"Tolong Anda jangan asal menerobos masuk, Sir!" Sekretaris Welson Liu menahan badan kekar Joshua Cheng yang menyeruduk bersikeras masuk ke ruangan presdir. "Minggir kau! Urusan ini sudah tak bisa ditunda, jangan halangi aku atau kutembak kepalamu, hahh!" sembur Joshua galak seraya menepis ke samping Harold Zimmerman hingga terhuyung-huyung nyaris menyosor lantai.Pintu ruangan presdir menjeblak terbuka lebar. Di atas sofa Welson Liu yang setengah telanjang menindih wanita yang tak asing di mata Joshua. "Nah, bagus sekali kelakuan kalian! Seharusnya aku melaporkan tindakan asusila dan perselingkuhan istri ketigaku ke polisi. Sekarang katakan apa mau kalian?!" teriak Joshua temperamental menunjuk-nunjuk pasangan yang tengah berasik masyuk di sofa kantor presdir Grup Liu Dao.Brenda Yin segera menutupi tubuhnya dengan jas milik Welson Liu. Dia tersipu malu karena kelakuan rendahannya menjadi tontonan gratis para pengawal Joshua Cheng. Sementara itu Welson Liu mengenakan pakaiannya sat
"Di mana Mister Joshua Cheng dirawat, Miss?" tanya Jason di bagian informasi dan resepsionis New York Presbyterian Hospital.Seorang petugas wanita yang berjaga di konter menjawab, "Pasien dirawat di IGD, Sir. Ikuti saja petunjuk lorong sebelah barat gedung utama!"Setelah mengucap terima kasih, Jason bergegas mencari poli IGD rumah sakit high class di New York itu. Dia diikuti selusin pengawal bersetelan jas hitam hingga nampak agak mencolok di pandangan para pengunjung dan karyawan rumah sakit. Namun, Jason merasa pasca penembakan kakak kembarnya, ada baiknya dia waspada dibanding mempedulikan pendapat orang awam.Akhirnya dia menemukan Joshua setelah bertanya ke perawat jaga poli IGD. Kakak kembarnya masih tak sadarkan diri dan dia pun menemui dokter yang merawat Joshua."Sir, kami butuh persetujuan pihak keluarga untuk menjalankan operasi pengambilan peluru dari paru-paru Mister Joshua Cheng. Mohon segera tanda tangani dan diurus administrasi rumah sakitnya agar bisa segera kami k
Wanita hamil besar itu tergopoh-gopoh keluar dari lift dan berjalan cepat menuju poli bedah intensif New York Presbyterian Hospital. Ketika mendengar suaminya tertembak di kantor Welson Liu, dia tak dapat menunggu saja di rumah dicekam rasa kuatir. Sebentar lagi dia akan melahirkan buah hati mereka, sungguh menyedihkan bila bayi itu kehilangan sosok ayahnya. Dengan terisak-isak Julia Ang menghampiri bangku tunggu pasien bedah. Dia melihat Jason Cheng yang seharusnya menjadi adik iparnya dan juga istri palsu alias istri ketiga Joshua duduk bersebelahan menatapnya dengan gundah serta kebingungan.Jason bangkit dari tempat duduknya, lidahnya kelu bahkan untuk membahasakan panggilan untuk wanita hamil itu. Sementara Brenda Yin dengan suara sengau berkata mendahuluinya, "Ohh ... rupanya kau sudah mendengar bahwa suamimu nyaris mati hari ini!""Diam! Aku heran ... kita sama-sama hamil, tapi mungkin hanya anak di kandunganku yang berayahkan Joshua Cheng. Bisa-bisanya kau mengharapkan kemati
"Bagaimana Dok, putra kami?" tanya Tuan Winston Cheng kepada dokter bedah yang menangani operasi Joshua.Semua telinga ikut memerhatikan perkataan sang dokter, "Mister Joshua Cheng sudah berhasil melewati periode yang berbahaya di ruang operasi tadi. Kita tunggu saja sampai siuman. Sementara belum boleh dijenguk di ICU karena harus dijaga kesterilan ruangan terkait yang tertembus peluru adalah paru-parunya!""Baik, terima kasih, Dokter Wallace!" jawab Jason mewakili keluarganya. Ayah Joshua lalu menatap kedua wanita yang sama-sama berstatus sebagai istri putranya tersebut bergantian. "Kalian lebih baik pulang dan beristirahat. Joshua masih tidak bisa dijenguk siapa pun kata dokter tadi. Janin di rahim kalian lebih penting, jangan sampai terjadi hal yang tidak-tidak yang membuat putraku syok!" tutur Tuan Winston Cheng mengutamakan kepentingan Joshua di atas segalanya.Julia Ang dan Brenda Yin tak berani membantah titah Tuan Besar Cheng. Mereka berpamitan kepada papa mama mertua lalu d
"Ukkh!" Joshua menghirup perlahan oksigen yang dialirkan ke masker yang terpasang di wajahnya. Dadanya yang tertembak masih nyeri dan rasanya seperti terbakar di bekas operasi. Dia kembali memutar ingatan di otaknya mengenai kejadian di kantor Welson Liu.'Sialan, lelaki itu apa masih hidup setelah aku menembak balik dia?!' batin Joshua kesal. Di dalam ruang ICU, tempat dia dirawat tak ada orang lain. Dia haus dan ingin minum. Dengan sekuat tenaga, Joshua meraih tombol emergency panggilan perawat jaga. Tak lama setelahnya seorang perawat berkebangsaan Amerika masuk memeriksa kondisinya. "Anda sudah sadar rupanya. Sebentar akan saya panggilkan Dokter Wallace Kirkman!" ujar wanita berseragam putih tersebut sebelum bergegas keluar lagi dari ruang ICU.Hari sudah pukul 07.30 waktu New York, tetapi anggota keluarga Cheng belum ada yang tiba di rumah sakit termasuk Jason. Hal itu dikarenakan semalam Jason pulang nyaris tengah malam setelah mengantarkan Brenda pulang ke kediaman Yin. Dia di
"Bagaimana, Hubby? Kulihat tadi kalian seperti bertengkar di dalam ruang ICU," tanya Eva Xin ketika suaminya keluar dari ruang perawatan Joshua.Jason menghela napas panjang, dia merangkul istrinya untuk duduk di bangku lorong poli ICU. "Eva, aku ingin membuat reservasi ruangan di restoran Golden Lantern cabang China Town untuk lusa. Sebentar lagi akan kutemui Tuan Muda Liu untuk mengundangnya bertemu dengan Joshua ditemani aku di restoran keluarga Xin!" ujar Jason tanpa mengeluhkan sikap Joshua yang sulit tadi."Ohh, baiklah. Aku bisa menyampaikannya ke manager restoran. Apa hanya kalian bertiga saja atau ada orang lain yang ikut hadir dalam pertemuan itu?" tanya Eva Xin memastikan sebelum meneruskan reservasi tempat itu ke manager Golden Lantern Restaurant."Sebaiknya kami bertiga saja agar lebih fokus dengan poin penting pertemuan itu. Ini berkaitan dengan kakak ipar, Brenda Yin. Dia seharusnya ikut hadir, tetapi aku yakin dia justru memperkeruh suasana bila diundang juga. Biarlah
Sesuai rencana Jason, ketiga pria itu menghadiri pertemuan di Golden Lantern Restaurant untuk membicarakan keputusan akhir hubungan rumit antara Joshua-Brenda-Welson. "Mari ikut saya, Tuan-tuan. Master Jason sudah menunggu di Paviliun Pohon Willow!" ujar seorang waiter yang menyambut kedatangan Joshua dan Welson Liu yang bersamaan di restoran keluarga Xin.Kedua pria yang masih berseteru itu saling mendiamkan satu sama lain hingga mereka sampai di sebuah ruangan yang menghadap ke kolam ikan Koi. Suasana ruangan sejuk dan nyaman dengan suara gemericik air yang dipadu sayup-sayup alunan musik instrumental tradisional Timur."Ohh, kalian datang bersamaan. Silakan duduk, Joshua, Tuan Muda Liu!" sambut Jason dengan ramah. Eva Xin tersenyum sopan lalu mohon diri untuk menyiapkan hidangan yang telah dipesan oleh Jason.Diam-diam Joshua mengikuti kepergian wanita itu dari ekor matanya. Tempat ini membuatnya terkenang masa-masa indah dahulu bersama Eva Xin. Dadanya sesak oleh perasaan sentime
"Tolong semuanya tenang. Ini hanya pertengkaran kecil, ayo kita teruskan makan siangnya!" bujuk Jason dengan perasaan bersalah. Seharusnya tadi dia tidak menyinggung persoalan di masa lalu.Welson Liu dibantu bangkit berdiri oleh asistennya, dia lalu menjawab, "Kau yang membuat segalanya kacau, Jason!" "Maafkan aku, Tuan Muda Liu. Aku kelepasan bicara, sebenarnya aku telah cukup lama mengetahui fakta tersebut dari anak buahku. Duduklah dahulu, Joshua, Welson!" Jason kembali duduk di bantal alasnya.Kedua pria lainnya melempar tatapan saling bunuh yang berbahaya padahal baik Joshua maupun Welson Liu baru saja menjalani operasi pengangkatan peluru. Akhirnya, Jason angkat bicara menenangkan mereka. Namun, Joshua menuntut penjelasan dari Welson Liu mengenai kejadian tragis pernikahannya yang pertama bersama Eva Xin. Dia masih terobsesi memiliki mantan istrinya itu dan kesal karena rivalnya yang menjebak sehingga Jason menjalani malam pertama bersama Eva Xin lalu membawanya kabur ke Pula