"Ckk ... sialan! Kapan aku bisa keluar dari penjara sialan ini?! Makanannya ingin membuatku muntah, tapi bila tidak dimakan lambungku akan meradang. Aku benci sekali padamu, Jason. Pasti kau yang telah membuatku ditahan di sini!" gerutu Joshua sambil duduk di lantai sel tahanan kepolisian Pulau K.Di hadapannya sepiring nasi dengan kuah, potongan kubis, tahu kecil-kecil, dan telur orak-arik dalam kuah terhidang menyedihkan. Makanan penjara terasa hambar dan bertujuan cukup mengganjal perut saja agar tidak mati kelaparan di dalam tempat terkutuk itu.Sudah sepuluh hari pria yang terpandang di daerah Chinatown, New York itu menjalani kesengsaraan hukumannya. Padahal kasusnya bahkan belum dibawa ke persidangan sama sekali. Tubuh yang awalnya kekar berotot atletis karena selalu mendapat asupan makanan bergizi terbaik buatan chef, kini menjadi kurus dan pipinya tirus seperti gembel.Joshua menyingkirkan piring makan malamnya. Napsu makannya menguap dan dia memilih untuk tidur saja di lanta
"Ughh!" erang Eva Xin ketika terbangun dengan tubuh lemas di pagi hari. Semalam suaminya yang perkasa itu seperti kuda jantan yang liar dan tak henti-hentinya meminta dirinya bertahan. "Hai, Cantik. Sudah bangun rupanya, kuharap kau baik-baik saja!" sapa Jason seraya meraih Eva Xin merapat ke tubuhnya di bawah selimut.Nyonya Muda Cheng pun menjawab, "Selamat pagi, Hubby. Aku lelah, mungkin setelah dokter menyatakan bahwa aku positif hamil, kamu harus sedikit menahan gairahmu yang besar itu. Adiknya Ares akan berada dalam bahaya kalau kita bercinta terlalu liar!"Teguran Eva Xin ditanggapi dengan baik oleh Jason. Dia lalu berkata, "Maafkan kecerobohanku, Eva. Lain kali aku akan menahan diri. Mungkin cukup dua ronde saja per malam, okay?"Wanita itu terkikik menggeleng-gelengkan kepalanya. "Apa kau sudah kecanduan bercinta denganku, Jason?" tukasnya seakan tak percaya."Aku akan sakit kalau tak mendapatkan dosis bercinta yang cukup setiap hari darimu, Darling!" balas Jason yang membua
"Kawaguchi, ini Joshua Cheng. Setelah sekian lama aku membiarkan utang budimu tak terbalas. Kini, nampaknya aku akan membutuhkan bantuanmu!" tutur Joshua di teleponnya. Dia memandangi sosok dirinya di pantulan kaca wastafel kamar mandi kabin kapal pesiar mewahnya. Wajah tirus itu dipenuhi cambang tebal bersemak, matanya cekung karena gizi buruk selama di penjara Pulau K. Perasaan tak sukanya kepada Jason semakin menjadi-jadi."Halo, Master Joshua Cheng. Tentu, bantuan semacam apa yang Anda perlukan?" jawab Kawaguchi Takeda yang tinggal di Hokaido, Jepang."Aku ingin orangmu mencelakai sebuah keluarga di Pulau K. Detailnya akan kukirim lewat pesan setelah ini. Terima kasih atas kesediaanmu membantuku, jasamu tak akan kulupakan!" balas Joshua dengan seringai puas menghiasi wajahnya.Setelah menutup teleponnya ke Jepang, pria itu segera mengetik apa yang diinginkannya. "Mampus kau, Jason! Kali ini tak akan ada yang bisa membuktikan kecelakaan nanti adalah perintah dariku!" gumamnya jaha
Julia Ang sangat beruntung karena ketika dini hari itu dia menyelinap meninggalkan mansion mewah pemberian Joshua Cheng untuknya tersebut, para pengawal pria itu tengah terlelap di sofa ruang tengah dan ruang tamu. Mereka masih manusia biasa yang butuh istirahat setelah mengawal majikan mereka sepanjang hari bahkan terombang-ambing naik kapal berhari-hari di lautan. Wanita yang tengah hamil tiga bulan tersebut hanya menjinjing sebuah travel bag berukuran sedang tanpa membawa koper sama sekali dan sebuah tas wanita dikempitnya di ketiak. Segera Julia Ang berlari-lari kecil menyusuri bayang-bayang tanaman hias tinggi serta pepohonan di halaman depan mansion agar tidak ketahuan penjaga. Beruntung saat melewati pos satpam, pria tersebut tak ada di tempat. Kemungkinan sedang buang hajat di toilet, duga Julia Ang lega. Dengan hati-hati dia membuka pintu gerbang dengan kunci miliknya lalu memasang gembok lagi ke kait gerendel pintu gerbang.Langit masih gelap di atas kota Queens, New York.
"Brenda, kau sudah besar sekarang. Cantik sekali!" puji Tuan Winston Cheng ketika menemui sobat kentalnya bersama putri bungsu keturunan Grup Yin Zhen, tycoon yang bergerak di bisnis media di New York.Gadis berambut sepinggang bergelombang warna cokelat itu tersipu malu seraya menjawab sopan, "Paman Winston terlalu memujiku!""Charles, bagaimana rencana kita? Apa jadi Brenda menggantikan putri keluarga Xin itu? Eva sudah diperistri oleh Jason, adik kembar putra kesayanganku!" ujar Tuan Besar Cheng penuh harap. Baginya sebuah pernikahan dari pewaris Grup Cheng Yi East Star harus menjadi sebuah kerja sama yang menguntungkan.Dengan senyum lebar Charles Yin mengangguk-angguk yakin. "Kita tunggu saja kedatangan Joshua. Mereka berdua serasi masih sama-sama belia dan berkarir bagus di perusahaan masing-masing," jawabnya senang. Menjadi besan dari Grup Cheng Yi adalah impian sebagian besar grup konglomerat asal Cina yang menetap di Negri Paman Sam ini."TOK TOK TOK.""Masuk!" jawab Tuan Win
Kabar mengejutkan pernikahan pewaris dua grup konglomerat di New York yang sama-sama berasal dari Cina itu menjadi headline berita selama sehari penuh sebelum hari H pesta yang akan digelar di Brooklyn pasca pemberkatan pernikahan di katedral. "Cihh ... aku baru beberapa hari lalu kabur dari Joshua, sungguh mencengangkan dia sudah mau menikah lagi?!" gerutu Julia Ang di dalam kamar hotel Le Bleu yang ada di Fourth Avenue, Brooklyn. Ketika mengetahui lokasi resepsi ada di restoran taman yang terkenal di kota yang sama dengan posisinya saat ini, Julia Ang memiliki ide gila."Bagaimana kalau aku mengirimkan kado iseng sekotak kondom untuk mereka besok? Aku akan membungkusnya dengan rapi. Oya, hasil USG minggu lalu menunjukkan bahwa kehamilanku sehat, Joshua sebaiknya juga mengetahui darah dagingnya, bukan?" Julia Ang berbicara sendirian sembari menimbang-nimbang rencananya esok hari.Dia membuka galeri ponselnya dan memandangi foto Joshua dalam berbagai pose dengan setelan jas yang memb
Selepas kepergiaan Julia Ang dari Maison Premiere Garden Restaurant at Brooklyn, Joshua Cheng kembali melanjutkan perannya sebagai raja sehari dengan main cantik. Tak ada yang mencurigai statusnya yang telah menjadi suami Julia Ang sebelum menikahi Brenda Yin.Para tamu beserta keluarga besar Yin dan Cheng bersulang minuman French Champagne mahal di pesta pernikahan meriah Joshua Cheng dan Brenda Yin."Ganpei ... ganpei!" seru mereka sembari mendentingkan gelas serta menenggak isi cawan bertangkai panjang di tangan masing-masing.Tiba-tiba sesosok pria ditemani seorang wanita cantik bergaun gold yang panjangnya menyapu permukaan lantai begitu anggun bergabung ke pesta tersebut. "Selamat atas pernikahanmu, Kakakku Tersayang!" ucap sang pria yang berwajah bak pinang dibelah dua dengan mempelai pria."JASON!" ucap Joshua keras seraya menahan kata-kata makian kasar yang nyaris meluncur dari bibirnya. Amarah menggelegak dalam dadanya, dia juga menatap betapa cantiknya Eva Xin bak dewi turu
"Brenda, ini kamar kita malam ini. Apa perlu kubantu membukakan gaun pengantin yang kau kenakan?" ujar Joshua saat dia memasuki kamar 711 Hotel Le Bleu Brooklyn. Mempelai wanita itu kecewa karena ternyata tidak menghabiskan malam pertamanya di kamar pengantin yang telah didekorasi dengan begitu indah oleh saudara-saudarinya dari pihak keluarga Xin. Wajah cantiknya tak memancarkan binar kegembiraan yang sama seperti ketika meninggalkan rumah orang tuanya di pagi hari tadi. "Ya, tentu saja, Josh. Bukankah kita akan menjalani malam pertama sebagai suami istri?" sahut Brenda Yin berharap pria itu akan menjadi lebih lembut nanti setelah bercinta dengannya."Hmm ... apa kau masih virgin? Di New York ini komoditas wanita yang masih terjaga kesuciannya sedikit ... langka," tanya Joshua sembari menurunkan resleting punggung gaun putih bak pakaian putri raja itu.Brenda pun mencebik kesal di hadapan cermin wastafel kamar mandi hotel tersebut. Dia mendengkus lalu menjawab, "Mungkin ada baiknya