Jakarta City, siang hari
Seorang pemuda berusia dua puluh tahunan. Dia mengurung diri di kamarnya. Dia memegang sebuah pena dan sudah sejak tadi tangannya di atas kertas. Entah apa yang akan dilakukannya, menulis sesuatu? Tapi, dia tak melakukan apapun dan hanya gemetar tangannya.
Dua tahun sudah lelaki berusia 21 tahun tersebut mengurung diri di kamarnya. Namanya, Kenan Kalandra. Rasa malu dan tak percaya diri sudah memenuhi seluruh hidupnya. Hidup dalam ketakutan dan rasa malu yang sangat.
Peristiwa dua tahun lebih yang menimpanya, membuat pemuda itu menjadi pribadi yang tertutup. Ibunya, Ghina tak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya menunggu dan bersedih setiap saat. Anaknya, Kenan menjadi korban bullying dan bahkan dipermalukan saat pesta wisuda anak SMA saat itu.
Ghina tak bisa berbuat apa-apa, dia baru mengetahui anaknya adalah korban bullying selama tiga tahun dia bersekolah. Anak-anak orang kaya itu, mereka telah menghancurkan masa depan puteranya dengan mempermalukannya.
”Kenan! Makanlah Nak,” Ghina, sang Ibu memberikan makanan seperti biasanya. Dia tak bisa menahan tangisnya, melihat kondisi anaknya yang kini bahkan tak berani keluar dari kamarnya sama sekali.
Sang Ibu kembali bersedih, airmatanya menetes begitu saja. Dia meratap di depan pintu kamar putera satu-satunya. Kesedihan seorang Ibu adalah kesedihan dunia itu sendiri. Ibu Ghina hanya bisa berdoa agar puteranya itu bisa kembali menjadi manusia normal. Dia bisa keluar dan percaya diri untuk bisa menghadapi rasa ketidakberdayaannya, dan itulah yang diharapkan oleh Ibu Ghina.
Lima belas menit kemudian, sang Ibu menaruh makanan dalam piring itu di meja di dekat pintu masuk kamar anaknya. Entah akan diambil kapan, tapi puteranya itu akan tetap mengambilnya meskipun hanya sekali dalam sehari. Ibunya selalu menaruh makanan dengan lauknya tiga kali sehari. Biasanya, dua piring tidak akan disentuh dan diambil.
Begitupun dengan minuman, bu Ghina menaruh galon air di sisi pintu kamar anaknya tersebut. Ghina hanya tinggal berdua bersama puteranya tersebut, sedangkan suaminya sudah meninggal saat bekerja sebagai seorang tukang bangunan.
Kenan yang malang! Bu Ghina pun kembali ke rutinitasnya, dia harus bekerja dengan memasarkan dagangan secara online. Dia menjual kue demi memenuhi kebutuhan keluarga, dia kini sebagai punggung keluarga.
Suatu hari, Ghina yakin bahwa puteranya akan kembali ceria. Seperti saat dia kecil. Ghina juga mengutuk mereka yang telah membully anaknya, hingga membuat Kenan bahkan tak lagi punya harga diri.
Di dalam kamar, untuk kesekian kalinya. Kenan hanya terpaku, duduk di depan laptopnya. Dia memainkan pena di atas kertas. Menggerakkan pena itu hendak menulis. Namun, dia gagal lagi untuk melakukannya.
Apa susahnya menuliskan sesuatu dan menaruhnya di depan pintu. Agar pesan itu dapat dibaca oleh Ibunya, pesan meminta maaf pada Ibunya. Karena, Kenan telah menjadi seorang anak yang tidak bisa diandalkan!
Semua ini gara-gara mereka! Mereka yang telah menghancurkan hidup Kenan.
Tiga tahun, Kenan mengalami masa sulit di sekolahnya. Dia selalu diganggu, dipukul di rampas uang sakunya. Kenan bahkan akan dipukul jika berani menolak mereka ketika disuruh dan dijadikan seperti seorang budak. Kenan mengalami kekerasan, dan Kenan hanya menahannya.
Kenan tidak mau melapor pada Ibunya. Dia takut Ibunya kecewa, dia ingin Ibunya tenang dan bahagia. Hingga akhirnya, saat hari wisuda. Kenan ditahan dan dilucuti pakaiannya hingga hanya mengenakan celana dalam. Dia dipermalukan karena sebelumnya dimasukkan ke dalam sebuah kotak dan ditunjukkan pada semua rekan sekelas mereka.
Hidup Kenan hancur, dia malu dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Di sana, di antara para siswa. Ada wanita yang dicintainya. Wanita itu adalah Luna. Dia melihat Kenan saat hanya memakai celana dalam dan dibungkus dalam kado besar. Semua rekannya sekelas menertawakannya.
Kenan merasa hidupnya hancur dan dia berlari. Sejak itu, dia tak mau keluar dari rumahnya. Dia bahkan sangat malu dan terus terpuruk dalam kesendirian di kamarnya. Kenan bahkan takut jika keluar rumah, dia akan bertemu dengan orang-orang yang telah jahat kepadanya selama ini.
Penyiksaan dan juga rasa malu. Semua bercampur jadi satu. Ketakutan yang berlebihan dan juga perasaan rendah diri. Dia sudah direndahkan serendah-rendahnya.
Kenan telah mengalami Agoraphobia, dimana dia mengalami rasa takut dan cemas yang berlebihan. Dia mengalami ketidakberdayaan dan juga terperangkap dalam sebuah kecemasan. Dia juga merasakan malu yang luar biasa.
Tangan Kenan bergetar lagi, dia hendak menulis sebuah kalimat. Dia hanya ingin menulis kalimat meminta maaf pada Ibunya. Hanya itu saja, tapi tangannya terus bergetar dan akhirnya dia tak bisa menuliskannya. Dia lalu terjebak dalam imajinasinya sendiri. Seolah, dia ingin pergi dari dunia ini.
Kenan tak sanggup lagi untuk menghadapi dunia ini. Dia selalu berharap menghilang dari dunia ini. Dia sudah hancur! Bahkan untuk keluar rumah pun dia sudah tak punya keberanian. Wanita yang dicintainya, Luna. Dia pasti ikut menertawakannya.
Sial! Sial! Sial!
Kenan menggoncang tangannya dan membuat kertas di mejanya berserakan jatuh. Dia memegang kepalanya. Rasanya sakit tiba-tiba. Kenan bangkit dan berjongkok di ujung kamarnya. Dia sempurna jatuh di bawah dan tak tahu lagi akan melakukan apa.
”Tuhan! Jika keadilanMu memang ada. Maka, pindahkan saja aku dari dunia ini! Biarkan aku hidup di suatu tempat. Dimana tidak ada yang mengenalku, Tuhan!”
Gigi-gigi Kenan nampak saling beradu, suara gemeretukan akibat gigi atas dan bawah Kenan saling beradu. Dia seolah mengalami kesumat yang berlebihan kembali. Kenan pun menundukkan kepalanya hingga menyentuh kedua lutuhnya.
Hidupnya benar-benar hancur dan kacau! Mengurung diri di kamar. Rambut Kenan bahkan tidak terurus dan panjang. Kenan hanya berharap dirinya bangkit dari keterpurukan ini, atau dia hancur dan menghilang dari dunia ini.
Rasanya ..., Kenan sudah tak tahan hidup di dunia ini lagi. Dia tak ingin menyusahkan ibunya lagi. Jika sudah tak kuat lagi berpikir, Kenan lebih memilih untuk tidur dan melupakan semua masalah ketakutan dan rasa malunya.
Saat tidur, itu adalah saat yang paling ditunggu oleh Kenan. Dia berharap mimpinya akan selal membuatnya bisa bahagia. Bermimpi memimpin sebuah kerajaan di dunia fantasi, menjadi seorang ahli bela diri di dunia yang lain. Teori multiverse adalah pendukungnya. Jika saja, ada seorang yang bisa menembus dimensi ini dan menjemputnya.
Maka, dia pasti akan sangat bahagia. Dia sudah terjebak dalam kehancuran. Untuk melangkah keluar dari kamar saja, rasanya sangat berat bagi Kenan.
JEGLEEERRR!
Suara halilintar tiba-tiba terdengar sangat keras.
Halilintar di siang yang terang? Kenan bahkan kaget dan hampir saja jatuh dari duduknya. Ketakutannya semakin menjadi saat mendengar suara keras yang menggelegar.
Mitos tentang halilintar dan dunia fantasi. Kenan sangat menyukai hal itu, konon Halilintar membawa kekuatan yang tersembunyi bagi mereka yang mampu bertahan saat tersambar halilintar. Tentu saja itu hanya mitos, meski begitu, Kenan menyukai cerita seperti itu.
Kenan pun memberanikan diri berdiri di dekat jendala sambil tetap memegang pulpennya. Dia mengendap ke arah jendela dan membuka Gorden. Perlahan dan dia melihat suasana panas menyengat.
Apakah aku bermimpi! Kata Kenan dalam hatinya. Halilintar?
SPLASH!
”Aaahhhhhh!” sebuah cahaya yang menyilaukan dari atas menimpa Kenan, rasanya terang dan bahkan sangat terang hingga mata Kenan sulit melihat. Namun, yang dirasakannya kini berbeda. Seperti angin yang sangat kencang dan sekejap kemudian berhenti begitu saja.
Mata Kenan membuka dan dia tiba-tiba saja berada di sebuah tempat terbuka.
Dimana aku? Apakah ini ..., dunia fantasi? Ataukah sebuah mimpi?
”Tuan Makhluk panggilan, tolong kami! Kalahkan Iblis Roksan untuk kami!” sebuah suara yang lembut menyadarkan lamunan Kenan.
”Apakah ini mimpi?” Kenan membuka tangannya ke masing-masing arah, dia membuka tangannya. Pena masih dipegang di tangan kanannya. Rasanya sangat sejuk dan itu adalah sebuah tempat yang sangat nyaman. Mimpi itu memang indah, tidur adalah cara terbaik untuk memghilangkan kepenatan dan kecemasan. Mata Kenan sempat terpaku melihat wajah putih dan sangat cantik di depannya. Wanita itu terlihat sangat sederhana, wajahnya bagai pualam saat purnama. Benar-benar indah. Tapi, pakaiannya seperti pakaian seorang ... penyihir? Baju putih dan ada rompi di luarnya. Dia memakai gaun yang mirip dengan seorang penyihir. ”Tuan Roh! Aku mohon, kalahkan Iblis Roksan. Dia akan menghancurkan kami semua! Lindungi kami!” wanita cantik itu berkata lagi. Kenan merasa heran, dia sendiri melihat sekeliling sekali lagi. ”Apakah ini, mimpi?” tanya Kenan. ”Tidak tuan Roh, ini adalah kenyataan. Saya memanggil anda dengan kekuatan penuh saya sebagai penyihir. Tolong kalahkan Iblis Roksan untuk melindungi kami!” K
Wuusshhh! Cahaya berpendar. Tubuh Kenan seolah disedot dari langit dan dia menghilang dalam cahaya dan dia tiba-tiba sudah berada di kamarnya dengan cahaya yang masih menyisa. Dia seperti seorang di sebuah panggung dan cahaya lampu yang terang sedang menyorotnya. Cahaya itu menghilang dan dia hampir jatuh. Tangan Kenan menahan tubuhnya di meja belajar di samping kamar tidurnya. Dimana ini? Apakah aku sudah bangun dari mimpi? Pikir Kenan. Tapi ..., itu bukanlah mimpi. Itu adalah kenyataan! Benar! Itu terlalu aneh jika mimpi. Gadis bernama Aeera itu, dia bahkan tak bisa dilupakan oleh Kenan. Itu adalah wajah yang sangat cantik dan lugu. Itu bukan mimpi. ”Panggil aku lagi, Aeera!” teriak Kenan, tak ada jawaban dan hanya ada kesunyian. ”Tolong panggil aku lagi, Aeera. Kumohon, panggil aku lagi! Aku tidak mau hidup di dunia ini lagi! Biarkan aku hidup di dunia mimpi itu lagi!” Kenan menjatuhkan lututnya di lantai. Dia benar-bener terpuruk, perasaan cemas, takut dan malu bercampur lag
”Tolong panggil aku lagi Aeera! Tolong panggil aku lagi, kumohon ...” sudah berapa kali Kenan mengatakan hal itu. Dia gemetaran, berpindah dari satu sisi di kamarnya ke sisi yang lain. Dia pindah dari pojok kamar, lalu pindah lagi di kursi, di kamar dan berputar berjalan kesana dan kemari. Dia melihat ke jendala, menunggu adanya halilintar menyambar. Dia bahkan sangat ingin agar halilintar itu segera datang. Tak peduli apapun! ”Apakah itu semua hanya mimpi?” Kenan memejamkan matanya, jika hanya mimpi. Kenapa terlalu nyata untuk dapat dikenang. Wajah itu, wajah yang sangat cantik dan lugu milik Aeera. Sebelumnya, Dinan berdoa pada Tuhan agar ada orang dari dimensi lain atau dunia manapun yang memanggilnya dan membawanya pergi dari dunianya. Tapi, sudah satu minggu, tidak ada lagi keajaiban mimpi itu. Tidak ada lagi tentang sihir panggilan! Apakah memang itu hanya mimpi? Internet! Kenan mencari tahu semua hal tentang sihir pemanggilan, bisa jadi dunia itu benar-benar nyata dan ada d
Wuusshh! Kenan mulai merasakan jiwa raganya disedot dari atas. Dan bagaikan percepatan yang luar biasa dan tanpa bisa diukur kecepatannya. Dia seperti kehilangan kesadaran dalam waktu yang sangat cepat. Dan dia sudah berada di suatu tempat dan dia mulai memulihkan kesadarannya. Seolah, serpihan jiwanya masih mulai terbentuk dan terkumpul. Di mana ini? ”Tuan Kalandra, tuan Kalandra!” sayup-sayup terdengar, namun semua seperti agak samar. Suara wanita, suara yang lembut. Dimana ini? Seolah dirinya sedang berenang di dalam air yang sangat tenang, sangat tenang dan seperti kulitnya bersentuhan dengan air yang menyejukkan. Air? Kenan menggoncangkan kepalanya, sedikit berat. Ini benaran di air? Kenan mulai sadar. Dia menampar wajahnya sendiri dengan telapak tangan kiri. Matanya membuka, di depannya seorang wanita sedang kesulitan bergerak dengan tangan dan kakinya. Itu adalah ..., Aeera? Dia sedang berusaha naik dari air ini. Dia tenggelam! Kenan sigap, dia melihat Aeera dan segera men
Tiga orang yang ditangkap Kenan adalah; Asin, Samuel dan Monica. Ketiganya kini berada di sendok besar yang mampu menampung mereka. Sihir milik Kenan mampu memperbesar sendok yang sebelumnya kecil. ”Apakah itu makhluk panggilanmu, Aeera?” Monica sedikit ragu, dia mulai tak lagi membully Aeera sejak kejadian sebelumnya. Saat, Aeera mengalahkan Iblis Roksan. Sebelumnya, para murid dari Akademi Cyprus hendak ke seberang perairan. Di sana, ada tempat manusia yang memproduksi tanaman dan juga material sihir. Tanaman digunakan untuk penyembuhan dan healing, sedangkan material sihir digunakan untuk memperkuat item sihir dan juga sarana meningkatkan kemampuan sihir mereka. Mereka semua harus naik level, sehingga membutuhkan healing dan juga item sihir sehingga kekuatan energi mereka meningkat. Ketika level mereka meningkat, maka kekuatan makhluk yang dipanggil akan semakin meningkat. Seberang dari perairan itu adalah kota York. Di sana, ada beberapa tempat manusia yang tersembunyi yang jug
Splash!Serpihan jiwa Kenan mulai menyatu kembali. Dia sudah muncul di kamarnya lagi, di depannya ada makanan dan sendok sudah hilang dari tangannya. Jadi, ini semua bukan mimpi! Ini adalah kenyataan yang sebenarnya.Kini, dia adalah Makhluk Panggilan yang akan dipanggil oleh penyihir cantik Aeera. Tiba-tiba senyuman Kenan megembang. Jika itu kenyataan, maka Tuhan menjawab permintaannya. Dia dipanggil oleh seseorang entah dari dunia dan dimensi mana. Kenan belum paham, dia akan menanyakan itu ketika dipanggil lagi oleh Aeera.Tapi sebelum itu, Kenan teringat sesuatu. Benar! Aeera tidak bisa memanggil dan mempertahankannya lama di dunia yang ditempati Aeera. Dia membutuhkan apa itu, Kenan mengingat sesuatu. Seperti ..., pertahanan atau sihir?Kenan segera membersihkan tangannya dengan air, mengambil lap. Meskipun jiwanya masih sedikit pusing karena baru saja berpindah dimensi. Dia memaksakan dirinya, dia melihat layar laptop dan menghidupkan internet.Kenan mencari tahu tentang semua t
Sepuluh murid sihir dari akademi Crypton sampai di daratan. Mereka semua selamat karena makhluk panggilan yang dipanggil oleh Aeera.”Aeera, siapa nama Makhluk panggilanmu itu?” tanya Monica, dia merasa bersalah selama ini selalu membully Aeera. Namun, Aeera bahkan menyelamatkannya dari monster Grotai. Monica sendiri heran, dia belum pernah melihat makhluk panggilan dengan bentuk seperti manusia. Belum pernah ada sama sekali.”Dia bernama Tuan Kalandra, dia memang hebat,” kata Aeera tanpa ragu lagi, dia selalu tersenyum ketika mengingat tuan Kalandra dan bagaimana dia penuh gaya mengalahkan para monster dan juga iblis.”Bagaimana kamu melakukannya, Aeera? Apakah kamu sudah mengenal makhluk panggilanmu itu sebelumnya?””Tidak Monica, aku sama sekali tidak mengenalnya. Mungkin saja, dia adalah seorang Immortal.”Imortal adalah lawan kata dari mortal. Mereka seperti makhluk yang punya umur panjang dan kekuatan besar. Di dalam dunia ini, ada ras monster dan iblis yang menguasai daratan. M
Kenan terus berusaha untuk belajar menguasai mana divine, hal itu membuatnya merasa tenang. Mungkin, itu seperti Yoga yang dilakukan banyak orang untuk membuat pikiran rileks sehingga menjadi lebih sehat. Beberapa orang mengatakan semedi dan menghisab energi di sekitarnya.Di semua tempat, ada penjelasan masing-masing soal hal tersebut. Kenan memulai pelatihan pernapasan, mencoba berpikir tenang.”Dasar sampah!””Memalukan!”Plak!”Injak dia!””Siksa dia!””Lucuti dia!””Permalukan dia!”Mata Kenan berkedut, ketenangannya terganggu. Dia teringat semua perundungan yang menimpanya dulu. Tubuhnya gemetaran, dia benar-benar tak tahan! Dia gemetaran, keringat mengalir di wajahnya.”TIDAAAAAAKKKK!”Teriak Kenan. Saat dia memulai ketenangan, mencoba untuk menghilangkan semua pikiran. Tiba-tiba semua penyiksaan dan dirinya dipermalukan terbayang.”Aku sudah tidak tahan hidup di dunia ini lagi!”Teriak Kenan, dan kedua tangannya terbuka mencakar lantai di bawahnya. Dia kesumat, sulit untuk ten