POV Eros
Tatapan tajam aku arahkan pada Siska dan tampaknya membuat punggungnya merasa tertusuk. Sudah aku katakan untuk segera pergi dari gedung ini, tapi dia malah berbincang dengan Kanya, dan kenapa Kanya juga keluar ketika wanita ular ini keluar dari apartemenku?
“Kenapa kamu masih di sini?” tanyaku pada Siska dengan nada yang tentunya tidak ramah seraya melangkah ke arah dua wanita yang sedang berdiri menatap ke arahku.
Aku dapat merasakan kalau Kanya takut-takut melakukan kontak mata denganku, dia memilih untuk menundukkan kepalanya. Entah apa yang telah dikatakan oleh Siska, sehingga Kanya menjadi enggan untuk melihat ke arahku dengan berani seperti sebelumnya.
“Eros, aku hanya—”
“Pergilah! Kamu sudah tidak ada urusan lagi di sini.” Potongku dengan kasar.
Aku tidak senang kalau dia memasang wajah cerah di depan Kanya hanya untuk memanipulasi Kanya, dan aku tahu Kan
Kanya POV
Eros POVSudah sangat jelas kalau dia merasa cemburu; awalnya aku hanya menggoda saja, tapi Kanya terlihat gugup dan dia tidak mau mengaku. Ya, siapa juga yang mau me
Kanya POV
Eros POVSetelah setengah hari bersama makan siang dan berbelanja bahan makanan bersama Kanya. Aku merasa lelah, dan bukan hanya itu, aku merasa ada seseorang yang mengawasi kami sejak berada di restoran.Aku melihat ke sekeliling mini market, tap
Kanya POVAku cekikikan sambil menutup mulutku dengan punggung tangan. Lucu sekali ketika Bambang mengatakan—Eros adalah tetangga baru yang tidak sopan. Kesan pertama Eros ketika datang kemari memang sangat arogan dan tidak sopan. Dia bahkan tidak mau menjabat tangan Bambang, dan berlalu menuju apartemennya.“Maafkan saya karena sudah tidak sopan, Pak Bambang,” ucap Eros.“Sudah terlambat! Harusnya kamu minta maaf di hari itu juga. Sekarang sudah berlalu dan saya nggak mau permintaan maaf,” ujar Bambang sinis. Kemudian dia mengalihkan tatapannya padaku. “Kalian berdua jadi cukup akrab. Padahal waktu pertama ketemu kamu kayak orang kesurupan Kanya.”Aku tersenyum canggung. “Hehe ... iya, Pak Bambang. Ternyata dia bukan hantu.”“Nah, baguslah kalau kalian bisa akrab. Jadi, kamu nggak akan terika-teriak lagi kayak orang gil
Eros POV
Kanya POVRasanya begitu aneh ketika makan bertiga. Apalagi dua pria dan satu wanita. Aku agak sedikit canggung dengan suasana saat ini, yang satunya adalah temanku dan aku tidak dapat mengusirnya hanya karena ingin makan malam berdua dengan Eros. itu akan sangat kejam bagi Samuel dan mungkin dia tidak akan mau berteman denganku lagi, atau bahkan akan membenciku. Nah, Eros adalah orang yang aku undang, dan aku harus menjamunya, kan?Jadi, tidak masalah bukan kalau kami makan malam dalam keadaan canggung seperti ini?Mungkin Samuel merasa kurang nyaman karena dia baru mengenal Eros. Aku hanya perlu berpikir positif.“Haha ... piring kalian sudah penuh, kan? Mari makan.” Aku mulai memasukkan satu sendok nasi ke dalam mulutku, seraya melirik ke kanan dan ke kiriku.Eros tampak tenang dan tidak terganggu akan kehadiran Samuel di meja ini, tapi tidak dengan Samuel yang ses
Eros POV Aku berbaring di atas ranjang, menatap langit-langit kamarku. Padahal aku ingin lebih lama dan berbincang dengan Kanya, tapi tampaknya Samuel Wijaya tidak akan mengizinkan kami untuk berbincang. Dia selalu ada di tengah-tengah dan mengambil alih percakapan, hingga aku terusir dari sana. “Huh! Eros, sejak kapan kamu menjadi pecundang!” Aku menggerutu pada diriku sendiri, bukannya aku mengalah pada pria itu, tapi aku tidak ingin membuat Kanya kesusahan. Meskipun Samuel Wijaya meminta maaf padaku atas sikap kasarnya, tapi aku merasa kalau dia tidak tulus dengan perkataannya. Semua itu dia lakukan hanya untuk membuat Kanya tidak marah padanya. Pasalnya Kanya tampak marah dan membelaku tadi. Aku cukup senang dia membelaku di depan sahabatnya, yang sudah lama dia kenal. Padahal dia belum lama mengenalku dan sudah membelaku. Hatiku terasa hangat saat itu, bahkan sampa
Eros POVKanya sudah tertidur lelap setelah aku membacakan dongeng untuknya. Seperti anak kecil saja, tumben sekali dia memintaku membacakan dongeng untuknya.Kuperhatikan wajah Kanya yang tertidur pulas di atas lenganku. Aku tidak bisa membantu, tapi menanamkan beberapa kecupan pada wajahnya.Sangat manis dan sangat indah. Andai saja aku bisa melihat wajahnya yang tertidur pulas setiap hari; maka hari-hariku akan dipenuhi kebahagiaan, ‘kan?Akan tetapi, masih ada beberapa masalah yang belum selesai. Aku yakin kalau ambisi Siska tidak akan berhenti sampai di sini. Memang dia belum berhenti mengejarku, bahkan setelah aku permalukan.Mungkin saja dia akan menjadi lebih berkulit tebal.“Aku harus bangun dan berbicara pada Rudy, juga kedua orang bodoh itu.”Aku mengangkat kepala Kanya perlahan-lahan dengan lembut, agar dia t
Kanya POVIni seperti mimpi yang aku alami ketika menginap di apartemen Eros, tapi sekarang aku menyaksikan pria itu secara nyata. Aku ragu untuk menceritakannya pada Eros. Takut kalau dia tidak akan percaya pada cerita.Orang-orang menganggapku aneh, menyarankan agar aku menemui psikiater secepatnya. Namun, aku baik-baik saja dan tidak ingin merepotkan diri bertemu dengan psikiater. Apalagi sekarang yang aku lihat bukanlah ilusi, melainkan kenyataan.Tanpa aku sadari, telapak tangan Eros menyentuh pipiku, “Tidak apa-apa Kanya. Aku tahu kamu pasti berpikir kalau aku tidak akan mempercayaimu, ‘kan? Kamu hanya perlu menceritakannya padaku, bukankah kamu tahu kalau aku selalu mempercayaimu? Lalu mengapa sekarang kamu ragu?”Aku menempatkan tanganku di atas punggung tangan Eros, “Aku takut kamu nggak percaya dan menganggap aku gila.”Eros menggeleng, &ld
Eros POVPria itu ingin membunuh Kanya?Siapa?Siapa yang berani menyentuh wanitaku?“Tenanglah Kanya. Selama aku ada di sisimu, tidak akan ada yang berani menyentuhmu.”Aku menenangkan Kanya untuk beberapa saat, sambil memeluk dan juga menepuk punggungnya. Tubuhnya yang menggigil ketakutan sudah agak lebih tenang.“Tidak apa-apa, kamu bisa membuka matamu sekarang.”Aku membebaskan diri dari pelukan Kanya, lalu mengamati wajahnya. Matanya masih tertutup dan alisnya yang cantik itu berkerut.Jemari tanganku perlahan menyentuh alis cantik milik Kanya, lalu menekannya dengan lembut dan meluruskannya kembali.Dia tampak ketakutan berlebih. Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Kenapa dia mengalami hal-hal tidak terduga yang membuatnya amat ketakutan?“
Kanya POVSamar-samar aku melihat sinar ketika perlahan-lahan membuka kelopak mataku. Namun, masih terasa berat untuk kubuka, aku membiarkan mataku terpejam kembali selama beberapa saat, sebelum aku siap membuka mataku kembali.Aku merasakan kepalaku seolah terbentur keras ke lantai yang menyebabkan kepalaku saat ini menjadi sakit. Ngomong-ngomong, aku masih memejamkan mata, tetapi kesadaranku telah pulih. Tampaknya aku pingsan dan sangat lama, dapat aku rasakan dari badanku yang mati rasa karena tidak bergerak untuk waktu yang lama.Jika aku mengingat kembali, pada saat itu, aku berada di kamar 333 di dalam gedung Sun dan pria berjas hujan merah itu yang merencanakan semua itu. Pria itu benar-benar nyata, bukanlah ilusiku.Kalau aku katakan pada Eros bahwa, pria itu memang nyata dan berniat untuk membunuhku; apakah dia akan percaya padaku? Ataukah dia akan menatapku dengan sorot mata jijik?&
Eros POVHuh!Aku berhasil!Pada akhirnya, aku berhasil meyakinkan kakek. Kalau saja kakek mau mendengarkanku sejak awal, maka aku tidak perlu mengeluarkan usaha untuk menolak dan mempermalukan Siska.Meskipun begitu, aku cukup senang telah memberikan balasan pada wanita ular itu. Setelah aku keluar dari ruangan kakek, aku mendengar Siska menangis tersedu-sedu. Akan tetapi, aku sama sekali tidak peduli, dan membiarkan kakek mengatasinya sendiri.Kakek yang memulainya dan memberikan harapan pada Siska, maka itu bukanlah urusanku lagi.Aku harap kakek tidak akan mengubah pikirannya lagi karena air mata wanita itu. Bahkan air matanya tidaklah keluar dari lubuk hatinya. Maksudku, dia sama sekali tidak tulus dan hanya berpura-pura saja.“Aku harus merayakannya dengan Kanya. Bagaimana kalau mengajaknya makan malam?”
Kanya POV“Sial!”Aku memaki, dan mencoba membuka pintu itu, berusaha dengan sekuat tenaga, tapi melebihi kemampuanku. Sepertinya aku akan terjebak di sini kalau dua bodyguard itu tidak datang untuk menolongku.Rupanya benar semua ini adalah jebakan. Namun sampai sekarang tidak ada yang keluar dan mereka benar-benar menakuti.“Keluar kalian semua! Gue bakal lapor polisi setelah gue keluar dari sini.”“Keluar dari sini?”Jantungku tiba-tiba hampir berhenti berdetak, mendengar pertanyaan dari suara yang begitu dingin. Perlahan tengkuku mulai dingin, keringat dingin juga sudah membasahi dahi, apalagi tubuhku. Layaknya dimandikan oleh keringat akan ketakutan.Aku tidak bisa bohong kalau saat ini, begitu sulit bagiku untuk sekadar menelan saliva. Tubuhku perlahan-lahan menggigil ketika kesadaranku telah kemb
Eros POVAku keluar mengejar Siska untuk melihat aktingnya. Dia berjalan agak lambat sambil menangis tersedu, memperlihatkan pada mereka semua kalau aku telah membuatnya kecewa. Hatinya pasti sakit, seperti ditusuk-tusuk ribuan kali.“Pak Direktur.”“Kayaknya mereka berantem.”“Kita pura-pura nggak tahu saja.”“Tapi, tadi sekretaris Siska bilang; wanita itu. Maksudnya Pak Direktur punya wanita lain?”“Pak Direktur selingkuh?”“Shht! Diam semuanya.”Aku dapat mendengar semua yang mereka bisikkan. Siska juga pasti dengar dengan jelas, dan aku sudah dapat mengira ekspresinya saat ini. Dia pasti senang dan mengira kalau akan menyesal, sehingga aku keluar untuk menyusulnya. Aku mau lihat seberapa bagus aktingnya.Siska berhenti, la
Kanya POVAku bosan diganggu oleh wanita itu, dengan berat hati aku memutuskan untuk pergi ke gedung Sun. Memang tidak jauh dari gedung apartemenku, tapi aku menggunakan taksi juga.Entah apa yang akan aku temukan di sana karena wanita itu mengatakan paket itu penting, dan juga berhubungan dengan sahabatku, tapi aku hanya punya satu sahabat di sini, dan itu adalah Samuel. Dia sedang di luar kota sekarang, dan sakit pula.Kemungkinan ada yang mengirim paket padanya, dan meninggalkannya di gedung Sun, atau mungkin ada yang berniat jahat pada Samuel.Sepertinya aku harus mencari tahu, dan keputusanku untuk datang mungkin bisa benar, bisa juga salah. Serius, aku tidak tahu apa yang menungguku di dalam sana.Aku sudah berada di depan gedung Sun, dan dua bodyguard itu tengah mengawasi aku dari jauh. Jika terjadi sesuatu padaku, mereka bisa menolongku dan juga menelepon Eros kalau aku t
Eros POV“Eros!” Siska menggebrak meja.Amarahnya tampak menggebu-gebu. Tadi dia bersikap layaknya seorang istri yang dibuang oleh suaminya. Benar, tadi dia hanya berakting polos di depan kakek. Wanita ular tetaplah wanita ular, dia tidak akan bisa menjadi manusia seutuhnya.“Heh, sudah selesai berakting?” aku mencibir.Wanita ini penuh akan kepura-puraan. Dia tidak perlu diberikan hati sama sekali. Mereka semua buta setelah melihat wajah polos dan aktingnya. Namun, dia tidak akan bisa membohongiku, mau sekeras apa pun dia berusaha.Sekarang sudah terlihat jelas kalau dia marah setelah aku permalukan di restoran tadi. Dia sendiri tidak menolak ketika kakek mengajaknya, dan malah dengan senang hati menerima. Aku tidak segan untuk mempermalukannya di depan banyak orang.Mungkin lain kali, aku akan mempermalukannya lebih dari ini agar kes