Home / Lainnya / Malaikat Maut Sang Pelakor / Perpisahan yang menyakitkan

Share

Perpisahan yang menyakitkan

Author: Sastra Inema
last update Last Updated: 2022-02-28 09:35:37

Tangan Yuda tertahan oleh tangan kokoh yang lain.

"Hentikan semua kekerasan ini, Mas!" Sebuah bentakan menyurutkan gerakan tangan Yuda, matanya nyalang ... menyorot tajam pada pemilik tangan tersebut.

"Jangan ikut campur urusan rumah tangga kami, NARENDRA!!" ucapnya memberikan tekanan pada nama adik iparnya.

"Rumah tanggamu?" Pemuda tanggung itupun tersenyum sinis pada kakak iparnya,"Lalu ... harus aku biarkan kekerasan terjadi di depan mataku, sementara korbannya adalah kakakku satu-satunya?!" teriak Narendra kalap. Padahal biasanya, dia selalu diam dan tak mau ikut campur setiap kali terjadi keributan di antara suami-istri tersebut.

"Mama!!" Aira menjerit ketakutan menyaksikan semua yang terjadi di depan matanya. Usianya yang baru dua tahun, tak bisa menerima kondisi seperti itu. Tubuh mungilnya tampak gemetar ketakutan, dia menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Ranti.

"Kak, bawa Aira keluar! Kasihan dia harus melihat mamanya dipukul oleh ayahnya sendiri!" Tegas ucapan Narendra, lebih dewasa dari usianya yang baru 21 tahun.

Ranti segera berdiri dan memeluk putrinya erat, keluar dari kamar itu. Kamarnya bersama suami dan Aira.

Sekuat hati dia berusaha menahan amarah dan kesedihannya, hingga yang tersisa hanya air matanya.

"Dia yang selingkuh, dia juga yang meradang!" sungutnya perlahan. Dia tak ingin membuat Aira ssmakin ketakutan.

Ranti membawa putrinya keluar dari dalam rumahnya danemesan ojek online. Tujuannya hanya satu, rumah ibunya.

Selama ini dia tinggal terpisah dari ibu dan adiknya-Narendra. Dia ikut dengan Yuda mengontrak rumah di kompleks perumahan yang tak begitu jauh dari rumah ibunya, hanya sekitar iima kilometer.

Narendra memang sering menjenguk kakak satu-satunya itu, terkadang hanya mampir saat ada pelanggan yang tujuannya yak jauh dari rumah Ranti.

Bukan tanpa sebab, Narendra sering melihat lebam di tubuh Ranti, terkadang pelipisnya membiru, kadang bibirnya membengkak.

Meskipun Ranti tak mau cerita, tapi dia cukup mengerti apa yang terjadi dalam rumah tangga kakaknya.

"Udah punya nyali, ya, kamu! Mau lawan aku?!" Bentak Yuda berang, menatap penuh kemarahan pada Narendra.

"Maaf, Mas Yuda. Bukan aku mau ikut campur ataupun berani melawan Mas_" Narendra menarik napas dalam,"Tapi aku nggak sanggup melihat Mas terus menjatuhkan tangan sama Kak Ranti," jawabnya datar.

"Kamu tau, kenapa kakakmu itu pantas dipukul? Dia perempuan kurang ajar! Dia berani melawan suami!" ucap Yuda dengan nada tinggi.

"Apapun alasannya, aku nggak akan membiarkan itu terjadi lagi!" Narendra mengepalkan tangannya dengan kesal. Dia membanting pintu kamar dan melangkah pergi meninggalkan kontrakan kakaknya setelah yakin Ranti dan Aira telah pergi.

"Kalian memang keluarga ba**ngan!" Teriak Yuda kalap, dia membuka pintu kamar dan hendak mengejar Narendra untuk memberi pelajaran. Namun pemuda itu sudah memacu sepeda motornya dengan suara gas menderu.

"Awas saja! Kalau kulihat lagi mukamu di sini, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!" teriak Yuda seperti kesetanan. Beberapa orang tetangga menoleh ke arahnya, ada pula yang mengintip dari balik tirai rumah mereka.

Namun Yuda seperti tak perduli.

Dengan kesal dia kembali masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengab keras hingga menimbulkan suara berdebum.

Bahkanberapa ekor kucing yang sedang bersantai di pinggir pagar pun berlompatan menjauhi rumahnya.

Seminggu lamanya Ranti dan Aira tak berani pulang ke rumah mereka, takut emosi Yuda masih membara.

Di minggu berikutnya saat Ranti memberanikan diri untuk pulang ternyata Suaminya telah menikah lagi dan pergi bersama perempuan selingkuhannya dan meninggalkan kunci rumah pada pemilik kontrakan.

Bahkan, di bulan ketiga setelah kepergiannya yang tanpa kabar, datang surat dari pengadilan agama yang mengabarkan bahwa Yuda Pratama telah menceraikannya secara sepihak.

Hancur sudah perasaan Ranti.

Menyakitkan!

***

"Hhhh_!" Ranti menarik napas dalam-dalam. Jauh di relung hatinya, dia masih menyimpan kerinduan untuk mantan suaminya.

Meskipun terkadang bersikap kasar, sebelum ada perempuan lain dalam kehidupan rumah tangga mereka, Yuda selalu memperhatikan dan menyayangi dirinya dan Aira.

Ranti menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, dia merasa lelah.

Tak berapa lama, terdengar dengkuran halusnya.

Sementara, Narendra tampak seperti gelisah di dalam kamar.

Sejak masuk kamar belum sedetikpun dia duduk atau bahkan berbaring.

Sejenak dia berdiri dekat meja belajarnya dan mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya.

Tak lama dia berjalan mondar-mandir.

"Hhhhh_!" Dia mendesah,"Tulisan itu .

"Jangan-jangan ... Kak Ranti_," Narendra terus bergumam tak jelas.

Akhirnya dia duduk juga di pinggiran tempat tidur.

"Aku harus cari tau besok!"

Dengan perasaan yang masih gelisah, akhirnya Narendra memejamkan matanya.

***

Eh Bu ibu! Udah denger berita belum di tivi semalam?" tanya Bu Yayuk yang baru saja keluar dari rumahnya dan bergabung dengan ibu-ibu kompleks perumahan Royal, satu komplek dengan keluarga Ranti.

"Ada berita apa, Bu Yayuk?" tanya salah seorang ibu yang menggunakn daster dan rambut cepol, bel mandi.

Par ibu itu memang ssnang ngerumpi pagi sambil belanja dati Mang Piping yang selalu mangkal di Pos kompleks Royal itu.

"Itu, lho! Berita pembunuhan seorang wanita pelakor?" kata Bu Yayuk semangat merasa paling tahu.

"Wah! Heboh nih, kok tau kalau dia pelakor dari mana?" tanya yang lain.

"Ya, pembunuh itu kasih tulisan di deket korban ... tau, nggak? Apa yang dia tulis?" Bu Yayuk makin semangat, sementara para ibu yang lain fokus memperhatikan dirinya.

"Bunyinya ... Pemburu Pelakor ... makanya buat para wanita, nih. Hati-hati! Apalagi yang merasa menjadi pelakor!" Kata Bu yayuk lagi seraya melirik Santi yang terkenal di komplek itu sebagai istri simpanan.

Wanita cantik yang dimaksudkan hanya diam sambil tersenyum.

Sepertinya, dia telah terbiasa ddngab ejekan tetangganya.

"Mbak Santi, mah, pasangannya bukan receh. Biarpun simpanan, tapi polisi, loh!" timpal Bu Anggi seraya menyenggol bahu Santi.

"Ooohh ... iya! Aman-aman_!" seru Bu Yayuk sedikit mencibir.

"Hai ... Para emak ... apa kabar hari ini?" Tiba-tiba, Ranti muncul dari arah rumahnya. Hari ini dia libur kerja karena hari minggu, karena itu dia sempatkan belanja juga di Mang Piping.

"Eh! Mbak Ranti ... ada gosip hangat nih! Pasti mbak Ranti suka deh!" Bu Yayuk tetap terdepan dalam menyebar berita, sementara ibu-ibu yang lain hanya memasang telinga mereka dengan baik.

"Wah! Gosip apa, nih, Bu?!" tanya Ranti pura-pura bingung, padahal dia sudah tau apa yang akan dibicarakan oleh Sang Ratu Gosip di kompleks ini.

"Itu, lho, Mbak! Semalam ada berita Pemburu Pelakor!" katanya dengab semangat.

"Ah! Masa, sih? Kok saya udah tau, ya ... hahaha?" jawab Ranti berseloroh.

"Mbak Ranti ini lho ...!" Akhirnya Bu Yayuk hanya bisa cemberut.

"Biarin aja, Bu! Saya juga akan melakukan hal yang sama kayak gitu!" tiba-tiba, Ranti berseru geram.

"Maksudnya_?" Serempak para ibu yang hadir menoleh ke arah Ranti dan bertanya.

"Ahemmm! Maksudnya, saya juga akan membunuh semua Pelakor yang sudah merusak rumah tangga irang lain dan menyengsarakan anak istri laki-lakinya itu!" ujarnya berapi-api.

Semua terdiam.

"Sayuuurrr ...!! Ternyata, Mang Piping telah hadir di antara mereka.

Para ibu itu pun mulai berebut sayuran.

"Waduh! Si Mbak serem amat_!" kata Si  Mang yang ternyata mendengar perkataan Ranti.

"Hehehe ... becanda kali, Bang!" ucap Ranti tak ingin menambah masalah.

Akhirnya, mereka pun bubar ke rumah masing-masing.

Begitu pun Ranti yang langsung pulang untuk membuat sarapan bagi keluarganya.

Tok ... Tok ... Tok!

Terdengar suara ketukan di pintu depan.

"Siapa?" tanya Narendra yang baru saja bangun dan keluar kamarnya.

Betapa terkejutnya, saat membuka pintu, nampak dua orang anggota polisi sedang berdiri tepat di hadapannya.

"Selamat pagi, Pak. Apa benar di sini tempat tinggal Ibu Ranti?"

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Blue Sea
Yaelah si Yuda asal njeplak aja, main mau ngebunuh orang segala. ... gemes deh
goodnovel comment avatar
Sri Sularsih
kalau laki udah main tangan..jangan kasih ati..kasih bogem aja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Kepala Polisi

    Sehari sebelumnya di kantor polisi Wilayah Kota Yamon."Letnan Andi, bagaimana perkembangan kasus pembunuhan di perumahan Aman kemarin?" tanya Inspektur Andika-kepala polisi wilayah."Siap, Pak! Belum ada perkembangan yang signifikan karena pelaku tidak meninggalkan jejak sedikit pun," jawab Letnan Andi."Setelah dilakukan olah TKP, apa tidak ditemukan bukti tambahan?" tanya Inspektur Andika lagi."Siap, Pak! Tidak ada!" jawab Letnan Andi tegas."Baik! Bawakan semua berkas dan barbuk ke sini! Biar kasus ini saya ambil alih!" perintah Inspektur Andika."Siap!" Letnan Andi segera keluar dari ruang Inspektur untuk mengambil berkas yang diminta."Letnan, tolong temukan CCTV yang ada di sekitar lokasi kejadian. Bawa semua ke sini!" perintah Inspektur Andika setelah memeriksa berkas dan barang bukti yang diterimanya."Siap, Pak Inspektur!" Letnan Andi dan beberapa rekannya langsung menuju lokasi untuk menemukan CCTV yang ada di sepanjan

    Last Updated : 2022-02-28
  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Target Berikutnya

    Ranti mulai mengingat lagi apa yang dilakukannya di TKP pembunuhan Siska."Waktu itu, customer dengan akun Ox memesan Hoodie berwarna hitam beserta sarung tangan yang juga berwarna hitam ke toko online saya. Dia meminta saya mengirimkan pesanannya ke salah satu rumah yang ada di kompleks Aman. Dia membayar lewat minimarket, tunai," Ranti mulai penjelasannya."Lalu? Apa Bu Ranti sempat bertemu dengan Ox ini?" tanya Andika lagi."Dia tidak mau bertemu, dia hanya meminta saya meletakkan pesanannya di salah satu pagar rumah warga yang ada di sana," jawab Ranti,"Ya, sebagai penjual, saya ikut saja apa mau dia. Bagi saya yang terpenting dia sudah membayar lunas plus ongkos kirimnya." jawab Ranti santai.Inspektur Andika memperhatikan setiap gerakan Ranti saat menjawab semua pertanyaan, termasuk juga tatapan matanya."Baik! Apa Bu Ranti membawa handphone yang ibu pakai untuk transaksi kemarin?" tanya Andika lagi.Sedikit gugup, Ranti menjawa

    Last Updated : 2022-02-28
  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Korban Kedua

    Perlahan, mobil yang dikemudikan Gunawan memasuki halaman Villa yang cukup luas.Tiiitttt!Dia sengaja membunyikan klakson mobil sebelum turun agar Aida datang menyambutnya dengan seyuman.Benar saja!Dengan langkah yang dibuat seanggun mungkin, Aida keluar dari dalam Villa hanya dengan mengenakan gaun pendek yang memperlihatkan kemolekan tubuhnya.Lekuk tubuh sexi-nya tergambar dengan jelas membuat Gunawan seketika menelan salivanya dengan kasar.Sementara "adik kecilnya" mulai bangun dan mengencang."Maasss, kok, lama banget sampainya? Aku udah nunggu dari subuh!" sambut Aida. Dengan manja, gadis cantik itu bergelayut di leher lelaki yang menjadi bos di kantornya.Tak tahan, Gunawan langsung memagut bibir indah Aida yang langsung membalasnya dengan panas.Mereka tak menyadari, ada dua pasang mata yang tajam penuh kemarahan, sedang mengawasi gerak-gerik mereka. Intan sedang menunggu saat yang tepat untuk bertindak atas pengkhianatan suami tercintanya."Awas kamu, Mas! Aku tidak akan

    Last Updated : 2022-05-12
  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Pengembangan Kasus Pembunuhan Pelakor

    Sshhhh!Kembali terdengar suara mendesis dari bagian belakang rumah Ridho. Tentu saja, hal itu membuat Ranti semakin penasaran."Rend, apa yang mendesis itu? Kok, seperti suara ular?" akhirnya Ranti mengungkapkan rasa penasarannya."Oh! Iya, Kak! Itu memang suara ular kobra," Ridho yang menjawab seraya menatap ke arah Narendra, yang langsung mengedipkan mata seperti memberi kode."Buat apa kamu piara ular berbahaya itu?" tanya Ranti lagi, menatap Ridho penuh rasa penasaran."Anu, Kak! Bukan melihara, tapi_," Ridho menelan salivanya sebelum melanjutkan bicara."Lantas?" Ranti tidak sabar menunggu kelanjutan ucapan teman adiknya itu."Jadi, ular itu saya tangkap di hutan untuk dijual kembali, Kak," jawab Ridho lagi."Wow! Kamu tangkap sendiri? Apa nggak takut?" tanya Ranti super heran."Ada tekhniknya sendiri, Kak. Nggak bisa sembarang," jawab Ridho lagi mencoba memberi penjelasan."Hiiiii_!" Ranti bergidik ngeri, meski dalam hati ada terbersit pemikiran yang lain.Ranti kembali ingat t

    Last Updated : 2022-05-13
  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Kenangan Pahit yang Tersimpan dalam Dendam

    Sejenak Intan menatap lurus ke wajah Ranti yang hampir kehilangan jantungnya andai saja tak dilindungi oleh tulang rusuknya."Apa sebaiknya aku ceritakan lagi pada Pak polisi, ya?" ucap Intan masih menatap wajah Ranti yang kebingungan."Memangnya, apa yang kamu lihat? Apa yang mau kamu laporkan sama dia?" tanya Ranti penasaran namun terlihat gugup."Begini! Tadi sesaat setelah pergi dari villa itu dan dikejar oleh mobil Gunawan, aku melihat sekilas ada sepeda motor yang berpapasan dengan mobil kami," jelas Intan.Ranti terlihat semakin gugup namun penasaran menanti kelanjutan ucapan sahabatnya itu."Motor apa, kamu yakin dia pelakunya?" tanyanya antusias, tapi terlihat pias di wajahnya seperti menyimpan beban sesuatu."Motor Ninja, warna hijau!" jawab Intan cepat."Kamu lihat nggak wajah pengendaranya?" selidik Ranti, persis seperti gaya Inspektur Andika saat menginterogasi Intan dan Gunawan saat di kantor polisi."Ish! Kamu udah kaya Pak Andika aja, pakai sabar dong!" jawab Intan sam

    Last Updated : 2022-05-14
  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Apa Maksud Kedatangan Inspektur Andika ke Rumah Ranti?

    "Kamu gila, ya, Rend! Kakak bilang, ayo jalan!" Ranti menarik lengan adiknya yang hendak melangkah masuk ke dalam restoran padang."Tapi, Kak_!" Narendra memprotes tindakan kakaknya dan bersikukuh hendak melaksanakan niatnya semula, menghajar kakak iparnya, Yuda."Rendra! Kamu nggak kasihan sama Aira. Lihat keponakan kamu ini kedinginan. Ini udah malam!" Akhirnya Ranti membentak adiknya itu agar berhenti melakukan hal yang bodoh dan merugikan diri mereka sendiri.Narendra langsung meredup menatap Aira yang tertidur dalam pelukan ibundanya."Maaf, Kak. Aku terlalu emosi tadi," jawab Narendra menyadari kekeliruannya."Biarkan dulu mereka, Rend. Akan ada saat dimana kita bisa membalas semuanya," gumam Ranti meskipun dengan hati yang sangat sakit.Di sini, di tengah malam yang dingin, dia berjuang untuk kesembuhan putrinya. Sementara di sana, suaminya tanpa rasa berdosa, sedang berbagi kebahagiaan dengan wanita yang baru hadir dalam hidupnya."Diam-diam, Ranti menyusut air mata yang tak m

    Last Updated : 2022-05-17
  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Viona, target berikutnya??

    "Ular! Kamu gila, ya, Rend. Malam-malam begini bawa ular ke rumah?" teriak Ranti histeris. Sementara Andika mengerutkan keningnya meski tersungging senyum tipis di bibirnya."Ridho titip sebentar, Kak. Katanya besok diambil," jawab Narendra santai sambil mengangguk hormat pada Andika."Kalau begitu, saya pamit saja dulu!" Tiba-tiba, Inspektur polisi tampan itu bangkit dari duduknya dan berpamitan."Maaf, Pak! Apa kedatangan saya dan ular ini mengganggu Bapak?" tanya Narendra terlihat gusar."Oh, nggak! Ada panggilan tugas dari kantor polisi," jawabnya tegas."Terima kasih, Pak! Kalau ada yang bisa kami bantu akan segera kami laporkan ke kantor polisi secepatnya," ucap Ranti mengantarkan Andika sampai pintu.Pria bertubuh atletis itu mengangguk.Ternyata, dia mengendarai motor besar untuk sampai ke rumah Ranti."Apa tujuannya datang ke sini, Kak?" tanya Narendra saat Andika telah pergi."Sstttt!" Ranti langsung meletakkan telunjuknya di depan bibir, agar Narendra mengecilkan volume sua

    Last Updated : 2022-05-19
  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Dalam Pantauan Polisi, Terjeda

    Ternyata, Sang "Malaikat Maut" itu pintar bela diri sehingga dengan mudah menangkis serangan Viina yang asal saja.Bahkan, dengan gerakan cepat yang hampir tak terlihat, tiba-tiba tangannya yang memegang alat suntik telah berhasil menancapkan alat suntik ke leher Viona yang putih jenjang. Dengan cepat pula dia menekannya hingga semua isi yang ada dalam tabung suntik berpindah ke pembuluh darah korbannya.Viona hanya bisa menjerit dan mencoba menepiskan tangan irang tersebut, namun semua sudah terlambat.Dalam hitungan detik, tubuhnya yang seksi menegang dan bergetar hebat.Kejang-kejang sesaat dengan kulit wajah dan tubuhnya yang mulai membiru. Dari mulutnya keluar buih seperti orang keracunan.Di menit berikutnya, tubuhnya mulai ambruk dan tak bergerak. Sungguh mengenaskan, dengan mata yang masih membeliak seperti tak rela hidupnya harus berakhir seperti itu.Sementara Orang yang menyebut dirinya Malaikat Maut segera mencabut kembali alat suntiknya, tak lupa dia menyelipkan selembar

    Last Updated : 2022-05-22

Latest chapter

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Kisah Sedih Ridho

    Ridho mengernyitkan keningnya samar, baru kemudian menjawab dengan tenang."Mau berapa lagi yang Lu eksekusi, Bro?" tanyanya pelan. Tangannya masih sibuk mengelus kepala Si Jago miliknya. Sesaat kemudian dia berjalan ke arah kandang dan melepaskan ayamnya dalam kandang tersebut.Kukkuruyuuukkk!Terdengar suara lantang ayam tersebut, seolah kembali menantang lawannya.Ridho berjalan ke arah Narendra yang mulai terlihat sinis dengan mata merahnya. Sepertinya, minuman berkonsentrasi alkohol tinggi mulai menguasai dirinya."Hahaha! Kalau perlu gue akan buat semua jenis orang kayak gitu mampus di tangan gue!" ucapnya dengan lantang.Ridho yang menyadari situasi itu segera menutup mulut Narendra dengan tangan kanan dan menyeret tubuh sahabatnya untuk segera masuk ke dalam rumah."Gila, Lu! Jangan teriak-teriak di luar. Lu mau semua orang tahu dan dengerin omongan lu yang mulai ngaco! Udah, mending Lu istirahat dulu, deh. Tar kalau udah sadar gue ajakin liat target!" ucap Ridho, mendorong t

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Penangkapan Pak Surya

    Andika melepaskan tembakan ke udara untuk menghentikan gerakan seseorang yang terlihat sedang berusaha melarikan diri.Polisi segera mengejar ke arah suara itu."Berhenti atau kami tembak!" Kembali Andika berteriak dengan lantang. Namun orang yang berpakaian serba hitam yang baru saja melompat melalui jendela dati kamar bagian belakan rumah Ranti, sama sekali tidak mengindahkan seruan tersebut."Satu ...,""Dua ...,""Ti ... ga!"Dorrr! Dorr!"Aahhhh ...!" terdengar suara teriakan orang tersebut berbarengan dengan jeritan Bu Diah yang menyaksikan langsung peristiwa itu.Seketika, orang berpakaian serba hitam dan memakai penutup wajah yang berwarna hitam pula itu jatuh terduduk sambil memegangi kaki kanannya yang terkena peluru dan mengeluarkan banyak darah.Andika dan anak buahnya segera menghampiri orang tersebut."Siapa kamu!" bentak Andika dan memberi isyarat pada Letnan Ardi untuk membuka penutup kepala orang tersebut.Seketika, mereka semua terkejut melihat wajah yang ada di bali

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Pengejaran

    "Itu ... itu cleaning servis yang ada di depan ... jangan-jangan dia pelakunya!" Suster Murni berseru dengan lantang, telunjuknya menunjuk tepat ke wajah orang yang sedang dizoom oleh Letnan Ardi pada layar monitor.Seketika Inspektur Andika dan Letnan Ardi fokus menatap pada Suster Murni."Maksud Suster ... Anda pernah melihat orang ini juga sebelumnya?" tanya Andika dengan penuh selidik."Iya ... iya, saya yakin bertabrakan dengan cleaning servis ini sesaat sebelum peristiwa itu terjadi," jawab Murni dengan sangat yakin."Tunggu dulu! Di sini kita lihat dia baru berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Ini berarti tiga puluh lima menit sebelum tewasnya Ibu Vira. Kita lihat, dia tidak mengenakan seragam cleaning servis rumah sakit ini. Coba cari gambar orang ini di tempat lain sekitar rumah sakit!" perintah Andika sedikit bersemangat karena mulai menemukan titik terang."Kita zoom dulu wajahnya!" seru Andika lagi, hampir saja terlupa."Gambarnya sedikit blur, Pak. Apalagi dia menggunaka

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Vira Tewas Terbunuh

    Murni segera berlari kembali menuju kamar Vira.Apa yang dilihatnya sungguh membuat jantungnya seperti ingin melompat dari tempatnya.Tampak di atas kasur, tubuh Vira yang sedang menggelepar seperti ikan kehabisan air.Posisi kepalanya berada di sisi pembaringan, sementara tubuhnya telentang di atas kasur.Wajahnya membiru dengan mata mendelik. Dari sudut bibirnya keluar busa yang langsung jatuh ke lantai. Tangannya memegangi leher seperti mencekik diri sendiri, padahal mungkin sedang mencari udara untuk bernapas."Ya, Tuhan! Panggil Inspektur Andika ... cepat!" teriak Murni, entah pada siapa. Tersadar, dia langsung memencet bel pemanggil Dokter dengan panik."Kecolongan, Dok! Kita kecolongan. Padahal baru saya tinggal beberapa menit. Saya pikir masih ada polisi yang berjaga di sekitar kamar Ibu Vira!" teriak Murni panik saat Dokter Widya yang menangani Vira saat ini datang. Tanpa banyak bicara Dr. Widya langsung memeriksa kondisi Vira yang masih sekarat, tubuhnya dangat lemah dan n

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Bukti yang Hampir Terungkap

    "Selamat pagi Bu Vira, saya Inspektur Andika dari kepolisian. Bagaimana kondisi Ibu saat ini?" tanya Andika setelah memberi hormat dan berdiri di samping pembaringan Vira.Perlahan, Vira memutar kepalanya yang sedang menatap dinding kamar VIP di rumah sakit kepolisian. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat itu.Sesaat, ia nampak bingung dan mengerutkan keningnya."Saya ada di mana, Pak Polisi? Apa yang terjadi sama saya?" tanyanya dengan linglung, membuat Andika sedikit terhempas, raut wajahnya seketika berubah kelam.'Jangan-jangan dia amnesia?' bisiknya dalam hati."Apa Ibu tidak ingat kejadian apa yang membuat Ibu masuk rumah sakit ini?" tanya Andika masih dengan penuh harapan.Di mana suami saya, Pak, apa dia baik-baik saja?" Kembali pertanyaan Vira membuat Andika mulai kehilangan semangat. Tapi sebagai seorang polisi yang berpengalaman, dia tidak boleh menunjukkan kegelisahannya pada anak buahnya yang ada di ruangan itu."Baiklah, sebaiknya Bu Vira istirahat dulu supaya tenan

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Petunjuk Baru

    "Orang itu siapa, Yah?" Ranti mengernyitkan kening, menunggu ayahnya melanjutkan penuturannya.Namun, tampaknya sulit untuk Pak Surya mengatakan apa yang dia ketahui."Dia ... Ayah juga tidak tahu!"Akhirnya, hanya ucapan itu yang terucap dari bibir tuanya. Lelaki paruh baya itu segera melangkah pergi menuju ruang dalam. Sekilas dia melirik ke arah kamar putranya, Narendra.Langkahnya terlihat gontai, seperti sedang ada yang dipikirkan, tatapan matanya begitu rumit.Krietttt!Tiba-tiba, pintu kamar Narendra terbuka dan muncul sosok tampan itu di depan pintu kamar."Bu, mau sampai kapan laki-laki itu di sini?" tanyanya dengan sinis.Matanya berkilat seperti pedang yang siap menebas punggung Pak Surya yang sempat menghentikan langkahnya sejenak saat mendengar suara putranya."Rend, jangan seperti itu, Nak! Biar bagaimanapun dia tetap ayahmu ... sebenci apapun harus tetap menghormatinya," ucap Bu Diah dengan lembut. Jemarinya menepuk sofa di sampingnya, memberi isyarat agar Narendra dud

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Karena, Orang Itu Adalah ....

    ..Orang itu melangkah pergi sambil tersenyum miring."Assalamualaikum ...!" Terdengar suara salam di pintu depan rumah Ranti. Ternyata Narendra yang baru pulang, entah dari mana."Wa'alaikummussalam," jawab Bu Diah dan Ranti hampir bersamaan. Mereka menoleh sekilas ke arah pintu."Rend, di kamar belakang ada ayahmu," ucap Bu Diah singkat, memberitahu keberadaan Pak Surya."Biar saja, bukan urusan aku, Bu," jawab Rendra acuh, seakan tak peduli sama sekali."Jangan biarkan dia berlama-lama di sini, Kak! Lagipula apa maksudnya Andika itu menyuruh orang tua itu tinggal di sini!" sambung Narendra dengan sengit."Huss!" Ranti langsung mendelik ke arah adiknya. Narendra berlalu begitu saja, masuk ke dalam kamarnya sendiri.Sementara wajah Bu Diah sekilas terlihat pias, dia menghela napas dengan berat."Maafkan Ibu, Rend. Andai dulu aku bisa membuat Mas Surya bertahan denganku, mungkin kamu nggak akan menanggung kebencian sebesar ini pada ayah kandungmu," bisiknya dalam hati.Akhirnya, wanita

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Ayah yang Bersalah

    Pak Surya menarik napas berat, kepalanya masih terdongak menatap wajah di balik topeng hitam yang menutupi jambret itu."Sekali lagi aku bilang, keluargamu menjadi taruhan atas setiap tindakanmu, pikirkan itu!" desis orang itu sambil mencampakkan kepala Pak Surya begitu saja hingga orangtua itu terhubung dan hampir jatuh. Mereka sama sekali tidak menyentuh Ranti yang masih tergugu di dekat sepeda motornya, pandangannya tak lepas dari ayahnya. "Ternyata dalam tas butut ini tak ada yang menarik. Nih, aku kembalikan!" teriak orang yang memegang tas Ranti dan merogoh isi tas itu. Dia langsung melemparkan tas kecil itu begitu saja ke atas rerumputan. Dalam sekejap, deru motor mereka yang memekakkan telinga sudah memecah kesunyian, meninggalkan raungan keras. Ranti menutup telinganya sambil melangkah dan memungut harta miliknya di atas rumput."Kalianlah yang terlalu bodoh. Kalau mau jambret orang lihat-lihat dulu dong! Sudah tahu miskin main jambret aja, cari yang pakai mobil mewah sana!"

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Jambret itu ...

    "Bu, jadi gimana menurut Ibu?" tanya Ranti pada Ibunya melalui sambungan telepon."Ya, sudah! Kalau Pak Andika memang bilang seperti itu. Bawa ayahmu tinggal untuk sementara. Di sebelah dapur, kan masih kosong," jawab Bu Diah setelah berpikir beberapa saat.Ranti menarik napas lega, lalu mengalihkan pandangannya pada Polisi tampan yang ada di depannya.Andika yang sedang menatap wajahnya tanpa berkedip, terkejut dan merasa agak kikuk karena kepergok sedang memperhatikan gadis manis itu.Ranti juga langsung mengalihkan pandangan ke arah lain dengan jantung berdebar."Nhapain, sih, dia perhatiin aku sampai segitunya," pikir gadis itu."Kalau begitu, apa saya boleh bawa ayah saya sekarang, Pak?" tanya Ranti untuk menghilangkan kegugupannya."Oh, ya. Silakan," jawab Andika dan langsung menghubungi anak buahnya melalui aiphone,"Letnan Andi, tolong bawa Pak Surya ke sini! Keluarganya sudah menjemput!" perintahnya tanpa basa-basi."Siap, Pak!" Terdengar jawaban dari seberang telepon.Tak ber

DMCA.com Protection Status