Beranda / Romansa / Malam Penuh Topeng / Memikat Nona Clearwing (Bagian 2)

Share

Memikat Nona Clearwing (Bagian 2)

Penulis: Yuan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-18 14:34:26

“Halo, Hiraya.”

Gadis itu menutup pintu ketika mendengarnya bicara, suaranya dingin ketika dia beralih dari jendela. Dia dapat melihatnya duduk di sebuah kursi yang selalu dia tempati, di depannya adalah meja kosong dimana dia akan meletakkan kue dan teh.

“Nah,” ujarnya. “Kau tahu dimana kau harus meletakkan itu ‘kan?”

Hiraya beranjak ke depannya, dengan hati-hati meletakkan nampan tersebut di atas pahanya sebelum memindahkan teko dan cangkir ke atas meja, menuangkan teh hangat lalu meletakkan kue kering di sampingnya.

Dia menyerahkan cangkir yang telah terisi pada sepupunya, yang mengangkat alis sebelum menerimanya. Hiraya mengawasinya menyeruput minuman, menatap ke luar.

Dari sudut pandang seperti ini, Helena seperti gadis bangsawan biasa, yang pandangannya begitu jauh dan sulit digapai, dia akan menarik hati banyak bangsawan dengan apa yang dia tunjukkan saat ini. Namun Hiraya tak bisa melupakan bagaimana dia memukuli para pelayan.

Dia tak bisa melupakan cambuk di punggungnya.

Gadi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Malam Penuh Topeng   Memikat Nona Clearwing (Bagian 3)

    Hiraya mengira bahwa Alaric telah melupakannya. seharusnya begitu dengan bagaimana dia mengabaikannya malam itu. Namun dia memperhatikan sekuntum bunga dan sebah surat yang ada di atas meja. Anna, Fergus, dan yang lainnya menunggu agar dia membukanya.Dia mendongak pada Anthony. "Kurir mana yang mengirim ini?”penerima pesan itu menggelengkan kepala. "Yang jelas bukan dari istana, Nona,” dia menjelaskan. "Namun bahkan dari namanya. aku yakin sekali bahwa itu adalah sang pangeran.”"Kau dungu," Sahut Fergus. "Jika itu bukan sang putra mahkota dan nona kita telah berharap banyak–”Gadis itu menutup matanya. Dia benar-benar tidak berharap banyak. Faktanya, dia tak berharap. Dia menatap surat itu. Salahnya karena dia tak berbelok saat itu, ketika Alaric mengenalinya. Dia sudah mengetahui rumah ini. Takkan butuh waktu lama baginya untuk datang kemari."Apa ada yang tahu tentang surat ini?”Anthony menggelengkan kepala. "Aku membawanya secepat yang aku bisa.”Hiraya mengangguk, meraup bunga

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Malam Penuh Topeng   Memikat Nona Clearwing (Bagian 4 — slight 18+)

    Hiraya membaringkan tubuhnya ke atas ranjang, menghela nafas ketika Alaric mengusap kepalanya, meraih beberapa helai dari rambutnya dengan dua jarinya dan meletakkan mereka ke bawah hidungnya. Mata gadis itu bergetar ketika sang pangeran memindahkan pandangan padanya, hidung masih menghirup aroma yang tersisa di rambutnya.Dia meraih kerah kemejanya, menariknya ke dalam sebuah ciuman yang dengan senang hati diterima oleh laki-laki itu, tangan mengusap lengannya sebelum naik ke lehernya, menekan dimana nadinya berada, membuatnya menarik nafas, kepala mendongak.Alaric menurunkan bibir ke atas nadi tersebut, mengecupnya beberapa kali sebelum berpindah dan membuat tanda di bagian-bagian lehernya yang lain.Hiraya dapat merasakan tekanan tubuh di atasnya, dan bibir yang menjelajahi lehernya, tangan yang menyentuh dadanya. Gadis itu menutup mata, tangannya sendiri tiba di atas rambut laki-laki itu, meremasnya erat sementara kakinya mengejang.Ada tawa berat dari lehernya, dan sebuah ciuman

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Malam Penuh Topeng   Di Dalam Istana (Bagian 1)

    “Ini tak berhasil.”Dimitri memutar matanya, mengerang. Dia tengah duduk di salah satu sofa ruang rekreasi milik Alaric, di dalam istana dimana dia menganggap itu menjadi rumah mainnya. Dia memperhatikan sepupunya yang menatap cangkirnya, bosan.“Lagipula,” mulai putra sang duke. “Siapa yang menyuruhmu menuliskan surat padanya?”Pangeran itu menoleh padanya, mata tajam.“Benar,” ujarnya lagi. “Tak ada.”“Rencanamu jelek,” dia menuduh, seperti di malam ketika dia mengatakan sarannya. Dimitri kembali menghela nafas. “Bagaimana bisa kau membuatku berpura-pura tak peduli padanya. Dia bisa saja berjalan di dinginnya malam saat itu — aku bisa saja menawarkan keretaku padanya saat itu.”Dimitri mengangguk. “Lalu apa? Kau juga akan menawarkan ranjangmu?”Alaric mengalihkkan pandangan, menggerutu. “Aku takkan.”Dia memperhatikan sepupunya — sang pangeran, putra mahkota kerajaan mereka. Seseorang yang tak lagi polos dan mampu memikat hati banyak orang. Namun justru lemah dan kebingungan ketika

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Malam Penuh Topeng   Di dalam Istana (Bagian 2)

    Alaric memainkan batu yang dia genggam, di depannya adalah sebuah danau sementara pohon mengelilinginya. Tak sulit untuk melarikan diri untuk sejenak dari istana, terutama ketika dia memiliki pakaian yang selalu dia kenakan jika dia tak ingin dirinya diketahui. Lagipula, danau ini tak terlalu jauh dari istana dan pasar.Ada sebuah perasaan ketika sepupunya mengucapkan perkataan itu padanya.Dan walaupun itu baru saja diutarakan sekarang, pangeran itu menyadari bahwa pertanyaan itu telah mengganggunya sejak dia mulai akan mengejar Hiraya. Dan mungkin, di lubuk hatinya yang paling dalam, dia belum siap untuk mengikat dirinya sendiri. Sekuat apapun perasaannya pada gadis itu.Jika memang begitu, dia tahu bahwa dia akan mendatangi rumahnya dengan segera, dia takkan dengan penuh rasa pengecut mengirimkan surat dan bunga. Dia seharusnya datang dan bertemu dengannya. Atau lebih lagi, bertemu dengan ayahnya.Dia tak hanya mempermainkan Hiraya, namun juga dirinya sendiri."Aku tahu aku akan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Malam Penuh Topeng   Di dalam Istana (Bagian 3)

    Hiraya berusaha untuk tidak menghindari tatapan laki-laki di depannya, namun begitu sulit ketika dia terpikir bahwa dia masih saja mengingat apa yang dia lakukan padanya malam itu — akan ada sedikit pembelaan darinya bahwa dia mengira bahwa dirinya sendiri telah melupakannya.Tapi tidak.Dia masih merasakan sisa-sisa bibir di atas kulitnya, atau bahkan sedikit dari sentuhan tangannya. Gadis itu menundukkan kepala, menatap ke arah pergelangannya, dimana dia meletakkan tangannya ketika perasaannya terlalu membuncah.“Nona Clearwing,” dia memanggil, membuatnya mendongak padanya. “Aku minta maaf atas perlakuanku malam kemarin. Itu sungguh tak adil bagimu.”Dia mengangguk. “Kau sudah menyebutkan itu,” ucapnya.“Kau membaca suratku?”“Tak adil bagimu jika aku tak membacanya.”Dia melirik Diora dan orang asing itu, yang dia bisikkan sebagai Dimitri Fernthier beberapa saat yang lalu. Tak ada yang lebih membingungkan daripada ketika mereka melihat keduanya bertarung seperti anak-anak di depan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Malam Penuh Topeng   Di dalam Istana (Bagian 4)

    Alaric dapat mendengar dehaman ibunya secepat dia melewati ruang rekreasi. Sejujurnya, dia tak memiliki niatan apapun untuk mendatangi ibunya — jadi dia seharusnya berjalan melewati ruangan itu saja.“Terlambat,” tegur sang ibu. “Aku sudah melihatmu.”“Ibu,” sambutnya, tertawa penuh kegugupan. “Aku tak melihat Ibu disini tadi.”Sang ratu mengerutkan dahi. “Kenapa kau bau amis?” Alaric tertawa, menunduk untuk mencium pipinya. Dia duduk di depannya, dan para melayan mulai menyiapkan cangkir dan tatakan tambahan untuknya. “Kau berada di suasana hati yang bagus, sepertinya.”“Oh,” ucapnya. “Lumayan.”“Kenapa?” ibunya menyeruput tehnya. “Menemukan seseorang di promenade?”“Bukan disana,” gumamnya. “Tapi, Ibu, aku memang menemukan seseorang,” jawabnya jujur.Dan mungkin dia akan menyesali ini, namun dia begitu bahagia bahwa Hiraya sebenarnya tak memiliki seseorang di hatinya — bahwa dia masih memiliki kesempatan. Sang ratu meletakkan cangkirnya, mendengarkan. Matanya memicing seolah mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Malam Penuh Topeng   Yang Sebenarnya (Bagian 1)

    Alaric tahu jelas dengan apa yang dia harapkan ketika dia turun dari kereta, bunga di tangan dan senyum di bibirnya. Dia mengharapkan, ketika dia menunggu di ruang rekreasi, Hiraya akan menemuinya di sana. Namun dia bertemu mata dengan Viscount Clearwing, yang membungkukkan tubuh padanya. “Yang Mulia,” panggilnya. “Aku tak tahu apa yang membuatmu berada disini.” "Untuk salah satu putrimu,” dia menjelaskan, membuatnya mengerutkan dahi. “ Aku sudah pernah mengirim surat, aku percaya bahwa dia telah menerimanya.” Seharusnya sudah. Dia yakin sekali bahwa Hiraya telah menerima suratnya, dia tahu sekali akan hal itu — dia ingat bagaimana gadis itu telah memberinya kehangatan yang berbeda dengan perlahan yang selalu dia berikan. Atau mungkin dia tidak menceritakan apapun pada orang tuanya. Jika itu adalah yang terjadi, maka sepertinya Alaric telah membocorkan sebuah rahasia yang dimiliki gadis itu. Tapi walaupun begitu, hukuman separah apa yang bisa diberikan dari anaknya pada orangtuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25
  • Malam Penuh Topeng   Yang Sebenarnya (Bagian 2)

    Hiraya tak tahu jika harinya yang akan dia jalani seperti biasa di dapur, mendengarkan ocehan Anna sambil tertawa dan menyusun roti yang baru saja dia beli akan terhadang oleh Helena yang mendobrak masuk ke sana.Para pelayan ikut terlonjak dengannya, beberapa mundur karena rasa takut — tak hanya Hiraya yang pernah disiksa oleh sepupunya. Gadis itu menoleh padanya, yang menatapnya dingin. Seharusnya dia berpikir bahwa Helena akan selalu menatapnya seperti itu. Namun ada yang berbeda darinya — ada satu rasa yang lebih mencekam di pandangan matanya.Dan itu menakuti Hiraya hingga ke tengkuknya.“Hel–”Orang-orang mulai berteriak ketika melihat gadis itu menyeret sepupunya pergi dari dapur. Hiraya mencoba menahan akar rambutnya, seolah itu akan membuat tangan yang menariknya berubah.Dia tak memiliki pilihan kecuali mengikuti Helena keluar dari dapur, jambakannya pedih di kepala. Dia tak tahu apa yang terjadi pagi itu padanya — mungkin dia terbangun dalam suasana hati yang buruk. Mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26

Bab terbaru

  • Malam Penuh Topeng   Epilog

    Enam tahun kemudianBloomingflame adalah sebuah pedesaan yang sangat sunyi. Begitu sunyi hingga bahkan teriakan Hiraya dapat terdengar malam itu.Sang putri mahkota telah memutuskan untuk menghabiskan masa kehamilannya yang kedua di rumah ibunya, mengulang apa yang Viscountess Clearwing alami selama dia memilikinya.Sang putra mahkota berada di luar, menggendong putra mereka yang dalam diam mengkhawatirkan ibunya.“Dia akan baik-baik saja,” Alaric meyakinkan. “Ibumu adalah orang yang kuat. Dia akan melahirkan adikmu dan segera kembali pada kita.”Vien menganggukkan kepala, namun terus mengeratkan pelukannya pada sang ayah, meneteskan air mata ketika mendengar ibunya berteriak kembali.

  • Malam Penuh Topeng   Pada Akhirnya (Bagian 3)

    Pesta dansa terakhir berada di Flarevana, tepat di kediaman putra sang duke dan istrinya — Dimitri dan Diora Fernthier.Itu berarti bahwa mereka yang diundang akan pergi dan diberikan penginapan selama mereka tinggal untuk pesta dansa tersebut. Termasuk pada putra dan putri mahkota kerajaan mereka.Hiraya mengintip dari jendela kereta mereka, sementara Alaric berada di depannya. Gadis itu tersenyum kecil, sementara suaminya menyentuh tangannya, menggenggamnya erat.“Ini adalah kali pertamamu datang kemari, benar ‘kan?”Dia menganggukkan kepala, tersenyum. “Kau sudah sering kemari?”“Tentu saja,” ucapnya. “Keluarga Fernthier adalah sepupu kita — aku telah menghabiskan

  • Malam Penuh Topeng   Pada Akhirnya (Bagian 2)

    Hiraya dapat merasakan seluruh pasang mata menghadap ke arahnya. Ruang singgasana begitu luas, dan mereka memberikan jalan padanya melalui jalur karpet merah menuju Alaric, bersama dengan sang raja dan ratu yang menunggu di depannya.Tidak.Dia berusaha untuk tidak menyentuh tangannya yang bergetar, sementara sepatu yang membawanya ke arah mereka teredam, menutup gema yang seharusnya ada ketika dia menapaki lantai marmernya.Akan sangat aneh jika dia mundur dan melarikan diri. Namun Hiraya dapat merasakan sesak di dadanya, dia terlalu gugup untuk ini.Berjalan menuju mereka terasa begitu mudah, namun sulit di saat yang sama. Takkan ada kesempatan untuk berbalik ketika dia sudah sampai di ujung sana.Dia akan benar-benar menja

  • Malam Penuh Topeng   Pada Akhirnya (Bagian 1)

    Sepanjang hidupnya, Hiraya tak pernah mengira bahwa dia akan menjadi salah satu dari daftar yang langsung diterima sang ratu ketika dia mengundangnya untuk datang dan minum teh di serambinya.Sang ratu duduk di depannya, menyeruput teh yang disediakan, bersamaan dengan kue yang telah dengan hati-hati Eloise susun di atas meja.“Aku yakin kau memiliki alasan untuk memanggilku kemari, Lady Clearwing,” ucapnya. “Kau takkan mengundangku kemari tanpa alasan.”Hiraya meletakkan cangkirnya, menghela nafas.Dia dan Alaric telah meninggalkan pesta pernikahan Fernthier lebih cepat, tepat setelah mereka menerima dokumen-dokumen dari Sir Phillips. Dan Hiraya telah menghabiskan malam dengan memilah dokumen yang akan diinginkan sang ratu, bersama dengan menyusu

  • Malam Penuh Topeng   Penentuan (Bagian 4)

    Kediaman keluarga Mistwatcher dipenuhi hiruk pikuk orang-orang, makanan disediakan di meja-meja bertaplak putih, sementara minuman berada di ujungnya.Diora berkeliling dengan gaun pengantinnya, putih bersih dengan pita mengelilingi rambutnya. Gadis itu tersenyum, menerima ucapan selamat dan memberikan terima kasihnya pada tamu-tamu yang datang.Hiraya mengawasinya dari salah satu meja, tersenyum kecil hingga temannya itu mendatanginya, minuman masih berada di tangan.“Lady Fernthier,” sapanya, membuat Diora tertawa, memeluk lengannya erat. “Kau benar-benar sangat bahagia ya?”“Tentu saja,” ucapnya. “Menurutmu dia akan segera melakukannya?”Hiraya merasakan jantungnya berdetak.

  • Malam Penuh Topeng   Penentuan (Bagian 3 — 18+)

    Hiraya memperhatikan dirinya di depan cermin, rambutnya telah tersisir dan terlepas dari ikat dan jepit — Eloise telah mundur dari ruangannya dan kembali sementara malam semakin larut.Dia menundukkan kepala, memainkan kalung yang ada di lehernya dan melepasnya, meletakkannya di atas meja riasnya. Bahkan saat itu, dia dapat melihat wajah Alaric yang tersenyum memperhatikannya dari cermin.“Apa apa?” sahutnya, mengetahui bahwa pangeran itu tengah duduk di ranjangnya. “Berhenti memperhatikanku.”Alaric tertawa, berbaring disana walaupun mengalihkan sisi tubuhnya hingga dia masih dapat terus memperhatikannya. “Kau sadar akan pandanganku?”“Setelah terlalu lama, aku akhirnya bisa menyadarinya bahkan ketika aku tak dapat melihat kehadiranmu.”

  • Malam Penuh Topeng   Penentuan (Bagian 2)

    Diora terdiam sepanjang Hiraya menjelaskan padanya.Keduanya tengah duduk di sebuah bangku, sementara temannya mengusir dua laki-laki yang mengikuti mereka untuk tidak terlalu dekat sebelum duduk bersamanya.Mungkin ini karena mereka dekat. Diora merasa bahwa Hiraya tidak memiliki kekakuan ketika menjelaskan padanya.Penjelasannya hati-hati — namun tidak seperti ibunya yang terlalu berputar dan membuatnya kebingungan. Tapi tetap saja, Diora merasakan panas menjalar di pipinya ketika dia terus melanjutkan penjelasannya.Dan gadis itu pasti menyadari kegundahannya, menghela nafas. “Kita seharusnya tidak membicarakan ini disini,” ucapnya. “Aku seharusnya mengatakan ini di lain tempat.”Ketika dia he

  • Malam Penuh Topeng   Penentuan (Bagian 1)

    Hiraya telah menduga bahwa Julian telah merubah pikirannya, namun dia tak pernah menduga bahwa Dimitri Fernthier cukup berdedikasi untuk segera meminang gadis itu.Dia dan Alaric tengah memutuskan untuk pergi bersama. Dengan musim yang akan berakhir, begitulah dengan acara-acara sosial mereka. Ini akan menjadi promenade terakhir sebelum semuanya mengucapkan selamat tinggal pada musim ini.Hiraya tengah terduduk di tenda mereka, mengibaskan kipas di hari yang panas ketika dia melihat putra sang duke berjalan ke arah tenda para Mistwatcher. sang marquess dan Julian berdiri untuk menyambutnya.Alaric menundukkan kepala untuk membisikkan sesuatu padanya. “Menurutmu apa yang akan terjadi?”

  • Malam Penuh Topeng   Harapan Mengancam (Bagian 4)

    "Kau benar-benar akan menikah dengan Tuan Fernthier?”Dia memperhatikan Diora yang menundukkan kepala, mengangguk. Dia memahami bahwa gadis itu telah bersama Dimitri Fernthier sepanjang musim ini, dan dengan sedikitnya bangsawan yang mendekatinya, putra sang duke dapat dengan mudah mendapatkan perhatiannya.“Aku menyukainya,” dia mengakui. “Dan aku tahu bahwa dia memiliki perasaan yang sama denganku.”Tentu saja. Semua orang yang mengenal mereka bisa melihat itu. Dan dia merasa bahwa Diora tak perlu tahu tentang apa yang dikatakan oleh Julian — bahkan dia memiliki keraguan seperti itu pada Alaric di hari-hari pertama dia mengenalnya.“Menurutmu,” mulainya lagi. “Kakakku sudah merubah pikirannya?”

DMCA.com Protection Status