Share

42. Opa Fauzi Mencari Izzam

last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-20 23:02:44

"Permisi Bu Guru, saya opanya Izzam. Siswa TK A yang baru masuk. Saya mau jemput cucu saya," kata opa Fauzi pada salah satu guru yang sedang mengantarkan siswa yang sudah dijemput orang tuanya. Ya, pria paruh baya itu sengaja memberikan kejutan pada Izzam setelah tiga hari pergi keluar kota karena ada urusan kantor.

"Oh, Izzam udah gak sekolah sejak kemarin, Opa. Saya telepone ibunya, tapi gak tersambung." Wajah opa Fauzi langsung kebingungan. Apa cicitnya sakit? Meski bukan cicit kandung, tapi opa suka dengan Izzam yang pintar dan penurut.

"Oh, gitu, wah, saya gak tahu. Baiklah kalau gitu, Bu Guru, saya pamit." Opa masuk ke dalam mobilnya tak bersemangat. Ia menoleh ke samping, melihat box besar terbungkus kertas kado. Hadiah yang ia belikan untuk Izzam. Ia pun membelikan hadiah untuk Aini dan Intan.

"Kita ke mana lagi, Tuan?" tanya Pak Ganjar yang bertugas sebagai sopir opa Fauzi.

"Ke rumah Dhuha saja langsung. Saya udah kangen cicit saya." Opa Fauzi tersenyum. Membayangkan beta
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (11)
goodnovel comment avatar
susiana feriyanti
Yuhuuu..opa Fauzi adlh team terkuat Aini.. kynya mama Fauzi pun tidak berkutik di dpn opa Fauzi. Scr mamanya kan cm mantu, pendatang jg di keluarga Opa Fauzi..
goodnovel comment avatar
Titik Saraswati
syukurin tuh luna ..dhuha bakal nyesel nih udah membuang aini dan anak2nya
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
apalah arti dhuha tampa opa fauzi...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   43. Luna Bertengkar dengan Dhuha

    Luna masih menangis di kamarnya karena menyesali perbuatannya yang berlebihan pada lelaki yang seharusnya ia hormati dan ia sayangi. Tak ada yang bisa dilakukan oleh Dhuha karena lelaki itu pun kecewa akan sikap sang Istri yang diluar kendali. Pria itu meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia baru saja melihat video sang Istri yang mencaci dan berteriak pada opa Fauzi. "Mas, maafin aku," kata Luna sedih. "Harusnya kamu minta maaf pada opa." Dhuha menghela napas. "Aku takut, Mas. Kita jadi bagaimana? Tadi aku terlalu berlebihan pada opa karena aku gak tahu. Coba aku tahu dia opa kamu, pasti aku akan layani dengan baik, Mas.""Tapi kamu berlebihan, Sayang dan setiap ucapan yang keluar dari bibir kamu, membuat aku syok. Aku pun kecewa. Sudahlah, bereskan lagi pakaian kamu, kita balik ke apartemen!" Dhuha berdiri dari duduknya, tetapi Luna menghentikan gerakan suaminya. "Mas, kamu marah juga sama aku?" "Bedakan marah dengan kecewa. Sudah terlanjur membuat opa kesal. Kita pergi saja du

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   44. Minta Modal

    Aini keluar dari kamar dan mendapati Izzam sedang duduk melamun di kursi tamu. Ia menghampiri putranya yang tengah bersedih. Ya, Izzam sedih karena belum sekolah, padahal ia baru saja masuk sekolah TK. "Izzam, main di depan yuk!" Ajak Aini mengalihkan perhatian Izzam. Anak lelaki kecil itu menggeleng. "Gak mau, Bu." Tiba-tiba saja matanya sudah berair. "Kalau mau sekolah, harus banyak duit ya, Bu?" tanya Izzam. "Apa Izzam ngamen aja?" "Eh, kenapa Izzam bilang gitu? Bos Anton lagi cari sekolahan untuk Izzam yang dekat dari rumah kita sekarang ini. Biar gak usah naik angkot atau ojek. Yang bisa jalan kaki ke sekolah." Wajah Izzam yang sejak awal murung, kini berubah semringah. "Beneran, Bu?" tanya Izzam antusias. Aini mengangguk sambil mengusap pucuk kepala Izzam. Takkan mungkin ia biarkan anak sekecil Izzam bertarung di jalanan demi bisa sekolah. Biar ia saja yang bekerja banting tulang untuk Izzam dan Intan, meskipun bukan buah hati yang lahir dari rahimnya. "Ibu beneran, Ibu g

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   45. Bertemu Teman Lama

    POV LunaIni adalah hari kesepuluh aku menikah dengan mas Dhuha, tetapi sampai detik ini, suamiku belum menyentuhku. Aku pernah menggodanya, tetapi gagal. Yang ada, ia marah dan memilih tidur di sofa ruang tamu. Kami memang pindah ke sebuah rumah untuk sementara. Rumah salah satu teman mas Dhuha yang memang dikontrakkan. Rumah mewah di komplek perumahan elit. Ada empat kamar besar di sini karena papa, mama, dan Dion ikut tinggal bersama kami. Apakah ini yang membuat mas Dhuha uring-uringan enggan menyentuhku? Apartemen yang kemarin kami tinggali, bagi Mas Dhuha sangat privasi dan ia tidak mau ada banyak orang yang wara-wiri di sana. Apalagi Dion kerap membawa temannya belajar kelompok atau sekedar main game. Padahal aku sudah menegur Dion, tapi tetap saja adikku itu membandel. Alhasil, aku yang dapat wajah masam dan sikap kesal suamiku. "Ada apa, Nak?" aku menoleh pada ibu yang menyentuh bahuku. "Gak papa, Bu." Aku tersenyum. "Ibu perhatikan, sejak tadi bengong saja. Kenapa gak j

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   46. Obat Perangsang

    "Maaf, Lun, jika pertanyaan gue agak pribadi." Nisa terlihat tak nyaman. "Pertanyaan apa? Lu mah, kayak sama orang lain aja. Santai dong!" Nisa tertawa pelan. "Lu masih virgin atau udah.... "Aku tertawa "Mungkin kalau gue bilang, gue masih virgin. Lo pasti gak percaya, tapi kenyataannya gitu. Gue masih orisinal. Pernah punya cowok bule dua kali, tapi gue nolak saat mereka ngajak bercinta. Bukannya apa, gue belum benar-benar falling in love aja. Beda kalau Dhuha yang ajak, mungkin gue mau ha ha ha.... ""Wah, keren, lu! Ya udah, pas banget kalau lu ngasih mahkota lu sama Dhuha. Dia pasti makin cinta sama lo!"Aku mampir di apotek untuk membeli obat yang disebutkan Nisa. Maklum saja, Nisa memang awalnya perawat di rumah sakit swasta, tetapi saat suaminya memboyongnya ke Surabaya, Nisa berhenti bekerja dan mendedikasikan hidupnya untuk keluarganya. Aku percaya obat yang diresepkan olehnya adalah obat mujarab. Iseng-iseng aku pernah kasih di minuman suamiku, malah besoknya aku gak bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   47. Digendong ke Kamar

    Aku merasakan tubuh pria itu menegang saat aku menarik risleting celananya turun. "Mbak, jangan gila!" ia menahan tanganku, tetapi aku terus memaksa sambil mengeluarkan air mata. "Saya gak akan minta apapun, Mas, saya hanya minta tolong." Aku menarik sweater dengan kasar, hingga tersisa lingerie ku saja. Aku tahu pria itu semakin tak berkutik. "Mas, tolong!" Aku mengarahkan tangannya ke dadaku. "Mbak yang mulai, jadi jangan salahkan saya!" Untuk selanjutnya yang aku rasakan adalah sebuah pergulatan luar biasa di dalam mobil. Aku meledak-ledak, meski aku kesakitan. Aku pun mengeluarkan air mata pedih, antara menyesal dan juga marah. Bukan aku tak tahu apa yang aku lakukan, tetapi semua ini terjadi karena mas Dhuha. Ia adalah orang yang harus disalahkan. "Mbak masih p-perawan! Ya, ampun, bagaimana ini?" pria itu nampak kebingungan. "Te-ri-ma kasih," ucapku tersendat-sendat. Napasku masih terengah-engah dan juga tubuhku lemas. Pria itu segera merapikan baju dan celananya. Entah ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   48. Gak Pulang

    PoV DhuhaKalau gak ada satu, setengah milyar juga gak papa, Dhuha. Papa perlu banget. Cuma kamu menantu papa yang bisa menolong papa. Aku menekan pangkal hidung dengan kuat. Sejak orang tua Luna tinggal bersamaku, tidak habis urusan uang, uang, dan uang. Bukan jutaan lagi atau belasan juta, tapi milyaran. Satu milyar sudah pernah aku berikan, tapi tidak ada nampak di matanya. Empat belas hari berumah tangga, selama empat belas hari juga aku dibuat sakit kepala, sampai aku malas pulang. "Dhuha, lo kenapa? Itu, Om Fauzan nungguin lo ngomong," ujar Hakim sambil menyikut tanganku. "Eh, i-iya, kenapa?" tanyaku masih belum tersambung dengan apa yang sedang ditunggu enam orang dalam ruang rapat. "Sepertinya sejak menikah, kamu banyak melamun. Ada apa? Jika ada masalah, selesaikan dahulu secara baik-baik, baru kamu ngantor. Kalau gini, kamu bikin kerjaan jadi lambat. Ada apa, Dhuha?" tanya om Fauzan dengan nada tegasnya. "Bukan apa-apa, Om. Cuma lagi gak enak badan aja. Mungkin kecapean

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   49. Minta Ijin pada Mama

    "Lo gak ngantor? Nanti istri lo nyariin, Dhu." Aku menyesap kopi susu buatan Hakim. Dia anak bujangan yang pintar sekali meracik kopi karena Hakim pernah ikut kursus selama dua bulan. Ia pun punya cafe kopi kecil di daerah Depok karena memang sesuka itu Hakim dengan kopi. "Ngantor, tapi siang. Gue ada meeting jam sepuluh di Sudirman. Sebelum meeting, gue mau mampir ke rumah mama. Gue mau bilang kalau gue mau cerai aja." Hakim tertawa mendengar ucapanku yang antusias, sedangkan aku hanya bisa berdecih sebal. "Lo puas banget liat gue sial!" tawa Hakim semakin menggelegar. "Sorry, soalnya nasib lo itu tragis, Dhuha. Ya udah, semoga mama lo ngerti. 😂Gue cabut dulu." Hakim pun pergi dengan mobil sport nya. Aku kembali menghabiskan kopi yang tersisa seperempat. Setelahnya, aku langsung memesan taksi online. Pakaian kerjaku masih ada di rumah mama. Sehingga aku berganti pakaian nanti di sana saja. Jam sudah berada di angka delapan lebih lima belas menit. Aku sampai di rumah mama dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   50. Tanda Merah

    Aku tersentak saat ponselku berdering nyaring. Aku berusaha bangun mencari benda pipih itu, tetapi aku merasakan berat pada dadaku. Seketika itu juga aku tersadar, itu adalah tangan Luna yang memelukku. Aku telah tidur dengan Luna dan kini aku pun hanya bisa menyesalinya. Luna tidur dengan lelap di balik selimut merah maron milikku. Ada tanda merah di lehernya, bukan hanya satu, tapi ada banyak dan itu karena kelakuanku. Pelan-pelan aku menyingkirkan lengan Luna agar ia tidak terbangun. Aku tidak siap jika ia bangun dan menatapku dengan tatapan mengejek. Aku bergegas masuk ke kamar mandi sambil membawa ponselku. Benar saja, vendor yang hari ini janjian denganku yang menelepon. "Halo.""Halo, Pak Dhuha, kami sudah jalan ke lokasi. Pak Dhuha ada di mana?""Oh, Pak Rico ya. Ini saya baru saja bangun. Maafkan saya lagi kurang sehat, tadi minum obat. Rupanya malah ketiduran. Saya mungkin terlambat, tapi pertemuan kita hari ini tetap ada ya Pak Rico. Mohon saya ditunggu.""Apa mau di res

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   234. Jagain Jodoh Orang

    Hari-hari berlalu, dan ketegangan di panti asuhan semakin terasa. Diana semakin sering menunjukkan sikap tidak peduli terhadap anak-anak panti. Ia juga semakin terang-terangan memperhatikan Rio, meskipun pria itu selalu menjaga jarak. Diana terlihat cari perhatian saat di depan Rio. Ia akan bersikap manis pada anak-anak jika Rio ada di sana, tapi ketika Rio tidak ada, Diana kembali acuh. Aini menyaksikan semua itu dengan perasaan campur aduk. Di tengah kehidupannya yang sudah penuh tekanan, ia tetap berusaha menjalani hari-harinya di dapur dan merawat anak-anak dengan sepenuh hati. Meski kehadiran Rio membawa sedikit ketenangan, ia tahu bahwa situasinya tidak akan bertahan lama tanpa adanya perubahan besar."Besok saya sudah mulai bekerja, Ai," kata Rio saat menghampiri Aini yang tengah menyiram tanaman. "Oh, ya, Mas, Alhamdulillah. Kerjaan Mas yang lama bagaimana? Apa maksudnya Mas kembali kerja di luar negeri gitu?" Rio menggeleng. "Di sini, mungkin naik motor sekitar empat pulu

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   233. Suami Goib

    Ganteng, tinggi, putih, baik, murah senyum, siapa yang gak suka melihat pemandangan pria seperti itu? Diana berdiri di balkon lantai dua, memandang ke halaman panti tempat Rio sedang bermain bola dengan anak-anak. Ia tidak bisa memungkiri, ada sesuatu pada pria itu yang menarik perhatiannya. Wajah tampannya, sikap tegasnya, dan bagaimana ia memperhatikan anak-anak membuat Diana semakin sulit mengalihkan pikirannya.Berbeda sekali dengan suaminya yang memang cukup ramah pada anak-anak panti, tapi gesturnya tidak seluwes Rio. “Aku tidak mengerti kenapa dia selalu mempermasalahkanku,” gumam Diana sambil memandangi Rio yang tertawa bersama anak-anak.Meskipun Rio sering menegurnya karena ketidakpeduliannya terhadap panti, Diana tidak pernah benar-benar merasa terganggu. Sebaliknya, ia justru menikmati setiap interaksi mereka, bahkan yang penuh ketegangan sekalipun.Kenapa sampai sekarang, pria itu belum menikah? Sepertinya wanita manapun yang ia tunjuk jadi istri, pasti akan langsung se

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   232. Tak Berkutik

    Keesokan paginya, Rio memutuskan untuk mulai menyelidiki laporan keuangan panti yang baru dikirim oleh Diana. Ia tahu bahwa masalah terbesar yang disampaikan ibunya adalah mengenai kebutuhan anak-anak panti yang tidak terpenuhi. Hal ini hanya bisa dijelaskan jika ia menemukan sesuatu yang tidak beres dalam pengelolaan dana panti yang semuanya diatur oleh Diana. Rio langsung menuju ruang kantor yang biasa digunakan oleh Diana. Ia menemukan meja yang penuh dengan tumpukan kertas, dokumen, dan beberapa map yang terlihat acak-acakan. Saat membuka laci, ia menemukan sebuah buku besar yang tampaknya menjadi catatan keuangan utama panti.Ia membawa buku itu ke ruang tamu dan mulai memeriksa halaman demi halaman. Di situ, tercatat pemasukan dari donatur tetap, sumbangan insidental, serta beberapa pengeluaran utama seperti makanan, pakaian, dan biaya operasional. Namun, semakin lama ia membaca, semakin banyak hal yang mencurigakan.Rio memusatkan perhatiannya pada kolom pengeluaran. Di sana

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   231. Kedatangan Rio

    Pagi itu, suasana di panti yatim piatu milik Nara sedikit lebih riuh dari biasanya. Anak-anak berlarian ke halaman, saling bersahutan dengan suara ceria. Mereka jarang terlihat seantusias ini. Sebuah mobil hitam baru saja berhenti di depan gerbang panti, dan seorang pria bertubuh tinggi, berkulit cerah, serta berpenampilan rapi keluar dari kendaraan itu.Pria itu adalah kakak sulung Erwin yang telah menetap di luar negeri selama beberapa tahun terakhir. Meskipun jarang pulang, Rio selalu mengirimkan kabar dan sumbangan untuk membantu panti. Namun kali ini, ia datang karena ingin melihat kondisi ibunya. “Om Rio!” teriak salah satu anak kecil sambil berlari ke arahnya.Rio tersenyum hangat, menunduk untuk mengangkat bocah itu ke pelukannya. “Hei, Nia, kamu makin besar ya!” ucapnya dengan tawa ringan."Udah, dong, Om Rio juga udah besar." Rio tertawa. "Bukan sudah besar, Nia, tapi sudah tua." Rio pum tertawa. Anak-anak yang lain mengikuti gerakan Nia yang mencium punggung tangan Rio.

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   230. Diana yang Licik

    Tiga tahun kemudian…Aini berdiri di dapur, mengaduk panci besar berisi bubur yang ia siapkan untuk makan siang anak-anak panti. Asap mengepul, memenuhi ruangan kecil itu dengan aroma sederhana. Meski lelah, ia tetap memastikan makanan itu matang sempurna. Namun, hatinya terasa berat. Ia tahu bubur itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak.Tiga tahun yang lalu, ia masih disibukkan dengan agenda kursus anak-anak panti dan juga berhubungan dengan donatur, meskipun ia bukan orang sekolahan. Namun, kini ia hanya bisa berdiri di depan kompor dan mesin cuci. “Aini, jangan terlalu banyak pakai susu,” suara Diana terdengar dari ambang pintu. Perempuan itu berdiri dengan tangan terlipat, matanya mengawasi setiap gerakan Aini.Aini menoleh, mencoba menahan perasaan kesal yang muncul. “Kalau susu tidak cukup, anak-anak akan semakin kekurangan gizi. Anak-anak terlihat kurus, Kak. Sudah ada donatur yang berkomentar."“Jangan berlagak tahu segalanya,” Diana memotong tajam. “Aku

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   229. Kamu Salah Orang!

    Diana duduk di sofa ruang keluarga, menatap Erwin dengan mata penuh amarah. Tangannya yang kurus mengepal erat di atas meja, napasnya pendek-pendek."Berapa lama lagi aku harus bersabar, Mas?" tanyanya dingin. "Kamu bilang pernikahan ini hanya formalitas, tapi lihat apa yang terjadi. Dia masih di sini, menjalani hidup seperti istrimu yang sah. Ibumu juga sangat membelanya." Diana melipat kedua tangannya di dada. Erwin mendesah panjang, menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sayang, aku sudah bilang, ini tidak semudah itu. Sabar sedikit lagi ya.""Tidak semudah itu?" Diana mencemooh, matanya menyala. "Kalau memang hanya formalitas, kenapa kamu tidak bisa mengusirnya? Apa kamu lupa? Dia hanya istri kedua yang bahkan tidak pantas ada di sini!"Erwin memijat pelipisnya, mencoba menahan kesabarannya yang mulai terkikis. "Diana, aku tidak bisa begitu saja menyuruhnya pergi. Kamu tahu bagaimana ibu memandang Aini. Dia menganggap Aini seperti anak sendiri. Kalau aku tiba-tiba menceraikannya atau

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   228. Salah Sendiri

    "Kak Diana! Apa yang terjadi?!" Aini segera berlutut, mencoba membantu Diana duduk. Wanita itu msih terus memegang perutnya. Aini pun ikut gemetar dan takut. Keringat tiba-tiba membanjiri kening dan lehernya. Diana tidak menjawab. Ia hanya menangis, mengerang, dan mencengkeram tangan Aini dengan kuat. "Tolong... perutku sakit... darah...!"Tanpa berpikir panjang, Aini memanggil Pak Zainal penjaga panti untuk membantu mengangkat Diana ke mobil. Dengan tangan gemetar, Pak Zainal menyetir secepat mungkin menuju rumah sakit terdekat. Dalam perjalanan, Diana terus merintih kesakitan, suaranya memecah keheningan malam."Aku tidak mau kehilangan dia!" isak Diana, matanya berlinang air mata."Sabar, Kak. Kita hampir sampai," jawab Aini, meski hatinya berdegup kencang. Ia tak tahu apa yang sedang terjadi, namun rasa paniknya tak bisa ia kendalikan."Kalian terlalu lama, aku takut... Aarg!""I-iya, Mbak, sedikit lagi sampai. Maaf, ini tumben macet sekali," tambah pak Zainal. Sesampainya di ru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   227. Nyonya Rumah

    Hari-hari di Panti Asuhan Cahaya Kasih menjadi jauh lebih sunyi bagi Aini. Setelah percakapan terakhir dengan Erwin, ia terpaksa menerima kenyataan pahit: ia tetap menjadi istri Erwin, namun harus berbagi peran dengan Diana, wanita yang begitu jelas tak menginginkannya ada.Keputusan itu bukan pilihan yang Aini buat dengan hati ringan, melainkan pengorbanan demi menghormati Nara, sosok yang sudah ia anggap seperti ibu sendiri.Namun, hidup sebagai istri kedua sama sekali tidak mudah. Erwin semakin jarang bicara dengannya, dan jika pun mereka berbicara, nada suara pria itu dingin dan sering kali terdengar seperti perintah. Diana, di sisi lain, dengan terang-terangan memandang Aini sebagai ancaman.Suatu pagi, Aini sedang sibuk menyusun berkas administrasi yayasan di ruang kerja kecil di lantai dua. Diana tiba-tiba masuk tanpa mengetuk, membawa tumpukan pakaian di tangannya."Aini!" panggil Diana dengan nada tinggi.Aini menoleh cepat, berdiri dari kursinya. "Ada apa, Kak Diana?""Pakai

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   226. Kedatangan Istri Tua

    Pagi pertama setelah pernikahan, Aini bangun dengan mata yang masih sembab akibat tangis semalam. Kamar itu terasa sunyi, dan ia mendapati tempat tidur di sampingnya kosong. Erwin sudah bangun lebih dulu, atau mungkin ia memang tak pernah tidur di sana.Aini menatap cermin di depan meja rias. Wajahnya tampak lelah, namun ia berusaha menguatkan diri. Ia tahu, hidupnya kini sudah berubah, meski tak sesuai dengan harapannya.Di ruang makan, Nara sudah menunggu dengan senyum hangat. Wanita tua itu tampak lebih bersemangat daripada biasanya, mungkin karena merasa salah satu keinginannya telah terpenuhi."Aini, bagaimana malam pertamamu?" tanya Nara dengan nada bercanda, membuat Aini tersipu."Baik, Bu," jawab Aini sambil tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan luka di hatinya. Tidak ada apapun yang terjadi semalam. Jangankan menyentuh, melihat dirinya saja, Erwin enggan. Tak lama kemudian, Erwin muncul dari arah pintu belakang. Ia mengenakan kemeja putih yang dilipat hingga siku, rambutn

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status