Share

Bab 73

Penulis: mutiaraajingga1
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-16 18:24:18

Kudorong tangan Mas Andra meski berat, lalu segera menutup pintu. Di dalam taxi, aku menangis. Kenapa peristiwa seperti ini kembali lagi? Apa Mas Andra mengkhianatiku?

"Ke mana, Bu?" tanya supir taxi setelah cukup lama mobil berjalan.

Aku berpikir sejenak. Sepertinya, pulang menggunakan bis tak efisien mengingat aku membawa Shaniya. Aku takut ia menangis sepanjang jalan, mengingat jauhnya perjalanan.

"Kita cari hotel terdekat saja, Pak."

Mobil pun berjalan menyusuri jalanan ibu kota yang padat kendaraan ini. Setelah beberapa kali melihat, akhirnya aku memilih menempati hotel bintang empat di kawasan Jakarta Timur ini.

"Kembaliannya ambil saja, Pak," ucapku.

"Tapi ini kebanyakan, Bu."

"Nggak papa."

Aku pun turun, lalu mulai menanyakan kamar kosong. Tak kusangka, resepsionis di hotel bagus ini, malah merendahkanku.

"Maaf, Bu, yang tersisa hanya deluxe."

"Berapa harga permalamnya, Mbak?"

"Memangnya, Ibu bisa bayar? Mahal loh, Bu."

Aku yang memang tengah emosi, malah semakin t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 73

    Suara tangis Shani membangunkanku, segera kuberi ia asi agar tenang. Kulirik ponsel, nampak ada sebuah pesan masuk. Ternyata baru pukul tiga pagi. Untungnya semalam aku sudah meminta Indra untuk membelikanku diapers dan snacknya Shaniya. Untuk makan, aku nanti akan membeli bubur instan saja di minimarket lewat ojek online. Setelah memandikan Athaya dan memakaikan baju, segera aku turun ke bawah untuk mengambil belanjaan yang dititipkan di resepsionis. Sampai di bawah, ternyata Arumi yang kembali bertugas. Sikapnya berbeda dari pada kemarin. Memang ya, uang bisa membuat orang berubah. "Bu, tadi Pak Indra menitipkan ini," ucap Arumi lalu aku menerimanya. "Indranya ke mana?" "Pak Indra ambil cuti, Bu." "Oh, ya sudah. Terima kasih banyak ya." Aku pun naik lagi ke atas, Shani nampak tak nyaman. Apakah karena ia kembar identik dengan Ghani? Apa Ghani, sedang tak baik-baik saja? Usai menyuapi Shani, aku rebahan di sampingnya. Menatap dua bola mata besar yang mirip sekali dengan sang

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 74

    "Iya, Wak. Masa Indra bohong?" "Baiklah. Sebaiknya kamu pulang dan istiharat. Makasih udah mau nganterin Mbakmu ya. Nanti Wak ganti ongkosnya." "Nggak perlu, Wak. Indra kan juga lama nggak pulang." "Ya sudah, hati-hati di jalan, ya.""Iya, Wak." Aku menghela napas saat Indra sudah pergi dari sini. Alhamdulillah. Maafkan anakmu ini, Pak, Bu, belum bisa bercerita sepenuhnya. --Sore hari. Murni baru saja pulang, ternyata ia sudah bekerja di gerai minimarket merah. Aku bersyukur karena ia sudah memiliki pekerjaan. "Selamat ya, Mur," ucapku, saat kami tengah bersantai di teras sambil menyuapi Shani. "Makasih, Mbak. Mbak pulang kok nggak bilang-bilang? Aku kaget karena lihat Mbak sudah di rumah. Padahal baru sebulan yang lalu pulang juga." "Jadi nggak boleh?" tanyaku, cemberut. "Bukan gitu, Mbak. Tapi namanya sudah punya suami, apa Mas Andra mengizinkan? Apa jangan-jangan, Mbak ke sini karena ada masalah dengan Mas Andra?" tanya Murni lagi. "Nggak ada, Mur. Semua baik-baik saja,"

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Malam Pertama Dengan Majikan    bab 75

    "Ning, maafkan Mas. Tolong." Aku membuang muka. Tak ingin termakan kesedihan palsunya. Tangan Mas Andra memegang tanganku, terasa dingin. Wajahnya pun pucat. "Mas janji, takkan mengulangi ini semua, Ning." "Ini semua itu yang mana?" tanyaku. "Maksudmu?" Aku mengambil ponsel, lalu membuka aplikasi chatting dan memperlihatkan sebuah pesan dari Mbak Nesha untukku. Terlihat di sana Mas Andra tengah tertidur di samping Mbak Nesha. Hal ini lah, sebenarnya yang menjadi alasan terkuatku ingin bercerai darinya. Flashback-[Halo, Mbak Nining. Sedang di mana kamu sekarang?] Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Setelag melihat foto profilnya ternyata itu adalah Mbak Nesha. Kuletakkan kembali ponsel di atas nakas, lalu kembali fokus menyusui Shani. Namun, beruntun pesan masuk hingga membuatku mau tak mau mengambil benda itu lagi. [Kenap cuma dibaca? Marah sama aku? Lah, kan suamimu loh, yang pengen sama aku.] [Oh, iya, yang kemarin Mbak Nining lihat itu benar, kok. Bahkan aku punya

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25
  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 76

    "Tunggu, Bu, maksudnya ada apa, ya?" tanya Bapak. Bu Mega pun menjelaskan semuanya. Bapak hampir saja tersulut emosi dan hendak meninju Mas Andra, tapi untungnya, Bu Mega berhasil menghalangi. "Sabar, Pak. Kita selesaikan semua ini dengan baik-baik." "Bagaimana bisa dengan cara baik-baik, Bu Mega? Anak saya loh, disakitin sampai sebegitunya!" "Iya, pak, saya paham. Tapi kita dengarkan dulu penjelasan Andra." Kami semua menatap Mas Andra, termasuk aku. Kutatap dua bola mata suamiku itu dengan tajam. Mencoba melihat lebih dalam, apakah ada kejanggalan atau kebohongan di sana? "Demi Allah, Rasulullah, saya tak pernah melakukan itu, Pak, Bu. Cinta saya hanya untuk Nining. Saya tak semurahan itu sampai tidur dengan wanita lain. Ibu dan Nining tahu persis bagaimana saya selama ini." "Lalu soal foto itu gimana?" tanya Bapak. "Mungkin foto itu hasil editan, Pak. Jaman sekarang, banyak foto palsu hasil editan untuk menjebak seseorang. Tapi saya bisa pastikan, kalau saya tak pernah satu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25
  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 77

    "Ada mertuamu, Ning?" tanya Paman Saleh tiba-tiba, tanpa menanyakan kabarku terlebih dahulu. "Iya, Paman." Paman Saleh masuk ke dalam rumah dan menyalami mertuaku. Aku sudah ketar-ketir duluan takut beliau mengucapkan hal yang mempermalukan keluarga kami. "Kamu nyusul tah Ndra ke sini?" tanya Paman Saleh. "Iya, Paman." "Kok si Nining bisa pulang sama si Indra? Emang kamu di mana? Masa istri mau pulang, malah merepotkan keluarganya, sih?" Tuh, kan? Apa kubilang? Perasaanku tak akan pernah tenang jika lelaki itu datang ke sini. "Iya, kemarin sibuk, Paman. Kebetulan ada Indra, jadi saya nitipkannya." "Untung aja ada Indra, dia mau mengantarkan istrimu pulang yang jaraknya jauh." "Sudah loh, Leh. Lagian Indra juga mau pulang, kan?" ucap Ibu, tak ingin dipermalukan di depan besannya. "Alah, Mbak. Dikira ongkos tol itu murah?" Brak! Aku terkejut saat Bu Mega mengeluarkan segepok uang di meja. Mataku membulat melihat tumpukan uang itu, apalagi Paman Saleh. Ia langsung megap-megap

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25
  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 78

    "Sudah, nggak usah ditanyakan. Yang penting Key nggak begitu, biarkan saja Arfan melakukannya asal anak Mama yang satu ini tidak. Jadi contoh yang baik untuk adik-adiknya kelak ya, Nak," ucapku seraya mencubit pipi gembulnya. "Siap, Ma!" Aku pun tersenyum dan menyuruhnya untuk memberitahu Desi serta Sinta. Mbok Minah sendiri belum kami kunjungi mengingat jaraknya lumayan. Mungkin esok saja. Malam hari. Keysha berdecak kagum saat kami sampai di alun-alun Purwokerto. Aku tersenyum melihat wajah bahagianya. "Ingat ya, Sayang? Kita nggak akan lama-lama di sini karena kasihan Dedek Shani dan Ghani kalau terlalu lama terkena angin malam." "Iya, Ma. Key cuma pengen lihat aja." Aku mengangguk, sementara aku menemani Keysha, Mas Andra menuju Rita Supermall untuk membeli buah. Lelaki itu memang tak bisa jauh dari dunia perbuahan. Tak apa, karena itu bisa menyehatkan badan dan juga menjadi segar. "Sin, tolong jagain Keysha, ya? Saya mau menyusui Ghani dulu," ucapku saat merasakan Ghani mu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25
  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 79

    "Hati-hati dalam berbicara ya, Yuk. Pakai nyangkutin ini sama hal mistis seperti itu!" ucapku meradang. "Loh, aku cuma kasih saran aja, kok." Terdengar bunyi langkah menuju tempatku dan Yuk Mei bertengkar. Ternyata Ibu. "Ada apa, toh? Kalian berdua ini, sudah tua tapi masih saja kaya bocah. Berantem terus kerjaannya." "Lob, Lek Rus, aku cuma ngasih saran aja, kok. Ghani kaya gitu tuh karena ketempelan. Lagian, bayi baru enam bulan saja sudah dibawa pergi-pergi terus. Susah sih, jadi orang panasan," sewot Yuk Mei. "Apa kamu bilang? Siapa yang panasan? Menantuku? Jangankan ke alun-alun, rumah sama motor bututmu itu bisa kubeli!" ucap Bu Mega, beliau memang selalu savage kata Desi, dalam menanggapi omongan orang. Semenjak hidup di kota, aku jadi lebih memperbarui bahasa-bahasa aneh. Kata Desi, lebih baik tahu dari pada tidak, masalah mau dipake apa nggak, itu urusan nanti hihi. "Saya tahu, kalian dari kota, masa iya sanggup beli rumahku. Dan lagi ya, Bu, itu bukan motor butut. Kel

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25
  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 80

    Aku mengernyit. Mengeluarkan gas? Maksudnya, kentut? Ah, iya! Sudah tiga hari ini memang Ghani tak buang air besar. Namun, biasanya tak apa karena sering kentut juga. Apa karena itu? "Nanti akan dibimbing oleh Bidan bagaimana cara membantu bayi supaya kentut. Nak Ghani juga sepertinya sudah lama tak mengeluarkan fasesnya. Sebaiknya, beri makanan seperti pepaya supaya mempermudah ia buang air besar karena sudah mulai makan. Ini saya beri resep." Lalu datang seorang suster, ia meletakkam Ghani di kasur kecil dan membantunya untuk kentut. Butuh waktu cukup lama hingga akhirnya terdengar suara merdu itu. Ah, lega sekali rasanya melihat Ghani tertawa. Apakah kamu tersiksa karena tak bisa kentut, Nak? Setelah menebus obat yang berupa sirup dan juga salep, kami pun pulang. Sepanjang perjalanan, tak hentinya Mas Andra menggoda Ghani. "Jadi, mending kentut di depan orang daripada nggak kentut ya, Mas?""Ya itu nggak benar juga, Dek. Saat kita mau kentut itu sebaiknya ya kita menghindar jug

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25

Bab terbaru

  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 91-TAMAT

    "Des?" panggilku. "Ah, iya, Bu." Lalu muncul Ibu dengan tergesa-gesa. Beliau langsung berlari ke tempat anak bungsunya itu. Bukannya memeluk, beliau malah memukulnya. "Bagus, ya! Kerjaanmu itu gak jelas! Pergi-pergi terus gak pulang-pulang! Sekalian aja lupain kalau Ibu sudah meninggal!" "Ibu! Kok gitu? Ibu gak boleh meninggal sebelum Kino menikah." "Menikah? Alhamdulillah, Ya Allah! Kamu sudah punya pacar, Kin? Siapa itu?" "Ada, Bu. Nanti Kino kenalkan. Sekarang dia lagi jauh." Jauh? Ah, tentu saja. Kenapa aku berpikir kalau Kino ada hubungan dengan Desi? Ibu pun mengajak Mas Kino ke meja makan dan mengambilkan jus jambu kesukaannya. "Kok pulang nggak ngasih kabar?" "Kan surprise, Bu." "Ya sudah, Ibu tinggal dulu ke kamar. Kamu habis ini istirahat." Ibu menarik tanganku ke kamar, lalu menutup pintu meski tak rapat. "Bu, ngapain?" "Sssst! Diem dulu." Tak lama kemudian, Kino ke depan, menghampiri Desi yang tengah duduk di tangga. Mataku membulat, saat melihat Kino memeluk

  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 90

    Aku tersenyum, dasar mirip bocah! Selesai menyuapi Ghani dan Shani, aku pun mengajak mereka ke kamar Keysha untuk kususui sambil menunggu Keysha pulang sekolah. Kuminta Desi untuk ikut, sambil menjaga Shani yang nanti menunggu giliran kususui. "Pacarmu orang mana, Des?" tanyaku. "Eh? Emmm, gak jauh dari sini kok, Ning.""Aku kenal?" Pelan, Desi mengangguk. Hal itu membuatku makin bingung dengan teka-teki pacarnya Desi ini. Jika aku mengenalnya, lantas ia siapa? "Siapa?" "Ada deh, nanti juga dia datang ke sini." Aku mengangguk saja, tak ingin mengorek lebih dalam lagi. Aku sadar akan privasinya. Jika ia mengatakan akan mengenalkannya padaku suatu hari nanti, maka aku tinggal menunggu saja. Lalu kami bercerita lagi, tentang apapun. Sampai aku tak sadar jika Ghani sudah terlelap. Kupindahkan Ghani ke tempat Shani, lalu Shani pindah ke tempat Ghani untuk kuberi asi. "Nikah itu, enak gak sih, Ning?" tanya Desi tiba-tiba. "Ya ada enaknya, ada gak enaknya. Tinggal gimana kita dan

  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 89

    "Bu Nining tenang saja, Pak Andra ga mungkin nikah lagi. Orang kaya kulkas gitu, siapa yang mau?" "Buktinya, Mbak Nesha mau tuh. Andai Mas Andra ngeladenin, pasti mangsanya itu Mas Andra.""Untungnya Pak Andra gak nanggepin, ya?" Aku mengangguk. Lalu fokus mengambil bayam yang sangat menggoda mataku itu. "Bu Wina juga katanya nemuin duit di tumpukan selimut yang nggak pernah dipake. Pas ditanya, katanya mau buat gugurin kandungannya Bu Nesha." "Apa?" Kami semua terkejut mendengar penuturan Bu Dian. Selama ini, Bu Wina memang lebih dekat dengan Bu Dian, sehingga beliau selalu up to date tentang temannya itu. "G*la, ya? Jadi perempuan itu sudah hamil?" Aku benar-benar tak menyangka dengan berita pagi ini. Mbak Nesha, pantas saja akhir-akhir ini sering pakai baju kegedean, nyatanya ada yang tengah coba ia sembunyikan?Setelah membayar belanjaan, aku pun pamit pulang pada ibu-ibu yang lain. Kasihan Shani dan Ghani yang belum sarapan. "Des, sudah siap sarapan si kembar?" "Sudah, Bu

  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 87

    "Hampir, andai Winto tak melihatmu, mungkin orang itu sudah membawamu pergi.""Ah, nggak sampai hutang budi kok, Mbak. Biasa aja." "Jadi, Nesha yang centil itu, istrimu?" "Mantan istri, Mbak." "Kok, semalem aku nggak lihat kamu? Kapan datangnya?" "Pak Winto datang setelah Ibu pulang. Paling selisih tiga menit Ibu masuk, mobil Pak Winto datang." "Oh, iya. Bagus lah kalau kamu ceraikan dia. Bukan bermaksud mengompori, tapi istrimu itu emang benar-benar, kok! Masa rumah tangga anakku mau dirusakin?" "Ah, masa, Mbak? Benar begitu, Bu Nining?" "Panggil Nining saja, Pak. Iya, begitu lah, Pak." "Ah, kan Bu Nining istrinya Pak Andra, jadi saya harus menghormati. Sebelumnya, saya mau minta maaf kalau kelakuan mantan istri saya keterlaluan ya, Pak, Bu, Mbak." "Nggak papa, Win. Namanya manusia. Tapi untungnya anakku nggak goyah. Mantan istrimu itu pakaiannya sexy banget. Sampe mau muntah aku lihatnya." "Bu...." Mas Andra mengingatkan Ibu, supaya jangan terlalu jauh menceritakan tentang

  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 86

    "Betul." "Ingat, ya. Kalau aku jadi Bu Wina, bukan hanya kupukul kalian, tapi kumusnahkan senj*t*mu dan kucabein punya si perempuan. Jangan main-main sama aku, Mas." "Ish! Ngeri amat, sih?" protes Mas Andra dengan wajah meringis, aku malah jadi ingin tertawa melihatnya. "Makanya, mau gitu, nggak?" "Ya nggak, lah." "Bagus!" "Punya satu aja pusing, apa lagi dua." "Apaaaa?" --Pagi hari. Biasanya aku hanya mengurus Keysha, namun kali ini juga ada Aura. Meski mempunyai Sinta dan Desi, tapi aku tetap akan turun tangan jika itu urusan anak-anak. "Aura, nanti setelah mandi, ambil seragam sekolah di rumah, ya? Biar diantar sama Mbak Desi. Soalnya Kalau bareng sama Keysha, beda arah," ucapku sambil mengolesi salep di bekas lukanya. Memar yang terlihat seperti baru, kupikir hanya bagian lengan saja, tapi ternyata saat Desi membuka bajunya, makin banyak terlihat. Aku sampai bergidik ngeri, kok ada ibu sejahat ini pada anaknya? "Aura, kenapa banyak luka begini?" "Karena Aura nakal, T

  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 85

    Aku membeliakkan mata saat melihat Mbak Nesha terkena tinjuan Pak Winto. Lelaki itu bukannya merasa bersalah telah meninju istrinya malah makin menjadi. Beruntung, semua itu bisa dipisahkan dan akhirnya Pak RT duduk di antara mereka. "Jadi bagaimana ini, Pak Winto? Bu Wina?" "Saya sih sudah nggak mau tahu, Pak RW. Pokoknya saya mau mereka diusir dari sini." "Ma, kan tadi Papa sudah bilang..." "Maaf, Pa, tapi kami menolak kehadiran Papa di tengah-tengah kami lagi," ucap Wandi sambil berdiri di samping Bu Wina, begitupun Meriska. "Begini saja, silakan selesaikan urusannya secara pribadi. Tapi, kami mengharapkan hal seperti ini tak akan terulang kembali, alis Pak Adi dan Bu Nesha pergi dari komplek ini," ucap Bu Dian. "Saya setuju." "Saya juga." Terdengar sahutan dari yang lain. Begitu pula aku dan Mas Andra. Lelaki itu sibuk menggenggam jemariku. "Tapi, Papa mau ke mana kalau nggak di rumah kita, Ma?" "Ya terserah. Pergi saja sama wanita selingkuhanmu itu. Lagi pula, itu rumah

  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 84

    "Mas!" teriak Bu Wina. Namanya wanita, maka akan tetap berperilaku seperti wanita. Di luar tadi, Bu Wina mengatakan takkan mengeluarkan satu tetes pun air mata untuk kedua pasangan zina itu. Nyatanya, kini wajahnya sudah bersimbah air mata. "Mama." Bu Wina merangsek maju, menarik selimut yang digunakan oleh Mbak Nesha untuk menutupi badannya. Saat semuanya tersingkap, aku langsung menyuruh Mas Andra untuk keluar. "Iya, Ning, aku juga takkan melihat." Ibu-ibu lain sudah menjambaki Mbak Nesha, sementara aku masih bingung harus berbuat apa?"Ibu-ibu, jangan main hakim!" teriak Pak RW, sementara Pak RT sudah dalam cengkeraman Pak Satpam. Teriakan Pak RW nampaknya tak dihiraukan oleh ibu-ibu itu, sementara warga lain yang mungkin mendengar suara bising dari rumah ini pun keluar. "Sudah, Bu Wina. Jangan disiksa, nanti kalau dia mengadu pada polisi bagaimana?" "Biarkan saja, Ning! Dasar lakor murahan kamu, ya! Sudah jadi bini kedua, masih aja nggaet suami orang. Sadar woy! Busuk m***

  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 83

    "Sudah kamu hubungi, Mas?" Mas Andra mengangguk. Aku melihat jam di dinding, sudah pukul sebelas malam. Apakah tindakanku ini tak sembrono? Ah, semoga saja tidak. Bismillah, semoga ini adalah titik terang di balik siapa sebenarnya suami Mbak Nesha itu. "Kamu benar melihat Pak RT di sana, Ning?" tanya Bu Mega. Beliau kuberi tahu karena melihatku dan Mas Andra turun dengan tergesa."Iya, Bu. Masa Nining bohong?" Ibu hanya nyengir saja, kemudian ikut kami keluar. Bu Aisyah dan suaminya sudah keluar, Bu Isah, Bu Dian, pun begitu. Kami semua berkumpul di depan rumah Bu Dian. "Memang siapa yang di rumah itu, Bu Nining?" "Suaminya Bu Wina," jawabku sambil berbisik. "Hah? Pak RT?" Aku mengangguk, kemudian kami menoleh saat ada yang baru bergabung. Dia Bu Wina. Aku terkesiap saat melihat di tangannya banyak perkakas. "Sebenarnya aku sudah curiga kalau suamiku ada main sama perempuan tak jelas asal-usulnya itu." Kami semua terperanjat. Niat hati ingin menenangkan dan memberi kesabaran,

  • Malam Pertama Dengan Majikan    Bab 82

    "Ma?" "Eh, iya, Sayang?" Aku tersentak saat Keysha memanggilku. "Ayo masuk. Adek Shani bangun." Aku mengangguk, kemudian menuju kamar dan menggendong Shani yang tengah digendong oleh Mas Andra. "Papa, minggu depan ada acara rekreasi sama teman teman sekolah," ucap Keysha seraya mengulurkan selembar kertas yang memiliki cap sekolahan TK. Darul Iman itu. "Tanya Mama dulu, Key, mau nggak?" "Gimana, Ma?" "Harus sama wali murid?" Keysha mengangguk. Aku bimbang. Jika aku ikut, maka kasihan Shani dan Ghani karena kuajak pergi terus. Tapi, tak apa kan? Bukannya itu bagus? "Ke mana rekreasinya?" "Ke taman mini, Ma." Aku mengangguk, lalu terkekeh saat melihat anak kecil itu melompat riang.--"Kamu yakin mau ikut rekreasi?" tanya Mas Andra saat kami hendak bersiap untuk tidur. "Iya, Mas. Sekalian kita jalan-jalan. Nanti ajak juga Desi. Kebetulan, besok pagi Bik Minah datang, kan?" "Iya, sih. Emang hari apa perginya?" "Tuh, kan? Makanya kalau ada surat dari sekolahan begitu, usahak

DMCA.com Protection Status