"Sayang, apa kamu pesan makanan?" Riani bertanya pada sang pria."Aku gak pesan apa-apa," jawab Jonathan dengan gelengan kepala. "Tadi kan kitabhabis makan, untuk apa juga aku pesan sesuatu lagi," lanjutnya dengan suara yang agak bingung, tapi bel Apartemen terus saja berbunyi membuat Jonathan bangun dari baringnya.Riani ikut bangun dari baringnya dan tangannya memegangi tangan sang pria yang sudah berada di samping ranjang, lalu mereka berdua mulai melangkah keluar dari kamar dan menuju pintu utama."Siapa juga yang ke sini." Suaranya Jonathan sedikit menggerutu, dan pastinya dia merasa terganggu dengan suara itu.Jonathan dan Riani pasti berpikir jika suara itu mungkin dari petugas Apartemen, karena yang biasanya menekan bel seperti itu hanya petugas Apartemen atau stafnya."Sayang, aku kebelet." Riani tiba-tiba saja ingin ke kamar mandi, apa lagi kandungnya Riani sudah mulai membesar membuat Riani semakin sering untuk pergi ke kamar mandi."Oh, oke, hati-hati, sayang." Jonathan pa
"Riani, kau lihat? Jonathan mengusir ibunya sendiri di depan mu," ucap Dona dengan suara yang semakin meninggi.Riani tidak langsung merespon ucapan majikan perempuannya, dia lebih dulu mengatur napasnya agar tidak tergagap atau bergetar saat mengatakan apa yang ingin dia katakan."Nyonya, maafkan saya jika tuan Jonathan menjadi seperti itu, tapi saya tidak pernah mengajari tuan Jonathan seperti itu," ujar Riani dengan begitu jujur, dan pastinya dia tidak akan pernah mengajari sang pria pada hal buruk, apa lagi melawan orang tuanya sendiri.Namun, sepertinya Dona tidak sadar jika Jonathan tidak akan pernah mau di jodohkan oleh siapapun. Jonathan hanya ingin bersama dengan Riani saja, apa lagi Riani sedang mengandung benihnya."Maaf? Haha, sampai kapanpun aku tak akan pernah memaafkan kau, dan sekarang sebaiknya kau pergi dari kehidupan anak ku!" Dona langsung mengatakan itu di depan anaknya, pembantunya, dan calon menantunya, bahkan telunjuk kirinya sudah menunjuk ke arah pembantunya,
Riani mengangguk paham, lalu dirinya mulai melangkah menghampiri lemari dan membuka lemari itu. Riani mulai memilih beberapa pakaian yang akan di bawa olehnya, dan pastinya Riani tidak akan bisa membawa semua pakaian yang ada di dalam lemari tersebut.'Tuhan, semoga setelah ini hidupku sedikit lebih tenang,' batin Riani yang terus saja berdoa pada Tuhan agar hidupnya menjadi lebih baik setelah pergi dari sini, dan pastinya Riani ingin hidup tenang tanpa ada gangguan dari majikan perempuannya dan wanita yang akan di jodohkan oleh prianya.Jonathan juga sudah menelepon asistennya dan memberitahu sang asisten jika dirinya akan pindah kota untuk sementara waktu, asistennya pasti terkejut dengan pemberitahuan itu, tapi Jonathan akan tetap pada prinsipnya."Sayang, sudah siap?" tanya Jonathan pada sang gadis setelah dirinya selesai menghubungi asistennya."Dikit lagi," jawab Riani setelah matanya melirik ke arah koper, koper yang akan di bawa olehnya."Mungkin setengah jam lagi kita akan pe
Sebelum Riani menjawab pertanyaan dari pria yang ada di sampingnya, Riani mulai menoleh ke arah sampingnya dan memberikan senyuman manis apda sang pria, dan sang pria membalas senyuman manis itu."Aku belum lapar," jawab Riani."Tumben?" Jonathan mengernyitkan dahinya saat mendengar jawaban dari sang gadis, lalu Jonathan kembali berkata. "Biasanya perut kamu yang kecil ini selalu minta makan padaku," ucapnya dengan begitu jujur.Riani tertawa saat mendengar ucapan sang pria, lalu Riani mengatakan. "Sepertinya perutku sudah bisa membedakan situasi," ujar Riani."Ada-ada aja kamu." Jonathan mencubit gemas pipinya sang gadis.Jonathan dan Riani memang seperti itu, mereka berdua selalu menunjukkan sikap romantis seperti itu, dan sepertinya saat ini mereka berdua yang tidak bisa mengetahui situasi yang ada hihi. Namun, untung saja mereka berdua bertingkah romantis seperti itu tidak di depan umum, melainkan di dalam mobil.Sebentar, romantis? Romantis dari mana hanya melakukan cubit pipi se
Riani tertawa saat mendengar perkataan sang pria, pria yang saat ini berada di sampingnya, tapi sedikit lebih maju satu langkah dari dirinya."Sebenernya aku gak nonton film horor, tapi film horor yang menonton aku," jelas Riani yang membuat sang pria tertawa."Ada-ada aja kamu." Jonathan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tertawa. "Ya udah ayo pipis." Jonathan terus menuntun sang gadis menuju kamar mandi setelah mereka berdua sudah keluar dari ruang makan.Setelah keluar dari ruang makan, kini Jonathan dan Riani sudah berdiri di depan kamar mandi yang berada di luar kamarnya atau kamar mandi umum yang ada di dalam Apartemen. Riani mulai masuk ke dalam kamar mandi tanpa menutup pintu kamar mandi, dan pastinya Riani masih takut dengan film horor yang semalam sudah di tonton olehnya tanpa sepengetahuan Jonathan.Jonathan tertawa dan berkata. "Jangan nonton film horor lagi, kalau malam mending tidur," ucap Jonathan dengan suara yang sedikit meninggi agar sang gadis mendengar ucapannya
"Gak apa-apa ileran, sepertinya lucu," celetuk Riani sambil sedikit tertawa."Huh, gak mau, aku gak mau punya anak ileran." Jonathan pastinya tidak mau memiliki anak yang seperti itu dari gadisnya, lagi pula saat ini gadisnya hanya bercanda saja."Hem, aku bercanda, sayangku." Riani mengusap wajah tampan pria yang ada di sampingnya.Jonathan manggut-manggut dan paham dengan pembahasan gadisnya lalu Jonathan memeluk erat tubuhnya sang gadis dengan begitu mesra, dan Jonathan juga mengecup keningnya dengan begitu lembut."Aku mencintaimu," bisik Jonathan di telinganya sang gadis."Aku juga mencintaimu," bsals Riani.Riani dan Jonathan terlihat saling menyayangi dan mencintai satu sama lain, walaupun awal mula mereka mengenal karena keadaan yang memaksa mereka untuk bertemu, tapi lambat laut mereka berdua memiliki perasaan yang sama, perasaan antara seorang pria dan wanita pada umumnya. Riani pastinya tidak pernah menyangka hidupnya akan memiliki nasib seperti ini, masih yang membentuk ai
Jefan mengangguk paham dan berkata. "Aku akan selalu memberitahu Ayah tentang Jonathan," ucap Jefan yang pastinya akan selalu menuruti semua perintah sang Ayah, apa lagi perintah tentang adik kandungnya.Setelah Dona pergi dari ruang makan, kini Daniel dengan Jefan juga pergi dari ruang makan satu persatu. Setelah Jefan keluar dari rumah makan, Jefan langsung menghampiri halaman belakang, di halaman belakang Jefan mulai duduk di kursi taman dengan menatap ke arah atas, ke arah langit yang menurutnya begitu indah."Jon, kita udah dewasa dan sangat dewasa, seharusnya kau bisa mengambil tindakan orang dewasa, jangan seperti ini," gumam Jefan yang terus saja memikirkan Jonathan selaku adik kandungnya yang entah berada di mana.Walaupun Jefan sangat sibuk dengan pekerjaannya, tapi Jefan selalu memikirkan Jonathan yang selalu menjadi bagian hidupnya setelah Jelita. Jefabjuga selalu memantau pekerjaan Jonathan walaupun Jonathan tidak mengetahuinya, tapi setelah Riani hadir di dalam hidupnya
"Sabar bumil, nanti kita ke pantai biar baby kita gak ileran." Jonathan mulai mengusap-usap perutnya sang gadis, dan sekilas mengecup perutnya yang lama-lama akan membesar."Aku sabar karena gak mau ganggu pekerjaan suamiku," ucap Riani dengan tersenyum manis.Jonathan tersenyum lebar saat mendengar ucapan Riani, dan Jonathan selalu bersyukur memiliki Riani yang selalu bisa mengertikan pekerjaannya yang selalu sibuk."Ayo makan, aku lapar," celetuk Riani setelah beberapa saat mereka sudah berlama-lama di dalam kamar mandi."Main sekali lagi boleh gak di sini?" Jonathan terlihat sedang menggoda sang gadis agar dirinya bisa menengok sang baby lagi.Riani menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata. "No, tadi janji cuma sekali aja di atas kasur, dan sekarang harus tepati janji itu!" tegas Riani pada sang pria."Siap Nyonya." Jonathan memberikan hormat pada sang gadis.Setelah selesai bersih-bersih di kamar mandi, Jonathan langsung menggendong Riani untuk keluar dari kamar mandi dan melang
Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s
Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d
Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja
"Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan
Hari berganti begitu cepat, tapi Jonathan belum juga menemukan Riani semenjak dirinya sudah kembali ke Yogyakarta. Jonathan juga meminta orang suruhannya agar memantau Jeri, karena Jonathan yakin jika Jeri adalah dalang, dalang dari menyembunyikan Riani."Sayang, kamu di mana?" Jonathan terus saja bermonolog sendiri saat tatapannya memandangi foto gadisnya yang ada dalam wallpaper ponselnya.Jonathan pasti mengkhawatirkan Riani dan calon anak mereka, tapi Jonathan sulit sekali menemukan keberadaan Riani yang entah berada di mana. Jonathan juga sudah menghubungi nomor Jihan selaku sahabatnya Riani, tapi Jonathan tidak mendapatkan respon apapun dari Jihan."Oh Tuhan, aku harus ke mana." Jonathan memukul pelan kepalanya saat dirinya merasa bodoh tidak bisa menemukan gadis nya, gadis yang sedang mengandung anaknya.Setelah Jonathan di tipu oleh Tania yang katanya Daniel sakit dan di rawat di rumah sakit, Jonathan langsung kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat umum, dan Jonathan sudah
Mendengar pertanyaan Daniel membuat Dona membulatkan matanya dengan sempurna, Dona juga langsung menatap sinis ke arah Daniel karena bisa-bisanya memberikan pertanyaan seperti itu, pikir Dona."Tidak perlu menatapku seperti itu," celetuk Daniel saat melihat pandangan yang tidak mengenakan dari istrinya sendiri.Dona berdecih kesal dan berkata. "Apa-apaan kau memberikan pertanyaan seperti itu? Jelas-jelas Jonathan akan menikahi Tania," kekeh Dona yang akan menikahkan Jonathan dengan gadis pilihannya, Tania."Apa Jonathan mau menikah dengan Tania?" Daniel memberikan pertanyaan itu untuk istrinya dengan ekspresi seperti menertawakannya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis itu," ucap Jonathan yang masih bersungut-sungut.Jefan hanya bisa geleng-geleng kepalanya saat melihat keluarganya yang selalu saja bertengkar seperti itu, dan Jefan juga tidak bisa mencampuri urusan Jonathan walaupun Jonathan adalah adik kandungnya."Aku akan kembali ke Jogja, tolong jangan
Jihan masih diam dan tidak berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang di keluarkan oleh Riani, dan Jihan yakin jika saat ini Riani sedang bermonolog dengan diri sendiri, Jihan tidak mau ikut campur dalam hal ini, karena menurutnya ini hal yang wajar jika nomer Jonathan tidak aktif, mungkin saja ponselnya kehabisan baterai atau ponselnya sedang di charger dengan keadaan mati, semua bisa saja terjadi, pikir Jihan."Sudahlah, sepertinya dia belum bangun," ucap Riani yang terlihat menyerah saat dirinya terus menerus mencoba menelepon sang pria, tapi nomer sang pria tetap saja tidak aktif membuat dirinya hanya bisa pasrah saja.Cukup lama Riani menghubungi Jonathan melalui ponselnya Jihan, tapi nomernya Jonathan masih saja tidak aktif membuat Riani mengembalikan ponselnya pada Jihan."Masih gak aktif?" tanya Jihan yang berbasa-basi pada sahabatnya."Iya," jawab Riani dengan suara pelan dan seperti seseorang yang tidak bersemangat."Coba telepon nomer kamu, bukannya
"Gak perlu mengemasi barang-barang, aku hanya akan menengok Ayah saja, setelah itu akan kembali ke sini," jelas Jonathan pada sang Ibu.Dona yang tadinya ingin membalas penjelasan Jonathan, tapi tiba-tiba saja Tania memberikan kode dengan gelengan kepalanya dan tangannya menahan tahan Dona."Sudah, biarkan seperti itu," ucap Tania pada calon Ibu mertuanya dengan nada berbisik agar calon suaminya tidak mendengar ucapannya.Jonathan melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya, dan Jonathan akan mengambil tas dan beberapa barang yang akan di butuhkan olehnya saat pergi ke Jakarta. Jonathan juga berusaha percaya dengan sang Ibu, apa lagi semua ini menyangkut Ayahnya yang tiba-tiba sakit.'Tumben banget Abang Jefan gak hubungi aku dan memberitahu kalau Ayah masuk rumah sakit?' tanya Jonathan di dalam hatinya.Jonathan pastinya paham betul dengan Kakak kandungnya, Jefan. Jefan akan selalu memberitahu Jonathan jika salah satu keluarga mereka sakit, tapi kali ini Jefan adem ayem tanpa membe
Ke esokan harinya, pukul 8 pagi di unit Apartemen mewah yang sedang di tempati oleh Jonathan, Jonathan kedatangan tamu tidak di undang, tamu yang pastinya membuat emosinya memuncak saat melihat wajahnya, wajah yang sudah membuat gadisnya pergi dari Apartemen sejak kemarin."Ngapain kau ke sini?" tanya Jonathan dengan tatapan mengkilat pada sosok gadis di depannya."Mau menemui calon suamiku," jawab gadis itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia."Pergi, Tania!" Jonathan langsung mengusir gadis itu, gadis yang ada di depannya tanpa rasa bersalah sama sekali.Gadis yang ada di Apartemen Jonathan adalah Tania, gadis yang sudah membuat Riani pergi dari Apartemen nya sejak kemarin karena pesan yang di kirim Tania untuk Riani. Jonathan pastinya akan mengusir Tania secara terang-terangan, dan Jonathan tidak mau melihat Tania lagi setelah dirinya sudah membaca pesan itu, pesan yang menurutnya tidak pantas.Tania tidak memperdulikan perkataan pria yang ada di depannya, lalu matanya Tani