Mereka mengatakan bahwa ada satu titik di hidup ini dimana seseorang akan membutuhkan sebuah dukungan untuk diri mereka sendiri.
Entah itu dari teman mereka, keluarga yang menemani, atau bahkan seorang pasangan jika mereka cukup beruntung untuk mendapatkan itu.
Namun Hiraya tak bisa mengatakan dengan jelas di titik mana Alaric datang dan dia berhenti. Jelas sekali bahwa dia bukan temannya — tak sulit untuk mengatakan bahwa mereka tak memiliki dinamik itu. Bahkan di awal mereka bertemu, Alaric telah menunjukkan ketertarikannya.
Mungkin dia dapat mengatakan bahwa dia adalah pasangannya, namun sedikit meragukan ketika mereka tak pernah memiliki prosesi apapun.
Walaupun begitu, dia memahami bahwa Alaric dapat dengan bangga mengatakan bahwa dia adalah selirnya, lalu apa yang
“Aku harus pergi,” Hiraya berbisik, sementara dia dapat merasakan sebuah ciuman di lehernya.Saat dia membuka matanya, dia menduga bahwa Alaric akan telah pergi, seperti hari kemarin. Namun ketika dia berbalik, dia dapat melihatnya, masih mendengkur sementara satu tangannya berada di pinggang, mendekapnya erat.Hiraya telah menghabiskan waktu beberapa menit untuk menatapnya, menelusuri wajahnya yang masih begitu damai dalam tidur. Dia telah memperhatikan hidung dan bibirnya terlalu lama.Hidung dan bibir yang sama dengan yang telah menyentuhnya berkali-kali penuh perasaan. Gadis itu tak mampu menghitung kembali seberapa banyak dia telah menghirup aroma dan mengecup kulitnya menggunakan mereka.Dan mata tertutupnya memiliki bulu mata yang panjang, dan jika ter
Mereka mengatakan bahwa Pengacara Bluewisp telah mengundurkan diri dari kantornya, mundur menuju pinggir kota dan pergi dari masyarakat bangsawan. Selama Hiraya mengingatnya, bahkan dengan hanya sekali pertemuan, dia dapat mengenalnya sebagai seorang yang ramah dengan senyumnya — walaupun ada sesuatu yang tersembunyi disana.Mungkin itu adalah siasat keluarga pamannya.Mungkin ada sesuatu yang dia ketahui dan enggan dia tunjukkan pada gadis mungil sepertinya.Apapun itu, Hiraya akan menunggunya di serambinya, membiarkan pesuruh Alaric yang dia pinjam membawanya ke istana.Hiraya belum memikirkan apa yang akan terjadi jika ini tak berhasil. Ini akan menjadi akhir yang tidak mulus jika pengacara itu enggan membuka mulutnya. Dia menata
Ketika Hiraya datang ke rumah keluarga Mistwatcher, dia tak mengharapkan jeritan dan teriakan di ruang rekreasi. Dia menoleh pada Roger, mengharapkan sebuah penjelasan ketika pelayan itu memindahkan beban ke satu kakinya, berusaha untuk tak terpengaruh.“Nona Diora dan Tuan Julian tengah berkelahi,” ucapnya.Dan dia mengharapkan bahwa penjelasannya hanya sampai sampai disitu saja. Namun mungkin dia telah lama menunggu untuk mengeluh soal itu, karena dia menggelengkan kepalanya.“Ini sudah tiga hari.”Hiraya tersenyum kecil, tepat ketika dia mendengar gadis itu kembali berteriak — sesuatu tentang bagaimana sang kakak tak memahami perasaannya dan hanya memikirkan prasangkanya sendiri.Julian membal
"Kau benar-benar akan menikah dengan Tuan Fernthier?”Dia memperhatikan Diora yang menundukkan kepala, mengangguk. Dia memahami bahwa gadis itu telah bersama Dimitri Fernthier sepanjang musim ini, dan dengan sedikitnya bangsawan yang mendekatinya, putra sang duke dapat dengan mudah mendapatkan perhatiannya.“Aku menyukainya,” dia mengakui. “Dan aku tahu bahwa dia memiliki perasaan yang sama denganku.”Tentu saja. Semua orang yang mengenal mereka bisa melihat itu. Dan dia merasa bahwa Diora tak perlu tahu tentang apa yang dikatakan oleh Julian — bahkan dia memiliki keraguan seperti itu pada Alaric di hari-hari pertama dia mengenalnya.“Menurutmu,” mulainya lagi. “Kakakku sudah merubah pikirannya?”
Hiraya telah menduga bahwa Julian telah merubah pikirannya, namun dia tak pernah menduga bahwa Dimitri Fernthier cukup berdedikasi untuk segera meminang gadis itu.Dia dan Alaric tengah memutuskan untuk pergi bersama. Dengan musim yang akan berakhir, begitulah dengan acara-acara sosial mereka. Ini akan menjadi promenade terakhir sebelum semuanya mengucapkan selamat tinggal pada musim ini.Hiraya tengah terduduk di tenda mereka, mengibaskan kipas di hari yang panas ketika dia melihat putra sang duke berjalan ke arah tenda para Mistwatcher. sang marquess dan Julian berdiri untuk menyambutnya.Alaric menundukkan kepala untuk membisikkan sesuatu padanya. “Menurutmu apa yang akan terjadi?”
Diora terdiam sepanjang Hiraya menjelaskan padanya.Keduanya tengah duduk di sebuah bangku, sementara temannya mengusir dua laki-laki yang mengikuti mereka untuk tidak terlalu dekat sebelum duduk bersamanya.Mungkin ini karena mereka dekat. Diora merasa bahwa Hiraya tidak memiliki kekakuan ketika menjelaskan padanya.Penjelasannya hati-hati — namun tidak seperti ibunya yang terlalu berputar dan membuatnya kebingungan. Tapi tetap saja, Diora merasakan panas menjalar di pipinya ketika dia terus melanjutkan penjelasannya.Dan gadis itu pasti menyadari kegundahannya, menghela nafas. “Kita seharusnya tidak membicarakan ini disini,” ucapnya. “Aku seharusnya mengatakan ini di lain tempat.”Ketika dia he
Hiraya memperhatikan dirinya di depan cermin, rambutnya telah tersisir dan terlepas dari ikat dan jepit — Eloise telah mundur dari ruangannya dan kembali sementara malam semakin larut.Dia menundukkan kepala, memainkan kalung yang ada di lehernya dan melepasnya, meletakkannya di atas meja riasnya. Bahkan saat itu, dia dapat melihat wajah Alaric yang tersenyum memperhatikannya dari cermin.“Apa apa?” sahutnya, mengetahui bahwa pangeran itu tengah duduk di ranjangnya. “Berhenti memperhatikanku.”Alaric tertawa, berbaring disana walaupun mengalihkan sisi tubuhnya hingga dia masih dapat terus memperhatikannya. “Kau sadar akan pandanganku?”“Setelah terlalu lama, aku akhirnya bisa menyadarinya bahkan ketika aku tak dapat melihat kehadiranmu.”
Kediaman keluarga Mistwatcher dipenuhi hiruk pikuk orang-orang, makanan disediakan di meja-meja bertaplak putih, sementara minuman berada di ujungnya.Diora berkeliling dengan gaun pengantinnya, putih bersih dengan pita mengelilingi rambutnya. Gadis itu tersenyum, menerima ucapan selamat dan memberikan terima kasihnya pada tamu-tamu yang datang.Hiraya mengawasinya dari salah satu meja, tersenyum kecil hingga temannya itu mendatanginya, minuman masih berada di tangan.“Lady Fernthier,” sapanya, membuat Diora tertawa, memeluk lengannya erat. “Kau benar-benar sangat bahagia ya?”“Tentu saja,” ucapnya. “Menurutmu dia akan segera melakukannya?”Hiraya merasakan jantungnya berdetak.