tersebut masih ada luka dihatinya"apa maksudmu aku tak
"Makanlah Marissa apa kau tak menyukai makanamu?"Marissa terdiam ia memikirkan tentang operasinya selama ini hidupnya telah susah karna penyakit mental ini tanpa sadar ia pun mengalami penyakit lain, tuhan begitu menyayanginya hingga membuatnya selalu tersiksa, Marissa merasa tuhan sungguh tak adil padanya jika ia mengalami hal demikian mengapa Maya tidak padahal mereka berdua lahir di rahim yang sama."aku tak ingin mengatakan ini namun mengapa tuhan menciptakanku jika berakhir seperti ini, Ma aku sungguh tak paham"Marissa menatap wajah cantik itu yang terus mengurusnya selama dua hari ini, dalam dua hari Marissa benar-benar memiliki ibu yang siap menjaganya membuatnya terharu hampir ia menangis, ia berjanji akan menjaga Jelin, melihat sikap Jelin yang tak biasa kadang Marissa berpikir apadakah sesuatu yang salah padanya, yang ia tahu orang kaya sangat sulit menerima orang asing apalagi kalangan ibu sosialita seperti Jelin, ia hanya orang asing namun seperti anak kandung, Ma
"kau harus cepat menemui wanita lain, mencari cinta sejatimu, meski aku masih menyayangimu ingatlah kau juga berhak mencintai orang lain, jangan mengasihaniku, aku tak suka ditatap demikian""kau membuatku pergi namun seolah-olah kau terluka, hebat aktingmu sungguh menyayat hati"Lelaki berjas hitam tersebut ikut memandang jalanan kota yang kian sepi tergantikan truk-truk besar yang melintas, dan lampu-lampu yang remah redup mati dan menyala, menambah kesan fantastis diatas sini, angin menerpa wajah sendu itu, menarikan helaian rambut yang tak diikat membuat suasana tersendiri lebih mempercayai siapa?"Reno menatap jam dinding yang menunjukan pukul sebelas malam, mereka masih berada dikantor selepas menciduk seseorang yang tengah berbuat asusila dikantornya, dengan tegas mereks memecat karyawan itu Lina korbanya tadinya ia ingin memberikan kopi untuk Doni yang tengah lembur karna banyak pekerjaan namun karna ini malam belum lagi suasana yang sunyi dan ia wanita sendiri membuatn
"Marissa jawab jujur kemana kau pergi?"Marissa menutup matanya mendengar ocehan yang keluar dari mulut Jelin ketika ia kembali ia tak menemukan Marissa dikamar hanya sebuah baju pasin tergeletak sembarangan, Jelin panik ia mengira Marissa diculik atau berakhir seperti Maya, ia menelepon anak serta suaminya menyuruh mencari keberadaan Marissa namun belum ada dua puluh menit Marissa masuk ruanganya dengan santai seolah tak terjadi apapun, padahal ia telah membuat semua orang panik sampai Reno melupakan pekerjaanyaJelin begitu frustasi melihat Marissa yang nekat apalagi tak menjelelaskan alasan kenapa ia pergi, Marissa langsung menuju kamar mandi mengambil baju pasienya membersihkan diri dan sekarang ia nampak seperti pasien kembali, Jelin yang melihat itu hanya bisa menghembuskan nafas kasar, dan mengelus dadanya pelan ia sungguh kelimpungan harus merawat Marissa yang toxic iniNamun anehnya Jelin tak bisa marah, ia tak bisa meledakakan sesuatu yang ingin keluar dari mu
Hari ini adalah hari operasi Marissa berlangsung semua orang hadir menunggu, walau rasanya hanya terpaksa mereka disini agar tak dicap anak durkaha, sudah satu jam lamanya operasi berlangsung namum dokter belum mengabarkan apapun, operasi pengangkatan tumor memang lama memerlukan waktu hampir empat jam atau bisa lebih tergantung seberapa sulit tumor itu diambil dan seberapa pengaruh dan besar badanya, namun jika mengingat Marissa telah mengalami tumor yang cukup lama prosesi operasinya pasti berjalan lama jugaSemua orang siap menghitung detik melihat wajah cemas Jelin jelas terlihat bahwa ia sangat menyayangi Marisssa mereka hanya menunggu dan jika selesai akan cepat kembali waktunya akan terbuang sia-sia hanya karna menunggu operasi orang yang tak penting, ketidak sukaan Doni pada Marissa memuncak ketika ia disuruh menunggu disini meski ini Jelin yang menyuruh namun tetap penyebabnya adalah MarissaPadahal ini adalah hari penting ia akan mulai mendekati Lina hari ini
Operasi berjalan semestinya memerlukan waktu yang sangat lama namun dengan syukur semuanya berhasil dan tumor itu telah diangkat, Jelin bisa bernafas lega setelah lima jam menunggu membuatnya pucat karna terlalu cemas dan khawatir, ia meminum minuman yang dibeli Reno lalu lekas melihat keadaan Jelin selepas operasi, obatnya masih beraksi mungkin beberapa menit Marissa akan sadarJelin menatap wajah itu wajah damai karna satu penyakitnya telah sembuh, dan mungkin perlahan jika Marissa rajin berobat dan melakukan konsultasi penyakit mental itu benar-benar hilang, obat yang ia minum pasti akan berkurang kadar lambat laun berjalan, Jelin menunggu hal itu ia berjanji akan membawa Marissa mengelilingi dunia jika Marissa telah benar-benar sembuh dari penyakitnya.Dengan begiti dosa Jelin akan terampuni dan ia takkkan terbayang-bayang masa kelam yang menyedihkan, Anton benar saat itu umur mereka masih belia namun nekat menikah mungkin itu juga yang melandasi ketidakmulusan dal
Pesta yang ramai gemerlap lampu mewah menghiasi atas rumahnya, banyak tamu Vip datang beberapa dari mereka adalah seorang pembisnis dan profesor besar ini adalah acara seorang dokter ternama yang mengikuti praktek gelap, dan bisnis penuh tipu daya dan wanita semua hadir mengenakan pakaian semahal mungkin, berlomba-lomba memamerkan kekayaanya dan bergaya sok tamu kerajaanDari sekian banyak yang hadir hanya dua orang ini menjadi sorotan bukan karna baju mewahnya atau dandanan cantiknya melainkan, gaya pakaianya yang kelewat norak dan tidak cocok, wanitanya memakai kemeja yang dibalut celana jeans ketat, semakin kental karna ia memakai kacamata dan jas ala wanita kantoran sedangkan lelakinya memakai kaos oblong dipadukan jaket kulit dan celana jeans gaya anak abg semua orang memperhatikan saling berbisik dan sibuk mengomentariMereka tak suka maka dari itu mereka memangil tuan rumah untuk mengusir dua orang yang sepertinya salah tujuan tersebut, namun bukanya pergi
Anton memandang istrinya yang baru pulang tengah membersihkan make up tanpa menyapanya langsung masuk seperti ia tak dianggap membuat dadanya nyeri memahan marah yang mungkin tak bisa dibendung lagi, Anton bingung harus berbuat apa ia tak bisa semarah itu pada Jelin walau egonya berontak untuk lekas dikeluarkan, Anton tak ingin ada perceraian atau perdebatan setelah beberapa jam hanya melamun sambil menahan sakit Anton tau harus melakukan apa"apa kau masih marah padaku?"Anton memandang istrinya lekat yang sama sekali tak mengalihkan pandanganya pada cermin, masih sibuk membersihkan wajahnya entah ia mendengar atau tidak"apa lelaki itu sungguh mencuri perhatianmu dan baru pukul sebelas malam kau pulang dari kencan di restauran mewah bergaya italia itu?, siapa lelaki itu?"Jelin terdiam meletakan spons make up nya lalu memandang Anton datar, rasa takut menyelimuti namun ia berusaha tegar ada marah didadanya yang entah kenapa bisa ada"kau membuntutiku?"
Dimalam yang penuh amarah, hujan deras beserta petir yang menggelegar menambah kesan horor disini, Reno lagi-lagi harus berhadapan dengan sosok Abel yang selalu saja hadirnya membuat bencana, pukul sepuluh malam ia dikabarkan bahwa pelaku dari tabrak lari adalah Abel yang masih berusia enam belas tahun belum cukup untuk bisa ditindak pidana lama membuat Reno geram memikirkanya.Keduanya saling tatap diruangan remang itu, beberapa polisi lalu lalang mencari berkas untuk dikomfirmasi lebih lanjut, sengaja memang Reno langsung datang meski polisi telah melarang mengatakan besok saja malam ini adalah sesi tanya dari Abel, inilah yang Reno tunggu apakah itu benar Abel dan kenapa Abel tega gadis ini sungguh membuat banyak masalah dihidupnya setelah tenang telah pergi ia malah kembali menambah kesibukan dihidup Reno, sebenarnya ia tak punya waktu beberapa pekerjaan menumpuk dan kemarahan dokter Ester terlampiaskan padanya dan VelyIa pun tak bisa meminta bantuan orang lain ap
Semua terjadi sepertis sulap yang bahkan angin pun tak tau tipuanya bergerak sangat cepat dan membuat kejutan, beberapa orang yang melihatnya berdecak kagum seperti menyadari hal yang tak mungkin terjadi namun nyata mereka yang lebih paham dunia hanya menatap datar namun ikut bertepuk tangan selalu mengangap tipuan walau memang benar itu tipuan namun tak akan ada yang paham trik sebenarnya, seperti inilah sosok Marissa sekarang harus menelan pahitnya tipuan dari tuhan ia mengira ini hadiah ternyata karma yang datang tiba-tiba membuatnya hampir terpelonjak kaget mendengarnya tak ada yang bisa menolongnya saat ini kecuali dirinya sendiri, ia menelan pahitnya perbuatanya sendiri.Marissa bingung, takut dan gelisah seluruh keringat telah membasahi tubuhnya, air mata pun tak bisa lagi dihentikan bahkan Vely yang biasanya menenanangkan dalam sekali ucapanpun ikut kalap, bingung harus menenangkan dengan cara apa sungguh tak biasanya Marissa datang dengan keadaan kacau seperti ini an
Pagi ini kabar mengejutkan datang dari mata-mata Doni di Barcelona, tidur yang tak nyenyak dibangunkan dengan cara yang ganas, Lina terganggu dengan suara berisik mendengar suara telpon yang menjengkelkan itu saat berusaha memangil Doni ia malah salah langkah dan membuat Doni yang tadinya tertidur dikursi sekarang telungkup dilantai Lina terkejut melihat itu lekas ia membantu Doni yang terjatuhKepala Doni sangat pusing karna langsung menatap lantai, ia bangun dengan sedikit bingung tentu dibantu oleh Lina yang telah sadar sepenuhnya waktu masih menunjukan jam lima pagi keduanya sama-sama heran menatap handphone yang tak berhenti berdering itu tanpa basa-basi Doni menerimanya dengan setengah sadar nyawanya belum terkumpul sempurna"halo"Doni memastikan apakah benar disana ada orang atau tidak ia takut hanya lelucon telepon yang mengejutkan dipagi buta ini"gawat tuan, nona Jelin koma"Doni sedikit mencerna ucapan itu hingga akhirnya kesadaranya terkumpul, k
Setelah pesta berakhir Marissa lekas pergi ia pamit akan menginap kerumah temanya sebut saja Vely namanya awalnya Reno menolak namun Marissa mengatakan bahwa ini genting maka ia mrenguzinkan dengan satu syarat harus ia yang mengantarnya, Marissa hanya menganguk setelah mengambil beberapa persiapan merekapun berangkat ditengah malam yang sunyi ini, mereka diam lebih tepatnya saling memikirkan atas apa yang terjadi hari iniMobil melaju diatas kecepatan rata-rata Reno hafal rutenya karna rumah itu tak terlalu jauh, mereka saling diam tak ada niatan membuka percakapan hanya menatap jalanan yang kian sunyi karna beberapa saja yang melewati ditengah malam purnama ini sambil diriiringi lantunan musik suci keduanya terhanyut dalam pemikiran mendebatkan apa saja yang menjadi perdebatan diotaknya."Maya apa kau punya saudara kembar?"Maya melotot heran kenapa Reno tiba-tiba membicarakan hal ini, sungguh tak logis seseorang pasti telah membicarakan tentang dirinya Marisaa sedikit
Hari ini adalah pertuanngan Doni dan Lina tentu saja tanpa didampingi Jelin tercinta mereka sibuk mempersiapkan pestanya hanya via telfon yang jadi alat komunikasi, Barcelona–Indonesia bukanlah negara yang dekat kita berada digaris yang tepat namun Spanyol berada diatas yang dingin, sebenarnya Doni pun heran kenapa orangtuanya tak segera pulang setelah berkunjung ke makam Mey namun apapun itu yang penting mereka baik-baik saja meski tak nampak bersama"kuharap semua baik-baik saja saat aku tak ada disana, jaga adikmu dia suka lepas diri, jaga istrimu pula, kupastikan aku akan pulang sebelum pernikahanmu banyak hal yang harusku urus disini"Jelin diseberang sana bertelepon entah sedang melakukan apa yang paling menonjol ia sedang sendiri tahu dari nada bicaranya yang lemah"aku tak tau apa yang terjadi disana namun kuharap mama baik-baik saja, pulanglah jika itu butuh jangan memaksa untuk tinggal dinegri orang hanya karna Mey"Jelin menyadari sesuatu segera ia memut
Malam yang ditunggu-tunggu sesuai yang dibicarakan lelaki itu benar-benar mengirimi Jelin kotak make up lengkap beserta gaun berwarna hitam yang sangat pas dengan seleranya, tak terlalu kuno dan tak terlalu modis cocok untuknya yang telah tua namun berwajah muda, Jelin menyambut malam ini dengan senang hati sejenak melupakan masalahnya entah mengapa ia senang hari ini, lelaki itu entah mengapa selalu terbayang dibenak Jelin membuatnya tersenyum walau hanya mengingatnya sekilasJelin memandang tubuhnya dicermin tersenyum penuh pujian, ia benar-brnar secantik itu masih tak menyangka ia bisa make up serapi ini mungkin karna mood juga mempengaruhinya, jika kalian tanya dimana Jelin tinggal sekarang?, ada dibarcelona tepatnya rumah Mey dan Roy, Roy memang sengaja pura-pura baik didepan Jelin agar ia tak curiga toh hanya dua orang Roy tak mempermasalahkanya namun apapun itu ia berharap Jelin cepat pergi dari sini."kau secantik ini akan kemana?"Anton datang mengagetkan Jelin
Sarapan yang canggung dipagi hari, mereka makan tanpa nafsu beberapa kali saling adu pandang hingga akhirnya debat dengan pikiran, Doni telah lama berangkat kerja sepagi itu, alasanya hanya dua malas bertemu dengan Marissa dan ingin cepat-cepat menemui Lina kekasihnya, mereka masih merencanakan pernikahan dan dalam status pacaran namun mereka sepakat akan tunangan dua hari lagi, waktu yang sangat cepat untuk urusan pasangan baru.Marissa selepas kejadian itu rasanya canggung, terkadang senang dan takut menyelimuti ketika didekat Reno maka dari itu pagi ini Marissa ingin mengamati apakah Reno benar-benar sakit atau tidak ia takut Reno hanya berpura-pura melihat reaksinya pada Doni yang biasa seperti bukan orang sakit, membuatnya curiga, jangan-jangan Reno menjebaknya Marissa tau Reno sungguh membencinya."kenapa kau duduk terlalu jauh May, kesinilah kau bicara bahwa tak akan pergi dariku"Reno menepuk kursi disebelahnya sedari tadi ia heran mengapa Maya duduk terlalu jau
Serra terbangun menatap ruangan yang gelap yang remang, lampu sangat redup namum menyala ia menetralkan matanya yang buram, lalu memegang kepalanya yang ingin pecah itu masih lebih baik daripada sejam yang lalu saat ia gila minum, saat Serra berbalik ia terkejut menatap lelaki yang menemaninya minum tadi, Serra menjernikan pengelihatanya matanya tak salah itu lelaki cupu yang menemani ia minum, seketika itu Serra tersadar dan lekas duduk bangun dari tidurnya menatap dirinya yang hanya memakai selimut tanpa dalamanMembuatnya melotot lalu memeriksa tubuhnya, bejat lelaki ini makainya saat ia tak sadar, Serra menatap lelaki itu yang sangat pulas dalam tidurnya, nafasnya begitu hangat saat Serra mendekatkan wajahnya pada lelaki itu, sangat tampan ia adalah lelaki yang paling tampan yang pernah Serra temui, Serra bangun lalu duduk diatas perut lelaki itu, Serra begitu terksesima melihat abs yang menunjol bersama urat-urat ototnya yang jantan dan sexyEntah mengapa Se