Livy menunggu Preston memarahinya. Namun, yang terdengar adalah suara pelan Preston. "Acara sudah dimulai."Livy termangu sejenak. Kemudian, dia bertanya dengan tergagap, "Oh, oh. Oke. Sudah ... waktunya makan ya?""Ya. Ayo." Preston meletakkan kedua tangannya ke dalam saku. Dia berbalik dan pergi.Livy agak terbengong. Mungkin karena baru bangun tidur, juga mungkin karena banyak pikiran. Namun, dia tidak banyak tanya dan hanya mengikuti Preston. Dia pun mengira Nora sedang mengulur waktu. Karena acara makan sudah dimulai, berarti semuanya masih berjalan dengan normal.Awalnya, Livy sedang memikirkan cara menjelaskan jika ada keluarga pihak pria yang mengenalinya. Untungnya, dia berpikir terlalu jauh.Acara sangat meriah. Tamu sangat banyak. Ini seperti acara makan untuk sekampung. Untungnya, karena dia dari keluarga pihak wanita, keluarga pihak pria pun tidak terlalu memperhatikannya.Tempat duduk Livy sudah disediakan. Mejanya termasuk meja utama. Ketika dia duduk, acara makan sudah
Ratna berhasil meyakinkan Chloe. Chloe pun tidak memaksa lagi. Namun, Chloe langsung memberi tahu Stanley tentang masalah ini. Stanley merasa ada yang tidak beres sehingga mencari ayah dan neneknya.Setelah mengetahui kebenarannya, wajah Stanley sontak memucat. "Beraninya Livy memukul ibuku!""Kecilkan suaramu. Sekarang acara pernikahanmu dalam masalah besar. Entah rencana ibumu bakal berhasil atau nggak ...." Ratna panik hingga mengentakkan kakinya.Dengan wajah suram, Stanley menggertakkan gigi dan berkata, "Aku percaya pada Ibu. Karena Livy bertindak begitu kejam, jangan salahkan kita bertindak kejam juga."....Di ruang istirahat nomor 101. Livy melihat pintu tidak tertutup rapat. Dia langsung mendorong pintu dan masuk. Terlihat Nora yang sedang duduk di sofa. Meskipun rambutnya telah dirapikan, wajahnya tetap babak belur dan terlihat menyedihkan.Ketika melihat Livy masuk, Nora sontak berlutut di hadapannya dan menangis. "Livy, waktu kamu kecil, aku selalu membawamu jalan-jalan. K
"Gimana? Livy belum ketemu?" Nora sungguh panik. Dia awalnya ingin menyekap Livy untuk sementara waktu, lalu membebaskannya setelah acara pernikahan. Dia mengira rencananya sudah sempurna, tetapi malah menjadi berantakan begini.Mereka tidak bisa menemukan Livy! Livy seolah-olah menghilang begitu saja dari dunia! Mereka menyuruh orang memeriksa rekaman CCTV. Namun, setelah Livy masuk ke kamar, wanita ini tidak pernah keluar lagi. Mereka tidak melihat jejak kepergian Livy.Kejadian aneh seperti ini membuat beberapa anggota Keluarga Taslim berkumpul. Ekspresi mereka terlihat sangat masam."Jangan-jangan Livy sudah jadi hantu? Yang kulihat dari tadi adalah hantu? Kalau nggak, gimana dia bisa tiba-tiba hilang?" Stanley ketakutan hingga wajahnya memucat. Tubuhnya gemetaran, kakinya melemas."Nggak mungkin! Dia mungkin sembunyi di kamarnya. Kalau nggak, mana mungkin kita nggak bisa menemukannya? Dia mungkin kabur dari jendela. Lanjutkan pencarian!" Nora menggertakkan giginya dengan geram. Ke
Livy disekap di ruang bawah tanah. Dia tidak bisa keluar. Kini, dia merasa sangat frustrasi karena kurang berwaspada. Bagaimana bisa dia ditangkap oleh Keluarga Taslim? Jangan-jangan, mereka ingin membunuhnya untuk membungkam mulutnya?Namun, jika dipikir-pikir, seharusnya mereka tidak akan berani. Sekarang Livy termasuk anggota Keluarga Sandiaga. Kalaupun Preston tidak bisa menemukannya, Preston pasti akan melacak lokasinya. Jadi, Keluarga Taslim tidak mungkin berani membunuhnya.Jika dugaan Livy tidak salah, setelah acara pernikahan berakhir, dia seharusnya akan dibebaskan. Hanya saja, semua ini akan menguntungkan Keluarga Taslim.Mereka akan berhasil berbesan dengan Keluarga Dewanto dan Keluarga Sandiaga, lalu menjadi keluarga kalangan atas. Ternyata memang benar, orang jahat pasti akan sukses karena mereka menghalalkan segala cara.Sekujur tubuh Livy terasa lemas. Sejak awal, dia memang tidak enak badan karena kondisi kesehatan neneknya. Kini, kepalanya terasa sangat pusing. Hatiny
"Belum selesai. Tapi, pesta malam sudah mau mulai," jawab Preston. Kemudian, dia menambahkan, "Kalau kamu masih kuat, mandi dan ganti baju dulu. Kita cuma perlu setor muka, lalu aku langsung bawa kamu pulang."Sebelum Livy merespons, Preston berkata lagi, "Yang menculikmu adalah Bahran. Kita jumpai dia nanti."Kalimat terakhir dilontarkan Preston dengan suara yang sangat rendah. Siapa pun yang mendengarnya akan bergidik ngeri."Bahran?" Livy termangu. Dia sulit memercayai kebenaran ini. Bahran tidak mungkin membantu Keluarga Taslim. Mereka tidak punya hubungan apa pun.Itu artinya, Bahran melakukan ini untuk membalas dendam kepada Preston. Bahran menculiknya di acara sepenting ini jelas untuk membuat Preston marah.Ternyata pelakunya bukan Keluarga Taslim? Bukankah ini berarti Keluarga Taslim menjadi punya kesempatan untuk melangsungkan acara pernikahan dengan lancar? Kenapa Tuhan tidak pernah memihak padanya?Jika Livy menghadiri acara sore hari, Keluarga Taslim pasti akan memikirkan
Livy tahu Preston bukan sedang memujinya, melainkan sedang mendesaknya. Itu sebabnya, dia tidak berani meminta waktu untuk berdandan dan buru-buru mengikuti Preston.Di perjalanan, Preston tiba-tiba menjulurkan tangan. Livy awalnya masih tidak bereaksi. Dia hanya menatap telapak tangan itu dengan bengong, hingga akhirnya Preston memperingatkan, "Kenapa? Kamu nggak tahu harus gimana?"Livy merasa Preston selalu bersikap misterius sehingga dirinya hanya bisa menebak setiap kali. Dia akhirnya meletakkan tangannya ke atas tangan Preston. Seketika, kehangatan meliputi tangannya. Preston berjalan dengan menggandeng Livy.Ternyata pria ini ingin bergandengan tangan dengannya. Jantung Livy sontak berdetak kencang. Dia segera menenangkan diri. Ini hanya sandiwara. Jangan sampai dia larut dalam sandiwara ini.Namun, Livy terus terpikir akan adegan di gudang bawah tanah. Preston bagaikan cahaya hidup yang menerangi kehidupannya.Ketika makin dekat dengan aula pesta, Livy segera menyingkirkan lamu
"Kalian sudah lupa? Livy dari departemen sekretaris Grup Sandiaga. Preston atasannya. Sebagai sekretaris, Livy menemaninya menghadiri acara. Wajar kalau mereka bergandengan tangan, 'kan?" Seorang pria tampan tiba-tiba menjelaskan. Dia adalah sahabat Stanley sekaligus pendamping pengantin pria, Nicky.Jawaban Nicky menyadarkan semua orang. Mereka baru ingat bahwa Livy adalah karyawan Grup Sandiaga. Setelah pulang kerja, Livy menemani bosnya menghadiri pesta. Ini masuk akal. Namun, mereka sempat bertanya tentang Livy pada Stanley tadi. Stanley yang terbata-bata pun membuat mereka menebak-nebak sejak tadi.Mereka mengira Stanley dan Livy bermusuhan. Karena sebelumnya mereka bisa melihat keduanya saling menyukai dan sepertinya diam-diam pacaran. Siapa sangka, Stanley tiba-tiba mengumumkan bahwa dirinya pacaran dengan Chloe dan akan segera menikah. Dia juga mengatakan Livy akan hadir sehingga mereka tidak berpikir terlalu jauh.Namun, mereka malah tidak melihat Livy tadi. Mereka juga tidak
Livy mengangguk. "Aku bisa ambil sendiri. Nggak usah merepotkan Preston."Livy menoleh dan berujar, "Preston, panggil saja aku kalau ada masalah. Aku pergi cari makan dulu."Mereka sudah melihat Bahran tidak ada di sini. Itu artinya, mereka tidak bisa membuat perhitungan dengan Bahran sekarang.Livy memang lapar sampai kepalanya terasa agak sakit. Dia harus mengisi perutnya dulu. Sebelum Preston mengiakan, Livy sudah pergi makan supaya dia tidak pingsan karena gula darah rendah.Livy makan sepotong kue dan minum segelas jus jeruk dengan lahap. Seketika, dia merasa berenergi kembali. Ketika dia hendak pergi, tiba-tiba ada yang memanggil, "Livy."Livy lantas berbalik dan agak terkejut. "Nicky?" Untungnya, Livy telah membuat persiapan mental."Lama nggak ketemu." Nicky mendekat. "Kami beberapa kali mengajakmu ketemu, tapi kamu nggak bisa.""Ya, aku sibuk kerja, ditambah lagi harus jaga nenekku. Sekarang aku jarang keluar. Charlene saja datang ke rumahku kalau mau ngobrol," jelas Livy sege
Tubuh Livy tiba-tiba dihinggapi hawa dingin. Dia menatap Preston dengan ekspresi tidak percaya. Apa pria ini sudah mengetahui segalanya?Livy tidak tahu harus bagaimana menanggapi Preston. Dia hanya diam dan menanti sikap pria itu. Kemudian, dia mendengar Preston berkata lagi, "Lihat ke belakang."Livy menoleh dengan kaku dan melihat Chloe berdiri di depan pintu masuk. Rambutnya acak-acakan dan penampilannya terlihat berantakan. Nancy sedang menghiburnya di sampingnya.Livy tidak berani bersuara karena tidak mengerti maksud perkataan Preston.Pria itu berucap, "Sepertinya dia lagi ada masalah, coba kamu temui dia.""Hah?" Livy tertegun sejenak. Dia tiba-tiba merasa sudah berpikir kejauhan. Sepertinya Preston tidak bermaksud apa-apa, dia hanya kebetulan melihat Chloe."Aku ke sana sebentar,"ucap Livy. Dia berbalik dan segera berjalan menuju pintu masuk kelab.Nancy-lah yang pertama menyadari kehadirannya. Dia berseru, "Bibi!"Nancy adalah pengiring pengantin di pernikahan Chloe. Saat Li
"Tenang saja, serahkan sisanya padaku," ucap Linda."Terima kasih. Aku traktir kamu makan lain hari," kata Livy sambil buru-buru berjalan pergi.Sayangnya, saat ini kebetulan adalah jam sibuk. Taksi yang dipesan Livy baru akan sampai 1 jam 45 menit lagi. Hal ini membuatnya merasa sangat lesu.Tiba-tiba, Livy menerima pesan di WhatsApp. Pengirimnya adalah Preston.[ Sudah naik taksi? Bagi pelat nomornya. ]Livy terpaksa mengirimkan tangkapan layar dari halaman pemesanan taksi.Preston mengirimkan pesan lagi.[ Aku jemput kamu. ]Livy merasa ragu untuk memberitahukan alamatnya sekarang. Namun, dia lantas sadar bahwa hasil tangkapan layar tadi sudah menunjukkan titik lokasinya. Artinya, Preston tahu bahwa dia berada di Dibiza.Entah apa yang dipikirkan Preston saat tahu dirinya berada di sini. Untungnya, Linda memang bekerja di sini. Jadi, dia masih bisa menjadikan itu sebagai alasan.Livy duduk di sofa lobi, menunggu Preston datang menjemputnya. Tak lama kemudian, dia melihat sekelompok
Stanley terpancing. Dia lantas mengikuti wanita itu naik ke kamar di lantai atas. Alhasil, begitu masuk kamar, wanita itu langsung melepas pakaiannya."Tunggu! Kamu ngapain? Bukannya ini hanya pura-pura?" tanya Stanley kaget.Wanita itu tersenyum manis, membuatnya terlihat kian mirip dengan Livy. Dia berkata, "Kak, kamu sudah menolongku. Sebagai gantinya, aku akan menemanimu malam ini. Nggak perlu bayar.""Nggak perlu," tolak Stanley. Meski begitu, dia merasa sangat tergoda.Wanita itu sudah menanggalkan semua pakaiannya. Melihatnya berjalan mendekat, Stanley buru-buru balik badan. Dia tidak berani menatap wanita itu, takut dirinya akan hilang kendali.Wanita itu memeluk Stanley dari belakang, menempelkan tubuh mereka erat-erat dan menggodanya. Stanley tidak tahan godaan. Akhirnya, dia berbalik dan merengkuh wanita itu.Livy yang menyaksikan semua ini dari kamera CCTV mengernyit dan merasa jijik."Sudah kubilang, 'kan? Dia pasti akan terpancing kalau digoda wanita yang mirip denganmu,"
Stanley mengajak teman-temannya untuk makan bersama di Olive Tower. Ketika mereka semua berada di ruang VIP, Nicky keluar untuk menelepon.Usai mendapat informasi ini, Livy segera mengganti pakaian dan meninggalkan apartemen. Dia tidak memberi tahu Preston tentang kepergiannya.Livy hanya berpamitan pada Tina. Dia berkata hendak menemui temannya dan tidak ingin menginterupsi pekerjaan Preston. Dia juga meminta Tina menyampaikan bahwa dirinya akan segera kembali jika Preston mencarinya.Di dalam taksi, Nicky memberi tahu Livy bahwa mereka akan pindah ke Dibiza. Livy lantas meminta sopir untuk mengubah rute. Dibiza adalah nama sebuah kelab terkenal.Livy berpesan pada Nicky untuk merahasiakan kedatangannya. Dia beralasan ingin memberi mereka kejutan.Sebelum mereka sampai, Livy sudah terlebih dahulu tiba di Dibiza. Dia juga sudah menghubungi Charlene sebelumnya.Charlene mengenal Linda, manajer Dibiza. Hubungan akrab keduanya memuluskan rencana Livy.Livy menemui Linda dan memilih bebera
Ketika manusia sedang lemah, mereka selalu mencari sandaran. Kebetulan, Preston ada di sisi Livy untuk membantunya. Mungkin, ini hanya efek psikologis. Livy tidak berani berpikir terlalu jauh, apalagi mencintai Preston. Ini karena dia tahu betul bahwa dia bukan istri sah yang sesungguhnya.Kalau bukan karena ada Tina di sini, Livy tidak mungkin memanggil Preston dengan semesra itu. Biasanya, Livy memanggilnya dengan sebutan Pak Preston karena Preston memang atasannya."Sudah baikan?" tanya Preston setelah melepas sepatunya. Kemudian, dia menghampiri Livy.Livy mengangguk. "Sudah. Rencananya aku mau kerja besok.""Nggak usah repot-repot. Yang penting sembuh dulu." Supaya Livy tidak cemas, Preston pun menggodanya, "Lagian, perusahaan tetap beroperasi seperti biasanya tanpa kamu."Livy tahu Preston sedang bercanda dan bukan ingin mengejeknya. Hatinya terasa hangat. Dia bergumam, "Ya sudah. Aku istirahat sehari lagi. Lusa baru kerja."Livy tidak ingin menunda terlalu banyak pekerjaan. Sela
"Hanya saja, Rivano juga menjenguk temannya yang sakit. Mungkin dia memang cuma ingin menjenguk nenek Livy. Tapi, ini bukan berarti kematian nenek Livy nggak ada kaitan dengannya. Mungkin kebetulan, mungkin juga bukan ...." David menganalisis dengan saksama.Preston mengernyit sambil menatap ke kejauhan. Entah apa yang dia pikirkan. Dia berujar dengan pelan, "Rahasiakan dulu hal ini."....Selama beberapa hari ini, Livy terus tidur. Dia terus bermimpi saat neneknya masih hidup. Setiap kali membuka mata, dia merasa kematian neneknya hanyalah mimpi.Namun, setiap kali Preston menyuapinya makan, Livy akan tersadar dari mimpinya. Neneknya benar-benar sudah tiada.Setelah memastikan semua ini nyata, pikiran Livy menjadi lebih jernih. Dia menyibakkan selimutnya dan berjalan tanpa alas kaki, lalu membuka pintu kamar.Rumah yang luas ini tampak kosong melompong. Matahari telah bersinar terik. Hari ini bukan akhir pekan. Jadi, Preston pasti sudah pergi ke perusahaan.Tina yang menjinjing keranj
Tiga hari kemudian, Livy menyaksikan dengan mata kepala sendiri saat neneknya dikremasi. Ketika menerima guci abu, Livy hanya bisa menunduk dengan bengong. Semua ini terasa seperti mimpi. Namun, fakta menyadarkannya bahwa neneknya memang telah tiada.Preston mengatur semuanya dengan sangat baik, termasuk makam untuk neneknya. Livy dibawa ke pemakaman untuk mengubur neneknya.Pemakaman diadakan dengan sangat sederhana. Tidak ada orang lain, hanya ada Preston dan Livy. Charlene sedang syuting di luar negeri. Sehingga Livy tidak mengabarinya soal masalah ini. Dia tidak ingin Charlene khawatir dan berdampak pada pekerjaannya. Rivano sempat datang untuk berbelasungkawa, tetapi Livy mengusirnya.Saat ini, Livy berlutut di depan makam neneknya. Langit mendung dan mulai gerimis, persis dengan suasana hatinya. Makin deras air mata Livy, makin deras pula hujan yang turun.Preston memayungi Livy sambil menunggunya dengan tenang. Tiba-tiba, ponsel Preston yang berdering memecahkan keheningan.Satu
Ternyata itu adalah "ayah terbaiknya".Livy tidak berniat meladeninya, tetapi Rivano maju dan berkata lagi, "Biaya pengobatan di sini seharusnya sangat mahal, 'kan? Aku punya sedikit uang. Aku diam-diam menyimpannya dari Kristin dan Zoey untukmu. Aku bantu kamu bayar biaya operasinya."Sesudah mendengarnya, ekspresi Livy baru berubah. Dia menoleh menatap sosok belakang Rivano yang hendak pergi. Nada bicaranya terdengar tegas saat menyergah, "Kami nggak butuh uangmu! Pergi!""Livy, kenapa kamu sekejam ini sama ayahmu? Kamu putri kandungku. Mana mungkin kuabaikan?" timpal Rivano yang bersikap seolah-olah dirinya adalah ayah yang sangat baik.Namun, tidak peduli bagaimana Rivano berusaha, Livy tidak akan pernah melupakan kekejamannya setelah Helen meninggal, serta kebanggaan pada ekspresi Kristin dan Zoey saat dibawa pulang.Saat ini, Livy tidak ingin meladeni Rivano. Dia sedang mencemaskan keselamatan neneknya.Tiba-tiba, pintu ruang operasi dibuka. Dokter berjalan keluar sambil menatap
Jawaban ini membuat ekspresi Nicky membeku. Dia sulit untuk memercayainya. Kemudian, dia teringat pada ucapan bibi Stanley dan bertanya untuk memastikan, "Kamu ikut acara siang juga?"Livy agak terkejut karena mengira tidak ada yang melihatnya. Kini, dia tidak punya alasan untuk menyembunyikan apa pun lagi. Dia mengangguk. "Ya, tapi aku langsung pergi istirahat setelah siap makan. Aku nggak enak badan.""Kamu sakit?" Hal pertama yang dicemaskan Nicky adalah kesehatan Livy. Namun, setelah tersadar kembali, tatapannya menjadi sedih.Ternyata benar, Livy dan Preston bersama. Nicky awalnya mengira keduanya hanya pacaran. Siapa sangka, ternyata keduanya sudah menikah."Sudah jauh lebih baik," timpal Livy yang menyadari kejanggalan dari sikap Nicky. Dia tidak tahu apa yang janggal, tetapi bisa merasakannya. Apa mungkin Nicky terkejut dengan kabar pernikahannya?"Aku nggak bermaksud merahasiakannya darimu. Tapi, kami memang menutupi pernikahan ini dari semua orang. Semua karyawan di perusahaa