Share

156. Rencana Alex

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-04 23:01:48

Rendy memandang pria paruh baya berseragam cleaning service yang sedang membersihkan meja di sudut lobi kantor Alex. Dengan sikap ramah, ia mendekat, membawa segelas kopi dari mesin otomatis.

“Pak, boleh ngobrol sebentar? Saya lagi nyari info soal lowongan kerja di sini. Adik saya pengin coba daftar jadi OB,” kata Rendy, mencoba mencairkan suasana.

Cleaning service itu menoleh, menatap Rendy dengan rasa ingin tahu.

“Lowongan OB ya? Kayaknya ada sih, tapi baru satu. Itu juga karena ada yang dipecat minggu lalu.”

“Oh, dipecat ya? Kenapa, Pak? Masalah apa?” tanya Rendy, berpura-pura penasaran.

Pria itu menggeleng sambil berbisik, “Nggak tahu pasti, Mas. Tapi denger-denger sih ada masalah besar di ruangan direktur. Security yang lebih tahu, tapi mereka nggak bakal ngomong ke orang luar.”

Rendy mengangguk sambil tersenyum, meski dalam hati ia mulai curiga. “Oke, Pak. Terima kasih infonya. Saya nanti tinggal kirim email ke kantor ini ya, Pak? Apa Bapak tahu emailnya?"

"Iya, benar, sebentar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Febrianty Izhar M
ayo Thor .....semangat ....lanjut up
goodnovel comment avatar
Febrianty Izhar M
di cicil Thor up nya ,pagi siang sore
goodnovel comment avatar
Febrianty Izhar M
gak jd tripel update ya cuma double aja kemaren Thor ....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   157. Foto Aini di Rumah Sakit

    Telepon dari Bu Maria, ibu Dhuha, datang saat ia baru saja selesai mandi dan bersiap untuk tidur. Ia mengangkat telepon dengan suara lelah. Ia juga tidak mau mengganggu Aini dan yang lainnya tidur karena sudah jam sepuluh malam. Ya, malam ini dan mungkin masih sampai besok malam, ia berencana menginap di rumah Anton. “Iya, Ma. Ada apa malam-malam telepon?” tanyanya sambil duduk di sofa. “Dhuha, kamu nggak pernah buka WhatsApp dari Mama, ya?” suara Bu Maria terdengar penuh antusias, bertolak belakang dengan nada Dhuha.“WhatsApp yang mana, Ma? Aku sibuk banget belakangan ini,” jawab Dhuha dengan sedikit mendesah.“Yang Mama kirim soal anaknya Tante Yulia. Namanya Laras. Cantik, muda, dan sopan. Cocok banget jadi istri kamu,” kata Bu Maria dengan nada yakin.Dhuha mengerutkan dahi. “Mama, aku lagi nggak mikir ke arah sana dulu. Kerjaan banyak, dan aku masih fokus sama tanggung jawabku sekarang.”“Dhuha, kamu nggak bisa terus-menerus kayak gini. Mama pengen kamu punya pasangan lagi. La

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   158. Alex Melabrak Dhuha

    Hari beranjak sore, dan Aini masih beristirahat di kamar Amel. Sejak pulang dari rumah sakit, ia menunjukkan sedikit kemajuan. Setidaknya, ia tidak lagi menangis tanpa henti seperti sebelumnya. Namun, Dhuha tahu, perjalanan pemulihan mental Aini masih panjang.Di ruang tamu, Dhuha duduk dengan Amel, berdiskusi tentang rencana untuk mendukung Aini, sambil memangku Aris. Anak kecil itu senang dengan adanya Dhuha di rumah. "Ayah Dhuha nginep kan?" tanya Aris polos sambil mengunyah permen lolipop. "Iya, malam ini masih menginap di rumah Aris. Boleh kan?""Boleh, dong! Selamanya juga gak papa." Dhuha mengusap pipi Aris yang mulai padat berisi. Anak kecil itu pun melanjutkan asiknya makan permen sambil menonton televisi. “Mas, menurutku, Mbak Aini memang butuh lebih banyak waktu. Dia belum siap menghadapi dunia luar,” ujar Amel sambil menyeruput teh hangat. "Terutama yang berurusan dengan suaminya," lanjut Amel lagi. Dhuha mengangguk. “Iya, Mel. Aku juga nggak mau maksa. Tapi aku juga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   159. Nasihat Jerry

    Ketenangan pagi di rumah Anton tidak berlangsung lama. Setelah kejadian malam sebelumnya, Aini terlihat lebih banyak diam. Amel menyiapkan sarapan, sementara Dhuha mencoba memulai hari dengan mencari cara terbaik untuk melindungi Aini dari Alex.“Mas, Mbak Aini tadi bilang mau coba sarapan di meja makan,” ujar Amel sambil membawa nampan berisi teh hangat ke meja.Dhuha menoleh dari kursi tempatnya duduk. “Itu bagus. Berarti dia mulai pulih, pelan-pelan.”Amel mengangguk, tapi raut wajahnya masih menunjukkan kekhawatiran. “Tapi aku takut, Mas. Alex nggak akan menyerah. Dia kelihatan seperti orang yang nggak terima ditolak. Dan nampaknya lelaki itu masih cinta banget sama Mbak Aini." Dhuha tertawa miring. "Jika lelaki itu cinta dengan istrinya, tidak mungkin dia bermesraan di ruang kerja dengan OB." Amel menghela napas. Gadis itu meletakkan telunjuk di bibirnya. Dengan harapan percakapan mereka tidak sampai didengar Aini. “Aku sudah siapkan semuanya. Kalau Alex datang lagi, kita akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   160. Membawa Paksa

    Aini keluar dari kamar dengan wajah pucat, lalu duduk di sofa ruang tamu. Melihat wajah istrinya seperti sedang sakit, Alex pun terkejut dan cemas. "Kamu sakit sayang?" Alex hendak merana kening sang Istri, tetapi Aini berhasil menepis tangan Alex. "Jangan sentuh aku, Mas!" Pelan, tapi begitu dingin. "Kamu sakit, Ai. Kamu harus segera dibawa ke rumah sakit." Aini tertawa miris. "Gak perlu, aku mati pun sepertinya hanya anak-anak yang akan kehilangan. Cepat saja katakan, kamu mau apa ke sini? Jangan lama-lama, aku gak mau lama-lama di dekat kamu. Aku capek."Alex berdiri di depan Aini dengan wajah penuh emosi. Di balik kata-kata lembut yang ia ucapkan, nada suaranya mengandung ancaman tersembunyi. Aini yang duduk di sofa, menjaga jarak sejauh mungkin. Dhuha berdiri di dekat pintu, mengawasi percakapan mereka dengan mata tajam.“Aini, aku datang ke sini karena aku masih sayang sama kamu. Aku nggak mau keluarga kita hancur begini. Anak-anak butuh kamu,” kata Alex, suaranya serak.Ain

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   161. Tak Lelah Membujuk

    Aini duduk di ruang tamu, menatap jendela dengan pikiran yang melayang jauh. Keheningan pagi dipecahkan oleh suara pintu kamar yang terbuka. Dhuha muncul dengan wajah penuh perhatian, membawa secangkir teh hangat dan juga sepiring pisang goreng. “Kamu belum tidur semalaman, ya?” tanya Dhuha lembut, menyerahkan nampan itu kepada Aini.Aini hanya menggeleng, mengusap matanya yang masih sembap. “Aku nggak bisa tidur. Rasanya semua ini seperti mimpi buruk yang nggak ada akhirnya.”Dhuha duduk di seberang Aini, menatapnya dengan tatapan penuh empati. “Aini, aku tahu ini berat. Tapi kamu nggak sendirian. Aku, Amel, dan Anton ada di sini buat kamu. Hakim pun selalu dukung kamu. Jangan pernah merasa sendiri ya." Aini menundukkan kepala, air matanya menetes perlahan. “Tapi aku nggak tahu harus bagaimana lagi, Dhuha. Alex nggak akan berhenti. Aku sudah memutuskan ingin bercerai, tapi dia terus mencoba memaksaku kembali.”“Kita bisa urus ini. Kalau perlu, aku akan cari pengacara terbaik untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   162. Kamu Ketahuan

    “Makan siangnya udah Ibu bungkus, Pak,” ujar Bu Rahmi sambil melipat kain serbet yang baru selesai disetrikanya.Pak Zul, yang sedang membaca koran di ruang tamu, mengangguk kecil. “Hati-hati di jalan, Bu. Kasih ucapan buat Suci dari Bapak juga, ya. Mudah-mudahan anak kita itu semakin dewasa dan mau dijodohkan dengan Alif. Tapi, apa boleh anterin kue dan lauk ke tempat kerja anak kita, Bu?""Boleh, saja, Pak. Tapi nanti kalau gak bisa ketemu, titip satpam aja.""Ya, sudah kalau gitu. Ibu naik angkot?" Bu Rahmi mengangguk. "Pengennya naik taksi online, tapi uangnya mau dihemat.""Iya, ya, hati-hati di jalan. Kalau udah selesai, langsung pulang."Bu Rahmi tersenyum, menyembunyikan kehangatan sekaligus rasa bangga. Hari ini adalah ulang tahun putrinya, Suci, yang baru saja menginjak usia 23 tahun. Sebagai orang tua, mereka selalu menyempatkan diri memberikan perhatian sederhana meski keadaan ekonomi keluarga mereka tidak begitu baik.Bu Rahmi menyiapkan makanan kesukaan Suci, nasi kuni

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   163. Lima Puluh Juta

    “Kami orang tua Suci. Anak saya sudah diradupaksa oleh anak Anda, Alex. Kami ingin meminta pertanggungjawaban! Jika tidak, maka kami akan lapor polisi!"Mendengar nama polisi disebut, wajah Bu Asma berubah. Ia segera mempersilakan tamunya masuk. Mereka duduk di ruang tamu yang luas dengan perabotan mahal, tetapi suasananya terasa dingin. “Jelaskan, apa yang terjadi?” tanya Bu Asma, suaranya tenang namun tegas. Ia berpura-pura tidak tahu. Pak Zul menarik napas dalam sebelum menceritakan semuanya. Bagaimana Alex menjalin hubungan terlarang dengan Suci, bagaimana putrinya kehilangan pekerjaannya, dan bagaimana harga diri keluarganya hancur. Bu Asma mendengarkan dengan ekspresi yang sulit dibaca, tetapi sorot matanya sesekali menunjukkan kemarahan yang tertahan. “Saya tahu Alex salah,” ujar Bu Asma akhirnya. “Tapi Anda harus tahu, Aini, istrinya, sudah pergi ke Jakarta sejak kejadian itu. Kabar ini sudah cukup membuat keluarga kami hancur.”Pak Zul membalas dengan nada tajam, “Itu mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   164. Intan dan Izzam

    Malam itu, di ruang tamu sederhana rumah Amel, Aini duduk bersandar lemah di sofa. Tubuhnya masih terlihat rapuh, tetapi sorot matanya menunjukkan keteguhan hati. Amel duduk di sebelahnya, menggenggam tangan Aini dengan penuh perhatian.“Mbak, kamu masih belum sehat. Istirahat dulu, jangan pikirkan apa-apa,” ujar Amel dengan nada lembut.Namun, Aini menggeleng pelan. “Aku tidak bisa terus seperti ini, Mel. Aku sudah cukup merepotkan kalian. Aku harus mencari pekerjaan secepatnya. Ini sudah hampir sepuluh hari aku di sini."Amel menghela napas panjang. “Mbak tahu, kami tidak merasa direpotkan. Anton, Dhuha, dan aku ada di sini untuk membantumu. Mas Hakim juga selalu tanya kabar Mbak Aini. Pokoknya kami senang Mbak Aini gak nangis terus."Aini menatap Amel dengan tatapan penuh rasa terima kasih. “Aku tahu, Mel. Tapi aku tidak mau terlalu bergantung. Aku harus belajar mandiri. Alex sudah mengambil segalanya dariku, termasuk harga diriku. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa bertahan tanp

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   326. Buah Kesabaran

    Hari itu, matahari bersinar lembut, seolah ikut merayakan kebahagiaan yang memenuhi hati Aini dan Dhuha. Kabar kehamilan Aini menjadi hadiah yang tidak pernah mereka sangka akan datang secepat ini. Setelah bertahun-tahun penantian dan berbagai ujian, akhirnya doa mereka terjawab.Setelah meninggalkan klinik, Dhuha tidak henti-hentinya menggenggam tangan Aini. Tatapan matanya penuh dengan cinta dan rasa syukur.“Aku masih tidak percaya, Sayang,” gumamnya sambil mencuri pandang ke arah istrinya yang duduk di sebelahnya di dalam mobil.Aini tersenyum, meski air matanya belum benar-benar kering. “Aku juga, Mas. Sepertinya Allah benar-benar ingin menguji kesabaran kita sebelum akhirnya memberikan anugerah ini.”Dhuha mengangguk. “Dan kamu lulus ujian itu dengan begitu sabar dan tulus.”Aini menatap suaminya. “Bukan cuma aku. Kita berdua.”Sesampainya di rumah, Dhuha langsung menghubungi keluarganya. Maria awalnya tidak percaya, tapi saat Dhuha menunjukkan foto USG Aini, maka wanita paruh b

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   325. Kejutan dari Ria

    Ria berdiri tidak jauh dari meja mereka, mengenakan blouse berwarna pastel dan rok panjang yang anggun. Wajahnya tampak terkejut, tetapi segera berubah menjadi senyum hangat saat ia mendekat."Aku tidak menyangka akan bertemu kalian di sini," katanya sambil menarik kursi kosong di samping Aini.Dhuha hanya mengangguk kecil. Ia masih merasa canggung setiap kali bertemu Ria, mengingat alasan keberadaan wanita itu dalam hidup mereka. Sementara itu, Aini mencoba tersenyum, meski di dalam hatinya ada perasaan tak nyaman yang berputar."Kak Aini, bagaimana kabarmu?" tanya Ria, nada suaranya lembut dan penuh perhatian."Baik, meskipun sedikit tidak enak badan hari ini," jawab Aini sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.Dhuha menatap istrinya dengan cemas. "Kalau masih merasa pusing, kita pulang saja, Sayang. Istirahat lebih penting."Aini menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku justru senang bertemu Ria di sini."Mata Ria menatap Dhuha dan Aini bergantian. Ia bisa merasakan ketegangan yan

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   324. Ucapan Maria

    Sore itu, langit menguning keemasan, memberi nuansa hangat yang kontras dengan perasaan Dhuha yang penuh beban. Ia melangkah menuju rumah besar yang sudah sejak kecil ia tinggali, rumah tempat ibunya, Maria, menunggunya dengan segudang pertanyaan yang selalu ia hindari."Duduklah, Nak," Maria mempersilakan putranya duduk di kursi teras yang nyaman. Di hadapannya, teh melati mengepul, menebar aroma menenangkan. Namun, Dhuha tahu, pembicaraan kali ini tidak akan senyaman teh itu."Apa kabar, Ma?" tanya Dhuha, mencoba mencairkan suasana. Pria itu membuka sepatunya, sekaligus melepas dua kancing kemeja abu-abunya paling atas. "Mama sehat, kamu minum dulu!" Dhuha mengangguk. Mengambil teh melati yang aromanya sangat sedap itu. "Mama bikin pisang goreng?" "Bukan, bibik yang masak. Kamu cuci tangan dulu sana, kalau mau makan pisang goreng." Dhuha mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah. Ia mencuci tangan di wastafel ruang tengah. "Keliatannya Mama sehat, ada apa Mama panggil aku ke

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   323. Bertemu Izzam dan Intan

    Aini meraih tangan Alex dan menjabatnya pelan. Kesepakatan ini mungkin bukan yang terbaik baginya, tapi setidaknya ini adalah langkah awal untuk bisa kembali dekat dengan anak-anaknya."Terima kasih, Mas," ucapnya dengan suara nyaris berbisik.Alex mengangguk tanpa ekspresi, sementara Zita masih menampilkan senyum ramahnya. Dhuha yang duduk di samping Aini tetap tenang, meskipun tatapannya sesekali bergeser pada Zita, menilai bagaimana wanita itu bersikap."Kapan aku bisa mulai bertemu mereka?" tanya Aini hati-hati.Alex menatap Zita sejenak, seolah meminta pendapatnya."Bagaimana kalau akhir pekan ini? Hari Sabtu setelah makan siang? Kita bisa bertemu di taman dekat rumah," usul Zita."Anak-anak pasti senang sekali," tambahnya masih dengan senyum yang sama. Aini tersenyum lega. "Baik, aku akan datang."Percakapan pun berlanjut dengan membahas hal-hal ringan mengenai kegiatan anak-anak. Zita dengan santai bercerita bagaimana Intan kini semakin menyukai menggambar dan Izzam mulai tert

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   322. Berdamai dengan Takdir

    Mobil sedan hitam itu berhenti di halaman rumah besar dengan taman yang tertata rapi. Anton menatap bangunan megah itu dengan napas berat. Sudah lebih dari sebulan Amel tinggal di sini, di rumah orang tuanya, meninggalkan rumah mereka yang seharusnya menjadi tempat membangun kebahagiaan bersama.Anton turun dari mobil, mengetuk pintu dengan sedikit ragu. Tak lama, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu.“Masuklah, Mas. Mbak Amel ada di ruang tamu,” katanya dengan sopan.Anton melangkah masuk, mendapati Amel duduk di sofa, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Sejujurnya, ia sudah mengira istrinya akan bereaksi seperti ini.“Assalamualaykum, Amel…” Anton membuka suara, suaranya bergetar. Kakinya melangkah pelan, sesekali melirik ruang tengah yang besar itu teramat sepi. Amel duduk di depan televisi dengan tatapan kosong. "Amel," panggil Anton lagi. Amel menoleh sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya tanpa minat. “Ada perlu apa datang ke sini?” tanya wanita itu sinis. Anton m

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   321. Bertemu Alex

    Pagi harinya, Aini bangun dengan tubuh lebih segar, meski pikirannya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Setelah menunaikan salat subuh berjamaah dengan Dhuha, ia menyiapkan sarapan sederhana berupa roti panggang dan omelet.Dhuha duduk di meja makan sambil menggulir layar ponselnya. Sesekali ia menatap Aini sambil tersenyum. "Aku selalu senang kalau lihat rambut kamu basah." Aini yang sedang mengangkat roti dari panggangan, langsung menoleh ke belakang. "Dih, dingin tahu!" balasnya sambil tersipu malu. Malu bila ingat kejadian semalam, ia yang terlalu bersemangat sampai mereka berdua jatuh dari ranjang. Suara tawa Dhuha menggema. "Tapi aku suka sama yang semalam. Boleh diulang dia hari lagi ha ha ha.... ""Emmoh!" Aini menaruh piring yang sudah ada roti panggang coklat di depan suaminya. "Diulang gerakannya, bukan jatohnya, ha ha ha... huk! huk!""Makanya jangan iseng, jadinya tersedak!" Aini memberikan air putih pada suaminya. "Maaf, Sayang, kenapa sih, aku selal

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   320. Siapa Wanita Itu?

    Aini menghapus air matanya dengan ujung jari, berusaha menenangkan diri. Dhuha masih menggenggam tangannya erat, memberikan kehangatan di tengah gemuruh emosinya. Dari kejauhan, ia memperhatikan Intan dan Izzam berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah, sesekali menoleh ke belakang untuk melambaikan tangan pada wanita yang mengantar mereka.Siapa dia? Wanita itu tersenyum hangat, begitu akrab dengan Intan dan Izzam. Aini menelan ludah. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya—perasaan kehilangan yang semakin nyata. Wanita yang sama persis dengan yang ada di media sosial Alex tempo hari. Apa wanita itu sudah menjadi istri Alex? "Mas, aku ingin tahu siapa dia," gumamnya pelan, hampir seperti bisikan.Dhuha menoleh ke arahnya, menatap dengan mata penuh pengertian. "Kalau kamu penasaran, kita bisa cari tahu. Tapi kamu harus siap dengan jawabannya."Aini menarik napas panjang. Apakah ia benar-benar siap? Ia tidak tahu. Namun, melihat bagaimana anak-anaknya terlihat nyaman dengan wanita it

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   319. Rindu Intan dan Izzam

    Maria menatap Miranti lekat-lekat, memastikan bahwa gadis itu benar-benar yakin dengan keputusannya. Sejak awal, ia tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang begitu rela mengorbankan dirinya seperti ini.“Tante akan bicara dengan Dhuha dan Aini,” ulang Maria, memastikan Miranti tidak berubah pikiran.Miranti mengangguk. “Terima kasih, Tante. Saya siap menghadapi mereka kapan pun. Kami hanya perlu bicara dari hati ke hati. Apapun nanti jawaban Aini dan Dhuha, saya juga gak keberatan."Maria menyandarkan punggungnya ke kursi. Pikirannya mulai mencari cara terbaik untuk menyampaikan hal ini kepada putranya dan menantunya. Aini mungkin masih belum sepenuhnya terbuka terhadap gagasan ini, meskipun ia sendiri yang mengusulkannya. Dhuha? Maria yakin putranya masih berada dalam fase menolak.Namun, waktu terus berjalan.Setelah makan siang mereka selesai, Maria dan Miranti berpisah. Namun, bagi Maria, ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih rumit. Apa Dhuha akan set

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   318.

    Aini terdiam mendengar syarat yang diajukan Dhuha. Matanya menatap suaminya, mencari keyakinan di balik permintaannya."Satu tahun, Mas?" ulangnya pelan.Dhuha mengangguk. "Iya, Ai. Kita sudah menunggu sejauh ini. Aku ingin kita memberi waktu untuk pernikahan kita lebih matang sebelum kita mengambil keputusan sebesar ini. Lagipula, dokter bilang kamu masih punya peluang hamil secara alami. Kenapa kita tidak mencoba lebih lama? Kamu bukan tidak bisa hamil, tapi memang belum waktunya. Sayang, aku ingin kita benar-benar yakin akan langkah yang ke depannya kita tempuh ini. Termasuk segala hal berkaitan dengan dampaknya, terutama mama."Aini menggigit bibirnya. Ia tahu suaminya tidak sepenuhnya setuju dengan usulannya, tapi setidaknya Dhuha tidak langsung menolaknya mentah-mentah. Ini sudah lebih baik daripada tidak ada kompromi sama sekali.Ria, yang sejak tadi memperhatikan mereka, akhirnya ikut angkat bicara. "Menurut saya, keputusan Mas Dhuha masuk akal, Kak Aini. Ini bukan hal kecil.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status