Share

Bab 82

Penulis: Dania Zahra
"Belum selesai. Tapi, pesta malam sudah mau mulai," jawab Preston. Kemudian, dia menambahkan, "Kalau kamu masih kuat, mandi dan ganti baju dulu. Kita cuma perlu setor muka, lalu aku langsung bawa kamu pulang."

Sebelum Livy merespons, Preston berkata lagi, "Yang menculikmu adalah Bahran. Kita jumpai dia nanti."

Kalimat terakhir dilontarkan Preston dengan suara yang sangat rendah. Siapa pun yang mendengarnya akan bergidik ngeri.

"Bahran?" Livy termangu. Dia sulit memercayai kebenaran ini. Bahran tidak mungkin membantu Keluarga Taslim. Mereka tidak punya hubungan apa pun.

Itu artinya, Bahran melakukan ini untuk membalas dendam kepada Preston. Bahran menculiknya di acara sepenting ini jelas untuk membuat Preston marah.

Ternyata pelakunya bukan Keluarga Taslim? Bukankah ini berarti Keluarga Taslim menjadi punya kesempatan untuk melangsungkan acara pernikahan dengan lancar? Kenapa Tuhan tidak pernah memihak padanya?

Jika Livy menghadiri acara sore hari, Keluarga Taslim pasti akan memikirkan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 83

    Livy tahu Preston bukan sedang memujinya, melainkan sedang mendesaknya. Itu sebabnya, dia tidak berani meminta waktu untuk berdandan dan buru-buru mengikuti Preston.Di perjalanan, Preston tiba-tiba menjulurkan tangan. Livy awalnya masih tidak bereaksi. Dia hanya menatap telapak tangan itu dengan bengong, hingga akhirnya Preston memperingatkan, "Kenapa? Kamu nggak tahu harus gimana?"Livy merasa Preston selalu bersikap misterius sehingga dirinya hanya bisa menebak setiap kali. Dia akhirnya meletakkan tangannya ke atas tangan Preston. Seketika, kehangatan meliputi tangannya. Preston berjalan dengan menggandeng Livy.Ternyata pria ini ingin bergandengan tangan dengannya. Jantung Livy sontak berdetak kencang. Dia segera menenangkan diri. Ini hanya sandiwara. Jangan sampai dia larut dalam sandiwara ini.Namun, Livy terus terpikir akan adegan di gudang bawah tanah. Preston bagaikan cahaya hidup yang menerangi kehidupannya.Ketika makin dekat dengan aula pesta, Livy segera menyingkirkan lamu

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 84

    "Kalian sudah lupa? Livy dari departemen sekretaris Grup Sandiaga. Preston atasannya. Sebagai sekretaris, Livy menemaninya menghadiri acara. Wajar kalau mereka bergandengan tangan, 'kan?" Seorang pria tampan tiba-tiba menjelaskan. Dia adalah sahabat Stanley sekaligus pendamping pengantin pria, Nicky.Jawaban Nicky menyadarkan semua orang. Mereka baru ingat bahwa Livy adalah karyawan Grup Sandiaga. Setelah pulang kerja, Livy menemani bosnya menghadiri pesta. Ini masuk akal. Namun, mereka sempat bertanya tentang Livy pada Stanley tadi. Stanley yang terbata-bata pun membuat mereka menebak-nebak sejak tadi.Mereka mengira Stanley dan Livy bermusuhan. Karena sebelumnya mereka bisa melihat keduanya saling menyukai dan sepertinya diam-diam pacaran. Siapa sangka, Stanley tiba-tiba mengumumkan bahwa dirinya pacaran dengan Chloe dan akan segera menikah. Dia juga mengatakan Livy akan hadir sehingga mereka tidak berpikir terlalu jauh.Namun, mereka malah tidak melihat Livy tadi. Mereka juga tidak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 85

    Livy mengangguk. "Aku bisa ambil sendiri. Nggak usah merepotkan Preston."Livy menoleh dan berujar, "Preston, panggil saja aku kalau ada masalah. Aku pergi cari makan dulu."Mereka sudah melihat Bahran tidak ada di sini. Itu artinya, mereka tidak bisa membuat perhitungan dengan Bahran sekarang.Livy memang lapar sampai kepalanya terasa agak sakit. Dia harus mengisi perutnya dulu. Sebelum Preston mengiakan, Livy sudah pergi makan supaya dia tidak pingsan karena gula darah rendah.Livy makan sepotong kue dan minum segelas jus jeruk dengan lahap. Seketika, dia merasa berenergi kembali. Ketika dia hendak pergi, tiba-tiba ada yang memanggil, "Livy."Livy lantas berbalik dan agak terkejut. "Nicky?" Untungnya, Livy telah membuat persiapan mental."Lama nggak ketemu." Nicky mendekat. "Kami beberapa kali mengajakmu ketemu, tapi kamu nggak bisa.""Ya, aku sibuk kerja, ditambah lagi harus jaga nenekku. Sekarang aku jarang keluar. Charlene saja datang ke rumahku kalau mau ngobrol," jelas Livy sege

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 86

    Jawaban ini membuat ekspresi Nicky membeku. Dia sulit untuk memercayainya. Kemudian, dia teringat pada ucapan bibi Stanley dan bertanya untuk memastikan, "Kamu ikut acara siang juga?"Livy agak terkejut karena mengira tidak ada yang melihatnya. Kini, dia tidak punya alasan untuk menyembunyikan apa pun lagi. Dia mengangguk. "Ya, tapi aku langsung pergi istirahat setelah siap makan. Aku nggak enak badan.""Kamu sakit?" Hal pertama yang dicemaskan Nicky adalah kesehatan Livy. Namun, setelah tersadar kembali, tatapannya menjadi sedih.Ternyata benar, Livy dan Preston bersama. Nicky awalnya mengira keduanya hanya pacaran. Siapa sangka, ternyata keduanya sudah menikah."Sudah jauh lebih baik," timpal Livy yang menyadari kejanggalan dari sikap Nicky. Dia tidak tahu apa yang janggal, tetapi bisa merasakannya. Apa mungkin Nicky terkejut dengan kabar pernikahannya?"Aku nggak bermaksud merahasiakannya darimu. Tapi, kami memang menutupi pernikahan ini dari semua orang. Semua karyawan di perusahaa

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 87

    Ternyata itu adalah "ayah terbaiknya".Livy tidak berniat meladeninya, tetapi Rivano maju dan berkata lagi, "Biaya pengobatan di sini seharusnya sangat mahal, 'kan? Aku punya sedikit uang. Aku diam-diam menyimpannya dari Kristin dan Zoey untukmu. Aku bantu kamu bayar biaya operasinya."Sesudah mendengarnya, ekspresi Livy baru berubah. Dia menoleh menatap sosok belakang Rivano yang hendak pergi. Nada bicaranya terdengar tegas saat menyergah, "Kami nggak butuh uangmu! Pergi!""Livy, kenapa kamu sekejam ini sama ayahmu? Kamu putri kandungku. Mana mungkin kuabaikan?" timpal Rivano yang bersikap seolah-olah dirinya adalah ayah yang sangat baik.Namun, tidak peduli bagaimana Rivano berusaha, Livy tidak akan pernah melupakan kekejamannya setelah Helen meninggal, serta kebanggaan pada ekspresi Kristin dan Zoey saat dibawa pulang.Saat ini, Livy tidak ingin meladeni Rivano. Dia sedang mencemaskan keselamatan neneknya.Tiba-tiba, pintu ruang operasi dibuka. Dokter berjalan keluar sambil menatap

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 88

    Tiga hari kemudian, Livy menyaksikan dengan mata kepala sendiri saat neneknya dikremasi. Ketika menerima guci abu, Livy hanya bisa menunduk dengan bengong. Semua ini terasa seperti mimpi. Namun, fakta menyadarkannya bahwa neneknya memang telah tiada.Preston mengatur semuanya dengan sangat baik, termasuk makam untuk neneknya. Livy dibawa ke pemakaman untuk mengubur neneknya.Pemakaman diadakan dengan sangat sederhana. Tidak ada orang lain, hanya ada Preston dan Livy. Charlene sedang syuting di luar negeri. Sehingga Livy tidak mengabarinya soal masalah ini. Dia tidak ingin Charlene khawatir dan berdampak pada pekerjaannya. Rivano sempat datang untuk berbelasungkawa, tetapi Livy mengusirnya.Saat ini, Livy berlutut di depan makam neneknya. Langit mendung dan mulai gerimis, persis dengan suasana hatinya. Makin deras air mata Livy, makin deras pula hujan yang turun.Preston memayungi Livy sambil menunggunya dengan tenang. Tiba-tiba, ponsel Preston yang berdering memecahkan keheningan.Satu

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 89

    "Hanya saja, Rivano juga menjenguk temannya yang sakit. Mungkin dia memang cuma ingin menjenguk nenek Livy. Tapi, ini bukan berarti kematian nenek Livy nggak ada kaitan dengannya. Mungkin kebetulan, mungkin juga bukan ...." David menganalisis dengan saksama.Preston mengernyit sambil menatap ke kejauhan. Entah apa yang dia pikirkan. Dia berujar dengan pelan, "Rahasiakan dulu hal ini."....Selama beberapa hari ini, Livy terus tidur. Dia terus bermimpi saat neneknya masih hidup. Setiap kali membuka mata, dia merasa kematian neneknya hanyalah mimpi.Namun, setiap kali Preston menyuapinya makan, Livy akan tersadar dari mimpinya. Neneknya benar-benar sudah tiada.Setelah memastikan semua ini nyata, pikiran Livy menjadi lebih jernih. Dia menyibakkan selimutnya dan berjalan tanpa alas kaki, lalu membuka pintu kamar.Rumah yang luas ini tampak kosong melompong. Matahari telah bersinar terik. Hari ini bukan akhir pekan. Jadi, Preston pasti sudah pergi ke perusahaan.Tina yang menjinjing keranj

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 90

    Ketika manusia sedang lemah, mereka selalu mencari sandaran. Kebetulan, Preston ada di sisi Livy untuk membantunya. Mungkin, ini hanya efek psikologis. Livy tidak berani berpikir terlalu jauh, apalagi mencintai Preston. Ini karena dia tahu betul bahwa dia bukan istri sah yang sesungguhnya.Kalau bukan karena ada Tina di sini, Livy tidak mungkin memanggil Preston dengan semesra itu. Biasanya, Livy memanggilnya dengan sebutan Pak Preston karena Preston memang atasannya."Sudah baikan?" tanya Preston setelah melepas sepatunya. Kemudian, dia menghampiri Livy.Livy mengangguk. "Sudah. Rencananya aku mau kerja besok.""Nggak usah repot-repot. Yang penting sembuh dulu." Supaya Livy tidak cemas, Preston pun menggodanya, "Lagian, perusahaan tetap beroperasi seperti biasanya tanpa kamu."Livy tahu Preston sedang bercanda dan bukan ingin mengejeknya. Hatinya terasa hangat. Dia bergumam, "Ya sudah. Aku istirahat sehari lagi. Lusa baru kerja."Livy tidak ingin menunda terlalu banyak pekerjaan. Sela

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 298

    Kalimat ini benar-benar kejam saat memarahi seorang pria. Chloe sama sekali tidak menjaga harga diri Stanley. Sungguh tajam dan mematikan. Bagaimanapun, pria paling pantang kemampuan ranjangnya dicela.Wajah Stanley sontak memucat, lalu akhirnya menjadi suram. Namun, karena ada orang lain di tempat itu, dia merasa malu untuk marah. Dia hanya bisa menenangkan Chloe dengan nada memelas."Ya sudah, aku tahu kamu cuma main-main di luar untuk membuatku kesal. Aku sudah menyadari kesalahanku dan aku nggak akan melakukannya lagi. Kalau kamu nggak enak badan, aku akan menemanimu selama dua hari ke depan dan menjadi pelayan pribadimu, oke?"Ugh .... Livy hampir muntah mendengarnya. Untung saja dia sedang lapar, jadi perutnya kosong. Kalau tidak, dia pasti sudah muntah karena mual."Nggak perlu repot-repot. Oh, mantan pacarmu masih ada di sini. Sepertinya dia juga sakit. Pak Stanley, kalau kamu peduli dan menanyakan kabarnya, mungkin kalian bisa balikan lagi," sindir Chloe yang kembali menyerang

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 297

    Menahan rasa pedih di hatinya, Livy berbalik untuk pergi. Samar-samar, dia mendengar Preston di belakangnya mengangkat telepon.Nada bicaranya tiba-tiba menjadi lembut, bahkan terdengar agak hangat. "Sylvia, aku masih sibuk.""Ya, aku nggak akan lupa."Mendengar sampai di situ, Livy hanya bisa tersenyum getir. Perbedaan antara cinta dan tidak cinta memang sangat jelas.Livy kembali ke kantornya, tumpukan pekerjaan masih menggunung. Dia mengusap perutnya yang mulai terasa lapar, lalu akhirnya memutuskan untuk turun dan mencari sesuatu untuk dimakan.Saat pintu lift terbuka, terlihat beberapa orang dari departemen lain yang masih lembur. Ketika melihat Livy, pandangan mereka menunjukkan penghinaan. Beberapa bahkan mendesaknya ke bagian paling dalam lift, seolah-olah Livy adalah sesuatu yang menakutkan."Itu dia, 'kan?""Ya, benar. Dia nggak terlihat seperti wanita penggoda, tapi trik yang digunakannya sangat hebat.""Hahaha, jangan bicara begitu. Gimana kalau dia dengar nanti?""Biarkan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 296

    Livy mengikuti Bendy ke ruangan Preston. Ekspresi pria itu terlihat kurang baik, tangannya memegang tablet, sepertinya sedang membaca pesan di grup.[ Livy dan Pak Bendy mesra sekali. Livy pasti sangat mencintainya. ]Setelah membaca satu per satu komentar, Preston perlahan-lahan mendongak menatap Livy yang berdiri di depannya. "Apa pendapatmu setelah mendengar orang-orang bilang kamu sangat cocok dengan Bendy?"Wajah Bendy langsung menjadi muram. Fitnah, ini benar-benar fitnah! Bukankah setiap kali dia mencari Livy karena perintah Preston? Dia hanya menjalankan tugas, tetapi foto-foto itu malah digunakan oleh orang lain untuk membuat masalah."Ini ... semua ini cuma kesalahpahaman." Livy menggigit bibirnya, menatap Bendy dengan agak canggung dan berkata, "Pak Bendy, apa kamu bisa meluangkan waktu untuk menjelaskan hal ini kepada semua orang?""Baik, aku akan segera mengurusnya." Setelah berkata demikian, Bendy langsung berlari keluar, khawatir dirinya akan terlibat dalam pertengkaran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 295

    Livy terpaku mendengar sindiran terakhir dari rekan kerjanya yang segera diikuti oleh tawa sinis."Berani melakukannya tapi nggak berani mengakuinya, ya?"Salah satu rekan kerja lainnya menarik lengannya dan berkata, "Sudahlah, jangan terlalu keras. Nanti dia atur kita jadi petugas kebersihan seperti yang dilakukannya sama adiknya."Usai bicara, para rekan kerjanya pun pergi.Livy yang kebingungan, menoleh ke Ivana yang masih di sampingnya. "Apa aku melakukan sesuatu yang membuat mereka marah?" tanyanya ragu.Ivana tampak sedikit canggung dan ragu-ragu sebelum akhirnya berkata pelan, "Livy, kamu benar-benar minta bantuan agar Zoey dipindahkan ke departemen pemasaran?"Livy terkejut dan segera bertanya, "Dari mana kamu tahu soal itu?"Ivana menghela napas panjang. "Grup obrolan perusahaan sudah heboh soal itu! Aku yakin kamu punya alasan sendiri dan aku tahu kamu bukan orang seperti yang mereka bicarakan. Tapi sekarang, di kantor ... rumor itu sudah menyebar ke mana-mana."Livy merasa s

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 294

    Livy tidak terlalu memikirkan hal itu. Bagaimanapun, ini adalah area umum, jadi melihat orang lewat adalah hal yang wajar. Saat kembali ke mejanya, Sherly baru kembali setelah beberapa waktu.Livy segera berdiri dan bersiap untuk melaporkan perkembangan proyek. Namun, suara salah satu rekan kerja di sebelahnya tiba-tiba terdengar. "Bu Sherly, tadi pakaian yang Anda pakai bagus sekali. Kenapa sekarang ganti baju lagi?"Sherly tersenyum tipis, lalu merapikan rambutnya dengan anggun dan menjawab, "Tadi agak kotor, jadi aku ganti."Setelah itu, dia menoleh ke arah Livy dengan ekspresi lembut dan memberikan komentar yang terdengar penuh perhatian, "Livy, tubuhmu belum sepenuhnya pulih. Seharusnya kamu istirahat saja di rumah. Aku nggak mau kehilangan salah satu talenta terbaik di departemen sekretaris ini."Ucapan itu segera membuat rekan-rekan lain di sana memandang Livy dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada rasa iri yang tidak bisa disembunyikan.Livy terkejut dan buru-buru berkata, "

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 293

    Livy hanya menggelengkan kepala dengan senyum pahit.Bergantung pada orang lain hanyalah kesia-siaan. Bahkan Preston yang masih berstatus sebagai suaminya saja bisa bersikap seperti ini padanya. Apalagi jika mereka bercerai nanti, siapa tahu apakah Livy akan menjadi korban balas dendamnya atau tidak.Livy harus fokus membangun kariernya sendiri. Hanya dengan memiliki kekuatan dan kemandirian, dia bisa hidup lebih baik.....Keesokan paginya, Livy bangun lebih awal untuk pergi ke kantor.Sherly sudah mengirimkan laporan perkembangan proyek selama dua hari terakhir. Begitu tiba di meja kerjanya, Livy langsung tenggelam dalam pekerjaannya.Seperti biasa, Ivana datang tepat waktu. Saat melihat Livy, dia terlihat terkejut. "Livy, bukannya kamu lagi sakit? Kenapa baru istirahat satu hari sudah masuk kerja lagi?""Aku sudah merasa lebih baik sekarang, jadi aku masuk. Proyek ini cukup banyak kerjaan, jadi aku nggak bisa terus beristirahat," jelas Livy dengan singkat."Iya juga sih." Ivana meng

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 292

    Amarah Preston hampir meluap dari dadanya. Genggaman tangannya di pergelangan Livy semakin erat, seolah ingin menghancurkan tulangnya.Tatapan dingin penuh kemarahan terpancar dari matanya, membuat Livy semakin gemetar. Air mata mengalir deras dari matanya karena rasa sakit yang tak tertahankan.Dengan suara terisak, dia mencoba menjelaskan, "Sayang, aku dan Nicky cuma teman. Bukan seperti yang kamu pikirkan. Kami nggak melakukan apa-apa ... bisa nggak kamu percaya padaku?""Percaya padamu?" Preston tertawa sinis, kemudian melepaskan genggamannya dengan kasar. Dia bersandar ke sofa dan menatapnya dengan pandangan penuh ejekan."Livy, ucapanmu nggak berarti apa-apa. Lebih baik buktikan dengan tindakan bahwa kamu nggak bisa meninggalkan aku."Livy tertegun. Buktikan? Mengapa dia harus membuktikannya?Dengan hati-hati, dia menyembunyikan pergelangan tangannya yang sakit di balik tubuhnya. Kemudian, dia bertanya dengan suara serak, "Kamu ... nggak ingin aku pergi, bukan?"Livy menatap Pres

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 291

    Pria itu bertubuh tinggi dan tegap. Auranya saat ini begitu menekan hingga membuat orang merasa tertekan."Pak Preston." Nicky menyeka sudut bibirnya yang berdarah sambil memberikan senyum sopan. "Namaku Nicky.""Aku nggak tertarik mengenal orang yang nggak ada hubungannya denganku," balas Preston dengan ketus, lalu langsung menggenggam tangan Livy dan menariknya.Tangan Livy yang baru saja terluka akibat pegangan Nicky, kini digenggam erat oleh Preston dengan kasar. Rasa sakit itu membuat air matanya hampir mengalir."Pak Preston, tangan Livy terluka!" kata Nicky dengan cemas dan mencoba mendekat. Namun, tatapan dingin dari wajah Preston membuatnya mundur dengan gugup."Dia itu istriku. Nggak butuh perhatianmu!" Suara Preston semakin dingin, dengan nada penuh ketegasan yang membuat siapa pun merasa kecil di hadapannya."Kalau begitu, boleh aku bertanya, Pak Preston? Apakah Anda benar-benar melindungi istri Anda dengan baik?" Nicky tahu bahwa kata-katanya akan memancing masalah, tetapi

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 290

    Livy ragu sejenak. Dia tahu Nicky selalu menganggapnya sebagai teman baik, dan kemungkinan besar telepon semalam telah membuatnya khawatir.Setelah memastikan melalui cermin bahwa luka-lukanya sudah tertutup dengan baik dan tidak terlihat, dia berganti pakaian dan turun ke bawah.Mobil Nicky terparkir di dekat air mancur yang tidak jauh dari rumahnya."Maaf ya, Nicky, semalam aku cuma terlalu tertekan. Maaf kalau aku mengganggumu," kata Livy dengan nada menyesal.Temannya tidak banyak, terutama setelah dia putus dengan Stanley. Livy awalnya berpikir bahwa hubungan mereka juga akan berakhir, tetapi nyatanya, Nicky tetap menjadi temannya."Nggak apa-apa. Orang yang bisa masuk ke Grup Sandiaga pasti orang-orang hebat, jadi wajar kalau merasa tertekan. Tapi, Livy, kamu sudah sangat luar biasa," jawab Nicky sambil memperhatikan Livy dengan saksama.Dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan Livy darinya. Namun, mengingat posisinya sebagai teman biasa, dia merasa tidak punya hak untuk bertanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status