Share

194. Rencana Alex yang Lain

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 23:31:26

Alex berdiri di sudut kamar rumah sakit, memegang ponsel di tangannya. Matanya tampak lelah, pikirannya penuh dengan kekhawatiran, rasa bersalah, dan berbagai rencana yang belum tersusun dengan baik. Setelah menarik napas panjang, ia akhirnya memutuskan untuk menelepon seseorang yang selalu menjadi tempatnya mencari nasihat.

“Halo, Ma,” ucap Alex dengan suara pelan.

“Halo, Alex? Tumben pagi-pagi telpon, kenapa, Nak? Ada apa?” Suara Bu Asma terdengar tegas di seberang telepon.

Alex terdiam sejenak, mencoba merangkai kata. “Ma, tolong datang ke rumah sakit sekarang.”

Di seberang sana, Bu Asma terdengar terkejut. “Rumah sakit? Kenapa? Apa yang terjadi? Suci atau anak-anak?"

Alex mengusap wajahnya, mencoba menenangkan diri. “Nanti aku jelaskan kalau Mama sudah sampai. Tapi tolong cepat.”

“Alex, kalau ada yang parah, lebih baik kamu jelaskan sekarang,” desak Bu Asma.

“Mama, tolong percaya sama aku. Aku nggak bisa bicara panjang sekarang.”

Dengan suara mendesah panjang, Bu Asma akhirnya se
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Amanda dwi Saputri
jangan ampe si aini mau balik ama alex apalagi sampe hamil anak alex ..., kalo ampe terjadi kecewa berat si gak bakal baca lagk seeum aini ama duha balkan ...
goodnovel comment avatar
Tiraya
jangan² Aini mual2 hamil anaknya Alex lagiii.... duh semoga nggak yaaa... soalnya. Suci dah keguguran....
goodnovel comment avatar
Dewi Ratna
yuk lanjut lg thor up nya .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   195. Pergi Saja Kau!

    Alex berdiri di lobi hotelnya di Jakarta, menatap layar ponsel dengan wajah tegang. Beberapa menit lalu, ia menerima telepon dari orang suruhannya, seseorang yang ia bayar untuk mencari tahu keberadaan Aini. Informasi yang ia terima membuat hatinya bergolak.“Tuan, saya menemukan Aini. Dia sedang tinggal di sebuah apartemen di Jakarta bersama Dhuha,” kata suara Joe di seberang telepon.“Dhuha?” Alex mengernyit, nama itu terdengar familier.“Iya, Dhuha. Orang yang dulu pernah menjadi teman Anda,” lanjut pria itu.Alex terdiam sejenak. Ia sudah bisa menebak sebelumnya, bahwa Aini memang tengah bersama Dhuha, tetapi ia tidak menyangka jika mereka tinggal satu apartemen kembali. Apa hubungan perselingkuhan itu sudah begitu berat? Batin Alex berkecamuk. Marah, kesal, kecewa, semua menjadi satu dalam kepalanya saat ini. “Lalu, ada kabar apa lagi?” tanya Alex, mencoba menenangkan gejolak emosinya.“Yang saya dengar, ibunya Dhuha sedang dirawat di rumah sakit. Sepertinya kondisi beliau cukup

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   196. Rindu Anak-anak

    Dhuha menatap Aini yang duduk di hadapannya, menikmati hidangan sarapan sekaligus makan siang di restoran apartemen. Restoran itu sepi, hanya ada mereka berdua di salah satu sudut ruangan. Cahaya matahari masuk melalui jendela besar di belakang Aini, memantulkan keindahan wajahnya yang selalu memikat hati Dhuha. Hampir pagi mereka pulang dari Ancol, maka dari itu keduanya bangun kesiangan. “Aini,” panggil Dhuha pelan, memecah keheningan di antara mereka.Aini mengangkat wajahnya, menatap Dhuha dengan senyum tipis. “Ada apa, Dhuha?”Dhuha meletakkan sendok dan garpunya, lalu menatap Aini dengan serius. “Aku rasa, untuk hari ini, kamu tidak perlu ikut ke rumah sakit menjenguk Mamaku. Mama mungkin belum siap melihatmu di sana. Kamu tahu sendiri, mama masih belum berubah. Aku gak mau kamu malah sakit hati karena ucapan mamaku."Aini terdiam, merasa sedikit tersinggung meski ia tahu Dhuha hanya berusaha melindunginya. “Aku hanya ingin membantu. Aku tidak ingin membuat keadaan semakin rum

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   197. Sudah Tidur Dengannya

    Langit senja menyelimuti kota Bandung dengan rona keemasan, tetapi suasana di rumah Bu Asma jauh dari keindahan itu. Sepi dan senyap. Tidak ada siapa-siapa ada di rumahnya, hanya ia dan seorang pembantu saja. Alex putra sulungnya tinggal di rumah miliknya sendiri, lalu Jerry masih sibuk kerja di Jakarta. Belum ada niatan menikah katanya. Oleh karena itu, Bu Asma sering kali main, bahkan menginap di rumah Alex agar ia tidak kesepian. Ketukan di pintu pagar terdengar terburu-buru. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaykumussalam." Wanita itu menaruh telepon genggamnya di atas meja. "Siapa, ya?" gumam Bu Asma sambil melangkah menuju pintu. Ketika pintu terbuka, ia mendapati Suci berdiri di ambang, wajahnya basah oleh air mata."Suci? Kamu kenapa, Nak?" tanya Bu Asma dengan nada penuh kkekhawatiran"Bik, Bik, tolong buka pagarnya, Bik!" Teriakan bu Asma mengundang sosok wanita muda keluar dari pintu samping dengan langkah tergopoh."Buka pagarnya cepat!""Oh, baik, Bu."Suci tak sanggup menjawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   198. Dilarikan ke Rumah Sakit

    Langit di luar gedung pengadilan gelap, menggambarkan situasi hati yang tengah memanas di antara Alex dan Dhuha. Baru saja mereka resmi berpisah, tanda tangan perceraian selesai, tetapi bukan berarti permusuhan di antara keduanya ikut berakhir.Saat melangkah keluar dari ruang sidang, Alex mendadak berhenti. Pandangannya tajam menusuk ke arah Dhuha, seolah semua amarahnya yang terpendam hendak diluapkan saat itu juga. “Ini semua salahmu,” ucap Alex, suaranya berat dengan nada tuduhan.Dhuha mengangkat sebelah alis. Ia mencoba bersikap tenang, meskipun dadanya bergemuruh. “Sudah cukup, Alex. Kita sudah menyelesaikannya di dalam. Jangan perpanjang masalah ini.”Namun, Alex bukan tipe yang mudah mendengar. Dengan langkah cepat, ia mendekati Dhuha, lalu tanpa aba-aba, tinjunya melayang ke udara. Dhuha jatuh tersungkur, tetapi pria itu cepat berdiri kembali. Saat Alex sekali lagi mencoba melayangkan tinjunya, Dhuha menghindar dengan lincah, langkahnya mundur ke belakang.“Alex, hentikan!”

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   199. Meminta Hak

    "Aini, Alhamdulillah akhirnya kamu sadar?" suara Dhuha terdengar gemetar, memecah keheningan di ruangan rumah sakit yang serba putih itu. Matanya menatap lekat wajah Aini yang perlahan membuka mata. Perasaan lega bercampur bersalah membanjiri hatinya.Aini mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba memahami di mana dia berada. Seluruh tubuhnya terasa lemah, terutama di bagian sudut bibir kirinya yang masih terasa perih. "Dhuha?" gumamnya lirih, suaranya terdengar serak. Aini meringis seperti tengah menahan sakit. "Iya, ini aku," jawab Dhuha, mendekatkan kursi yang dia duduki ke sisi ranjang. Tangannya berusaha menggenggam tangan Aini, tapi ragu-ragu. "Aku… aku minta maaf, Aini. Aku nggak bisa menjaga kamu. Aku nggak pernah bermaksud bikin kamu terluka. Ini semua salahku."Aini tersenyum lemah, meskipun matanya masih tampak lelah. "Jangan ngomong begitu, Dhuha. Aku yang seharusnya minta maaf. Aku ikut udah banyak bikin kamu susah." Dia menundukkan kepala, mengingat bagaimana dia mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   200. Ajak Aku Bercinta

    Telepon genggam Aini kembali berdering dan kali ini tak kunjung berhenti. Alex menghentikan gerakan mencium Aini dengan membabi-buta. "Sialan!" Alex mengumpat kesal. Tok! Tok! Suara pintu apartemen digedor dengan keras. Wajah Alex berubah tegang. Dia melepaskan cengkeramannya pada Aini, lalu melangkah mundur."Aini, aku tahu kamu di dalam. Kalau kamu nggak buka, aku dobrak pintunya!" seru Hakim lagi.Bugh! Disaat Alex lengah, Aini berhasil mendorong suaminya itu hingga jatuh duduk. Lalu Aini mengumpulkan keberanian untuk berlari ke pintu dan membukanya. Begitu pintu terbuka, Hakim langsung masuk dan melihat Alex yang berdiri di tengah ruangan dengan wajah marah. Melihat pakaian Aini kocar-kacir, Hakim langsung mengambil taplak meja berbahan kain, lalu ia berikan pada Aini sambil memalingkan wajahnya. "Kamu lagi?!" Hakim mendengus, berjalan mendekati Alex. "Nggak cukup kemarin kamu bikin masalah?""Ini bukan urusanmu, Hakim," balas Alex dengan nada dingin."Tapi ini urusan sepupu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   201. Keramas Pagi-pagi

    Ruang televisi yang tadinya dipenuhi suara tawa dari film komedi romantis kini senyap, hanya menyisakan desahan napas tertahan dari dua insan yang saling berpandangan. Dhuha masih duduk di sofa, matanya membulat, sementara Aini berdiri terburu-buru. Wajahnya memerah hingga ke telinga. Ia tidak menunggu lama untuk berlari masuk ke kamarnya, meninggalkan Dhuha yang masih membeku di tempat. Detak jantungnya masih tak beraturan. Di kamar, Aini menjatuhkan dirinya ke ranjang. Jantungnya berdetak terlalu cepat, tangannya gemetar saat menyentuh bibirnya sendiri. "Apa yang aku lakukan?!" bisiknya. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya, berharap rasa malu itu bisa mereda. Tapi semakin ia mengingat kejadian tadi, semakin panas wajahnya."Kenapa aku nekat cium Dhuha? Ya ampun, malunya!"Ia telah mencium Dhuha. Bukan kecupan iseng, melainkan ciuman yang terasa nyata, penuh emosi. Dan yang membuatnya semakin sulit menerima adalah kenyataan bahwa ia yang memulai. Ia yang duduk di pangkuan Dhuha,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   202. Dibuang ke Jurang

    "Jika kamu mau bicara, bicara padaku, bukan dengan Aini. Jika tidak, sebaiknya kamu pergi! Ini unitku dan aku bisa mengusirmu kapan saja!" Alex menahan diri agar tidak emosi di depan Dhuha. Ia tahu jika ia melawan maka ia akan diusir dari apartemen. Apalagi dua security yang menemani Dhuha sudah siap sedia untuk menyeretnya. Bisa dilihat dari tatapan dua pria bertubuh tinggi besar itu. "Jika mau, kita bicara di kafe di bawah. Sebagai lelaki, bagaimana?" tawar Dhuha. Alex tidak menyahut, tapi pria itu pun pergi masuk ke dalam lift. Dhuha mengikuti dari belakang. Kini keduanya sudah duduk di kafe yang berada di lantai satu apartemen. "Lo udah sarapan? Mau pesan makan?" Alex tak menjawab. “Dhuha,” suara Alex terdengar serak, berusaha menahan gejolak di dadanya. Mereka berdua duduk di beranda rumah Dhuha, malam yang sunyi hanya ditemani suara alunan khas musik kafe pagi hari. “Aku ingin kamu jawab jujur satu hal.”Dhuha menatap Alex, ekspresinya datar namun matanya tajam. “Tanya saja,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   310. Membujuk

    Anton menelan ludah. Ia menunduk, seakan sibuk menuang teh untuk ibunya dan Bude Lasmi. Ia harus hati-hati menjawab pertanyaan ini. Ibunya tidak bodoh, dan semakin ia menghindar, semakin ibunya akan curiga.“Ada sedikit salah paham, Bu,” katanya akhirnya.Ibunya meletakkan cangkir tehnya dengan hati-hati, lalu menatap Anton lekat-lekat. “Salah paham soal apa?”Anton menghela napas. “Amel merasa aku masih terlalu peduli sama Luna.”Bude Lasmi ikut menyimak dengan mata menyipit. “Memangnya kamu masih peduli?”Anton tersenyum hambar. “Bu, Bude, Luna sedang hamil. Anak yang dikandungnya itu anakku.”Ibunya melotot tidak percaya. "Kamu barusan ngomong apa? Luna hamil anak kamu, kok bisa? kapan? Kamu kena---""Bu, tenang dulu." Anton panik. Ia mengusap pundak ibunya perlahan. Tentu saja wanita yang melahirkannya itu syok bukan main mendengar kabar tidak masuk akal ini. "Bagaimana ceritanya Luna bisa hamil? Kamu menghianati istri kamu? Jadi setelah menikah kamu selingkuh? Astaghfirullah!"

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   309. Sebuah Keputusan

    Suasana ruang makan mendadak hening setelah Amel mengucapkan niatnya untuk bercerai. Hakim menatapnya dengan rahang mengeras, sementara Viona memijit pelipisnya, berusaha mencerna apa yang baru saja ia dengar.“Amel, jangan gegabah,” ujar Hakim setelah beberapa detik yang terasa begitu lama.“Gegabah?” Amel tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan di sana. “Mas, aku sudah bertahan cukup lama. Aku sudah mencoba jadi istri yang baik, mencoba menerima Aris, dan menerima masa lalu Anton. Tapi ternyata aku hanya bodoh. Aku pikir, menikah dengan duda yang sudah pernah gagal dalam pernikahan akan membuatnya lebih menghargai istri barunya. Nyatanya, dia masih berputar di masa lalu.”Viona menarik napas panjang. “Amel, Mama tahu kamu sakit hati. Tapi perceraian bukan keputusan yang bisa diambil dalam satu malam.”Amel menatap ibunya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Lalu, Mama mau aku apa? Berpura-pura tidak tahu kalau suamiku masih mengkhawatirkan wanita lain? Kalau dia lebih memikirkan

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   308. Pulang ke Rumah Orang tua

    "Kenapa datang tanpa bilang-bilang dulu, Nak?"Suara Viona terdengar lembut, tetapi penuh selidik. Wanita berusia lima puluh tahun itu menatap putrinya yang sedang duduk di ruang keluarga dengan wajah lesu. Amel tidak menjawab. Ia hanya memainkan ujung lengan piyama yang ia kenakan, enggan menatap mata ibunya.Viona mendesah. Ia meletakkan secangkir teh di atas meja kecil di depan Amel, lalu duduk di sebelahnya. Rumahnya saat ini sedang sibuk. Para pekerja sibuk hilir mudik, menata dekorasi, menyusun kursi, dan mengurus persiapan resepsi Hakim yang akan digelar minggu ini. Tapi, di tengah semua itu, ia justru mendapati Amel pulang tanpa kabar, memilih menginap di rumah orang tuanya daripada tinggal di rumah yang seharusnya ia tempati bersama suaminya, Anton."Ada masalah dengan Anton lagi ya? Urusan Luna?" tanya Viona lagi.Amel masih diam. Ia tahu ibunya tidak akan berhenti bertanya sampai ia memberikan jawaban. Namun, ia tidak ingin membahas ini. Tidak saat ini, tidak di tengah kesi

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   307. Keras Hati

    Setelah percakapan itu, Aini merasa hatinya sedikit lebih tenang. Dukungan Dhuha membuatnya yakin bahwa mereka bisa melewati ini bersama. Namun, ia tahu bahwa menghadapi Maria tidak akan mudah. Ibu mertuanya itu keras kepala dan selalu menganggap dirinya benar.Keesokan harinya, Aini memutuskan untuk berbicara dengan Dhuha mengenai keputusannya berhenti bekerja. Saat sarapan, ia mengajukan pembicaraan itu dengan lembut.“Mas, aku ingin mengajukan surat pengunduran diri hari ini,” ucapnya sambil menyendok bubur ayam ke mangkuknya.Dhuha yang sedang mengaduk teh, menatapnya dengan kening berkerut. “Hari ini juga?”Aini mengangguk. “Aku ingin fokus pada program hamil. Lagipula, pekerjaan di kantor cukup menguras pikiranku.”Dhuha menggenggam tangan Aini di atas meja. “Kamu yakin? Kalau kamu butuh waktu, tidak perlu terburu-buru. Lagian, aku termasuk salah satu atasan di sana." Aini tersenyum. Ia duduk di pangkuan suami sambil mengalungkan tangan di leher suaminya. "Meskipun kamu pemilik

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   306. Aini, Kenapa Belum Hamil?

    Aini tengah duduk di ruang keluarga, menikmati teh hangat buatan Bibik sambil membaca sebuah majalah kesehatan. Matahari sore mulai meredup, menyisakan semburat jingga di langit yang terlihat dari jendela besar ruang tamu. Dhuha sedang joging di taman kompleks, dan suasana rumah terasa sepi, hanya ada dirinya dan Bibik yang sibuk merapikan ruang makan. Langkah Maria terdengar mendekat. Wanita paruh baya itu duduk di kursi di seberang Aini dengan ekspresi yang sulit diterka. Sudah dua malam wanita itu menginap di rumah sang Putra, tapi tidak terlalu banyak bicara pada menantunya itu. “Aini, Mama mau tanya sesuatu.”Aini menutup majalahnya dan menatap ibu mertuanya dengan senyum sopan. “Iya, Ma, silakan.”Maria menarik napas, lalu menatap Aini dengan serius. “Sudah hampir empat bulan kalian menikah, tapi kok belum ada tanda-tanda hamil juga?”Pertanyaan itu bukan sesuatu yang tidak Aini duga. Ia sudah sering mendengar celetukan semacam itu dari orang-orang di sekitarnya, terutama dari

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   305. Kecewa

    Anton masih berdiri di depan rumah, memandangi debu yang beterbangan setelah mobil Amel melaju kencang meninggalkan halaman. Dadanya terasa sesak. Ia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupnya sekarang.Ia ingin memastikan Luna dan bayi mereka baik-baik saja, tapi di sisi lain, Amel adalah istrinya sekarang. Ia tidak ingin pernikahannya hancur, tetapi juga tidak bisa berpura-pura bahwa Luna dan bayi yang dikandungnya bukan bagian dari hidupnya.Anton kembali masuk ke dalam rumah dengan langkah berat. Aris masih tertidur di kamarnya. Sisa kopi di meja mulai mendingin, sama seperti hatinya yang kini terasa membeku. Ia menghela napas panjang, lalu mengambil ponselnya dan kembali menghubungi Aini.Kali ini, Aini tidak langsung mengangkat, tetapi setelah beberapa kali nada sambung, suara wanita itu akhirnya terdengar di seberang."Apa lagi, Anton?" suara Aini terdengar lelah."Aini, aku hanya ingin tahu satu hal," kata Anton, mencoba menahan

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   304. Mencari Keberadaan Luna

    Anton masih berdiri di depan pintu unit apartemen Luna yang kosong. Perasaannya campur aduk antara khawatir, bingung, dan sedikit kesal. Sudah satu bulan lebih ia tak bisa menghubungi Luna, dan sekarang ia baru tahu bahwa mantan istrinya itu benar-benar pergi entah ke mana.Anton menarik napas panjang. Ada kemungkinan Luna memang sengaja menghindarinya. Tapi, jika itu alasannya, kenapa ia juga memutus komunikasi dengan Aris?Aris bukan sekadar anak yang bisa dilupakan begitu saja. Ia tahu Luna sangat mencintai putra mereka.Anton mencoba menghubungi nomor Luna lagi. Masih sama—tidak tersambung.Ia mengetik pesan singkat:"Luna, aku tahu kamu pindah. Aku butuh bicara. Tolong kabari aku. Aris mencarimu."Tapi dalam hati, Anton ragu pesan itu akan mendapat balasan.Di dalam mobil, Anton masih memikirkan kemungkinan lain. Mungkin ada seseorang yang tahu ke mana Luna pergi.Ia mengetik pesan kepada Dhuha. Feelingnya mengatakan bisa saja Dhuha memiliki informasi di mana Luna berada."Dhuha,

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   303. Masalah Pagi Hari

    Pagi itu seharusnya berjalan seperti biasa—sarapan bersama, mengantar Aris ke sekolah, dan Anton berangkat kerja. Namun, suasana rumah justru dipenuhi suara tangisan keras dari anak berusia lima tahun itu."Aku mau ke rumah Ibu!" Aris merengek sambil menarik ujung kausnya. Matanya yang sembab menunjukkan betapa kerasnya ia menangis sejak bangun tidur.Amel memijat keningnya, mencoba bersabar menghadapi rengekan anak sambungnya. Ia sudah berusaha menjadi ibu yang baik bagi Aris, tetapi setiap kali anak itu menyebut nama Luna, ada rasa kesal yang menggelitik perasaannya."Aris, Nak, kamu harus sekolah dulu. Setelah itu, kita lihat nanti," ujar Amel, berusaha menenangkan."Tidak! Aku mau ke rumah Ibu sekarang!" Aris berteriak.Amel menghembuskan napas panjang. "Aris, sudah cukup. Bunda tidak suka kalau kamu berteriak seperti itu. Sekarang bersiaplah untuk sekolah."Aris menggeleng keras. "Aku nggak mau sekolah! Aku mau ke rumah Ibu! Aku udah lama gak ketemu ibu, Bunda. Waktu itu ibu saki

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   302. Keberanian

    "Aini! Mama!" Dhuha refleks menangkap tubuh ibunya yang hampir jatuh ke lantai. Wajah Maria pucat, napasnya tersengal.Aini yang juga panik langsung berjongkok di samping suaminya. "Mas, kita harus bawa Mama ke rumah sakit!"Dhuha mengangguk cepat. Tanpa membuang waktu, ia mengangkat tubuh ibunya ke dalam gendongan. Aini berlari lebih dulu untuk menekan tombol lift.Saat pintu lift terbuka, mereka masuk dengan tergesa. Dhuha terus memegangi tubuh Maria yang lemas dalam dekapannya, sementara Aini mencoba menenangkan dirinya sendiri. Meski ia kesal dengan Maria, tapi bagaimanapun wanita itu adalah ibu mertuanya.Begitu sampai di basement, Dhuha langsung membawa Maria ke kursi belakang mobil. Aini dengan cepat masuk ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin."Aku yang nyetir, Mas. Kamu fokus ke Mama," ucap Aini cepat."Sayang, kamu gak papa?" Aini mengangguk cepat. Dhuha tak membantah. Ia terus mengecek denyut nadi dan suhu tubuh Maria. "Ma, bertahan, ya," bisiknya.Maria hanya mengerang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status