Setelah membahas buah pisang dan Riani sudah selesai menyantap buah pisang terlebih dahulu, kini Riani dengan Jonathan mulai menyantap menu makan malam yang sempat tertunda akibat permainan panasnya. Jonathan langsung menyiapkan beberapa menu makan malam di atas piring Riani, Jonathan memang selalu memperlakukan Riani seperti itu."Terima kasih suamiku sayang," ucap Riani dengan suara manja dan begitu lembut pada sang pria."Sama-sama." Jonathan membalas ucapan sang gadis dengan senyuman lebar yang merekah pada bibirnya.Jonathan dan Riani mulai menyantap menu makan malam di ruang makan secara bersama-sama, Riani dan Jonathan terlihat semakin bahagia saat mereka berdua sudah jauh dari keluarga Prawira atau keluarga dari Jonathan. Namun, sepertinya ada rasa rindu Riani pada Jelita dan Jihan. Riani sudah menganggap Jihan seperti keluarganya sendiri, dan Riani sudah menganggap Jelita seperti adiknya sendiri. Jelita adalah anak kandung dari Jefan selaku kakak kandungnya Jonathan, Riani da
Jonathan menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata. "Gak ada masalah, tapi aku harus membahas sesuatu dengan asisten aku dan rekan kerjaku yang lainnya," jawab Jonathan sambil memberikan sedikit penjelasan pada sang gadis, gadis yang saat ini pasti sedang memikirkan sesuatu tentang perkataannya tadi."Syukurlah, aku takut kalau ada masalah dengan pekerjaan kamu, aku gak mau menjadi beban di hidup kamu dan pekerjaan kamu," ungkap Riani dengan jujur.Apa yang di ungkapkan oleh Riani memang benar, Riani tidak ingin menjadi bebannya Jonathan, apa lagi saat ini Riani sedang mengandung anaknya Jonathan. Riani juga tidak mau memikirkan hal-hal aneh saat ini, Riani tidak ingin anaknya kenapa-napa."Hei, apa yang kamu bicarakan? Aku tidak pernah terbebani olehmu, aku bahagia bisa mengenal kamu dan memiliki kamu," ucap Jonathan dengan suara yang tegas, Jonathan tidak ingin sang gadis memikirkan hal yang aneh-aneh."Huh, maaf." Riani meminta maaf pada pria nya atas ungkapannya yang seperti itu.
"Oke aku paham, pokoknya besok aku akan buatkan sarapan untuk suamiku," kekeh Riani yang sepertinya ingin melayani dan memanjakan pria nya sebelum sang pria pergi bekerja."Oke, aku hanya bisa menurut saja," ucap Jonathan yang tidak bisa mengatakan apapun lagi pada sang gadis.Riani sepertinya ingin belajar menjadi sosok istri yang melayani dan memanjakan suaminya dengan baik dan benar, dan Riani terlihat sangat bahagia saat ingin melakukan semua itu pada sang pria, pria yang saat ini sudah memberikan Riani calon anak di dalam rahimnya. Riani selalu tidak menyangka jika dirinya bisa memiliki anak dari pria yang selama ini sudah membuat hidupnya menderita. Namun, Riani tidak bisa terus terpuruk dalam nasibnya yang seperti ini. Riani ingin menjadi sosok wanita yang kuat dengan semua nasib atau takdir yang sudah di tentukan oleh Tuhan, dan Riani sudah mencoba mengikhlaskan semua yang sudah terjadi pada dirinya saat ini."Udah ngantuk belum?" tanya Jonathan pada sang gadis."Belum," jawab
"Aku gak tau mau pesan apa," jawab Riani yang memang tidak tau ingin memesan apa ketika sang pria pulang dari pekerjaannya."Ya udah, nanti hubungi aku aja kalau kamu mau sesuatu," ucap Jonathan pada sang gadis, dan Jonathan tidak mau jika sang gadis memendam keinginannya."Ya sayangku." Riani menganggukkan kepalanya dengan tanda setuju dengan ucapan sang pria.Jonathan dan Riani terlihat sangat bahagia sekali, bahkan Riani sangat manja dengan Jonathan yang sepertinya sebentar lagi akan pergi untuk melakukan pekerjaannya di luar Apartemen.Sejak semalam Riani sudah meminta Jonathan untuk melakukan pekerjaannya di Apartemen saja, tapi Jonathan tidak mau karena ada beberapa staf yang ikut hadir dalam pertemuan hari ini untuk bekerja, dan Riani tidak bisa memaksa lagi jika Jonathan sudah mengatakan itu. Jonathan juga memberitahu pada Riani jika tidak izinkan siapapun untuk mampir ke Apartemen nya yang berada di Yogyakarta, karena Jonathan tidak mau jika orang-orang yang bekerja dengannya
Riani mulai membaringkan tubuhnya di atas sofa saat teleponnya tidak mendapatkan respon apapun dari sahabatnya, Riani juga sudah menyimpan ponselnya di atas meja yang berada di depan sofa. Riani hanya menatap langit-langit kamarnya dengan sedikit sedih, sedih karena Jonathan tidak ada di sampingnya. Namun, Riani tidak boleh menjadi egois hanya karena saat ini dirinya sedang mengandung anaknya Jonathan dan menjadi manja."Kira-kira suamiku pulang jam berapa, ya?" Baru saja Jonathan pergi beberapa detik yang lalu, tapi Riani sudah membahas masalah pulang."Huh, sepertinya aku tidak bisa jauh dari Jonathan," gumam Riani yang terus memikirkan Jonathan yang sudah pergi dari Apartemen untuk mengerjakan pekerjaannya.Riani mulai bosan dan saat ini Riani mulai mengambil ponselnya lagi dan mulai mengotak-atik, tiba-tiba saja ponselnya bergetar, bergetar karena ada sebuah notifikasi."Sepertinya Jihan," gumam Riani yang terlihat sangat bahagia saat mendapatkan sebuah notifikasi dengan senyuman
Setelah Riani mengemasi beberapa pakaian atau barang lainnya ke dalam koper, kini Riani mulai melangkahkan kakinya menuju pintu utama Apartemen, dan terlihat sekali jika Riani benar-benar ingin pergi dari Apartemen ini tanpa berpamitan pada Jonathan lebih dulu."Nak, maaf," gumam Riani yang mulai berbicara dengan calon anaknya yang berada di dalam rahimnya, lalu tangannya mulai mengusap-usap perutnya.Riani mendorong kopernya saat pintu Apartemen sudah di buka, dan Riani benar-benar pergi meninggalkan Apartemen yang sudah di tempati olehnya saat berada di Yogyakarta.'Aku harus pergi ke mana? Aku gak paham daerah sini,' batin Riani yang baru sadar jika saat ini dirinya berada di Yogyakarta.Setelah Riani sudah keluar dari Apartemen dengan menggunakan topi dan masker, kini Riani melirik ke arah sekitar untuk mencari taksi agar dirinya bisa pergi menuju stasiun kereta."Semoga Jonathan tidak akan pernah mengetahui kepergian aku," gumam Riani yang terus memikirkan pria nya, pria yang sud
Mendengar pertanyaan Jeri membuat Riani terdiam dengan jantung yang terus berdetak tidak karuan, saat ini Riani sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan Jeri. Riani bingung, harus menjawab pertanyaan itu dengan jujur atau bohong? Huh, Riani benar-benar bingung dan tidak tau harus menjawab apa."Sudah, tidak usah di jawab," ucap Jeri yang sepertinya sudah paham dengan reaksi Riani saat ini.Riani langsung menundukkan kepalanya dan Jihan hanya bisa mengusap pundaknya Riani dengan lembut, lalu Jeri tidak mengeluarkan suara apapun lagi setelah memberikan pertanyaan seperti itu pada Riani.'Tuhan, tolong jaga Jonathan di mana pun Jonathan berada,' batin Riani yang terus mendoakan pria nya.Perlahan-lahan Riani meronggoh saku untuk mencari ponsel, tapi tidak Riani temukan, dan seketika Riani menepuk pelan jidatnya sendiri saat menyadari jika ponselnya tertinggal di dalam Apartemen."Kenapa?" Jihan bertanya pada sahabatnya saat sang sahabat menunjukkan tingkah yang aneh."Ponselku ketinggal
"Baik, Tuan." Riani hanya bisa menurut dengan apa yang di katakan oleh Jeri, lalu Jihan mengulas senyum saat Riani akan ikut masuk, karena bagaimanapun Riani tidak boleh di dalam mobil sendirian, walaupun di temani oleh supir atau bodyguard lainnya yang saat ini ikut dengan Jeri.Riani, Jihan, dan Jeri sudah keluar dari mobil mewah. Mereka bertiga mulai masuk ke dalam restoran, lalu beberapa asisten dan bodyguard yang mengawal Jeri ikut masuk juga ke dalam restoran, tapi mereka berada di belakang Jeri."Riani, kamu kenapa?" Jihan bingung saat sahabatnya terlihat ingin muntah."Hem, gak apa-apa." Riani hanya geleng-geleng kepalanya saja, dan Riani tidak mungkin berterus-terang pada sahabatnya jika saat ini dirinya sedang hamil.Jeri hanya bisa menatap Riani tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, dan Jeri yakin jika Riani sedang mual karena hamil.'Apa Riani benar-benar akan melahirkan anaknya Jonathan?' tanya Jeri di dalam hatinya.Setelah asistennya Jeri memilih ruangan private untuk
Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s
Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d
Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja
"Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan
Hari berganti begitu cepat, tapi Jonathan belum juga menemukan Riani semenjak dirinya sudah kembali ke Yogyakarta. Jonathan juga meminta orang suruhannya agar memantau Jeri, karena Jonathan yakin jika Jeri adalah dalang, dalang dari menyembunyikan Riani."Sayang, kamu di mana?" Jonathan terus saja bermonolog sendiri saat tatapannya memandangi foto gadisnya yang ada dalam wallpaper ponselnya.Jonathan pasti mengkhawatirkan Riani dan calon anak mereka, tapi Jonathan sulit sekali menemukan keberadaan Riani yang entah berada di mana. Jonathan juga sudah menghubungi nomor Jihan selaku sahabatnya Riani, tapi Jonathan tidak mendapatkan respon apapun dari Jihan."Oh Tuhan, aku harus ke mana." Jonathan memukul pelan kepalanya saat dirinya merasa bodoh tidak bisa menemukan gadis nya, gadis yang sedang mengandung anaknya.Setelah Jonathan di tipu oleh Tania yang katanya Daniel sakit dan di rawat di rumah sakit, Jonathan langsung kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat umum, dan Jonathan sudah
Mendengar pertanyaan Daniel membuat Dona membulatkan matanya dengan sempurna, Dona juga langsung menatap sinis ke arah Daniel karena bisa-bisanya memberikan pertanyaan seperti itu, pikir Dona."Tidak perlu menatapku seperti itu," celetuk Daniel saat melihat pandangan yang tidak mengenakan dari istrinya sendiri.Dona berdecih kesal dan berkata. "Apa-apaan kau memberikan pertanyaan seperti itu? Jelas-jelas Jonathan akan menikahi Tania," kekeh Dona yang akan menikahkan Jonathan dengan gadis pilihannya, Tania."Apa Jonathan mau menikah dengan Tania?" Daniel memberikan pertanyaan itu untuk istrinya dengan ekspresi seperti menertawakannya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis itu," ucap Jonathan yang masih bersungut-sungut.Jefan hanya bisa geleng-geleng kepalanya saat melihat keluarganya yang selalu saja bertengkar seperti itu, dan Jefan juga tidak bisa mencampuri urusan Jonathan walaupun Jonathan adalah adik kandungnya."Aku akan kembali ke Jogja, tolong jangan
Jihan masih diam dan tidak berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang di keluarkan oleh Riani, dan Jihan yakin jika saat ini Riani sedang bermonolog dengan diri sendiri, Jihan tidak mau ikut campur dalam hal ini, karena menurutnya ini hal yang wajar jika nomer Jonathan tidak aktif, mungkin saja ponselnya kehabisan baterai atau ponselnya sedang di charger dengan keadaan mati, semua bisa saja terjadi, pikir Jihan."Sudahlah, sepertinya dia belum bangun," ucap Riani yang terlihat menyerah saat dirinya terus menerus mencoba menelepon sang pria, tapi nomer sang pria tetap saja tidak aktif membuat dirinya hanya bisa pasrah saja.Cukup lama Riani menghubungi Jonathan melalui ponselnya Jihan, tapi nomernya Jonathan masih saja tidak aktif membuat Riani mengembalikan ponselnya pada Jihan."Masih gak aktif?" tanya Jihan yang berbasa-basi pada sahabatnya."Iya," jawab Riani dengan suara pelan dan seperti seseorang yang tidak bersemangat."Coba telepon nomer kamu, bukannya
"Gak perlu mengemasi barang-barang, aku hanya akan menengok Ayah saja, setelah itu akan kembali ke sini," jelas Jonathan pada sang Ibu.Dona yang tadinya ingin membalas penjelasan Jonathan, tapi tiba-tiba saja Tania memberikan kode dengan gelengan kepalanya dan tangannya menahan tahan Dona."Sudah, biarkan seperti itu," ucap Tania pada calon Ibu mertuanya dengan nada berbisik agar calon suaminya tidak mendengar ucapannya.Jonathan melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya, dan Jonathan akan mengambil tas dan beberapa barang yang akan di butuhkan olehnya saat pergi ke Jakarta. Jonathan juga berusaha percaya dengan sang Ibu, apa lagi semua ini menyangkut Ayahnya yang tiba-tiba sakit.'Tumben banget Abang Jefan gak hubungi aku dan memberitahu kalau Ayah masuk rumah sakit?' tanya Jonathan di dalam hatinya.Jonathan pastinya paham betul dengan Kakak kandungnya, Jefan. Jefan akan selalu memberitahu Jonathan jika salah satu keluarga mereka sakit, tapi kali ini Jefan adem ayem tanpa membe
Ke esokan harinya, pukul 8 pagi di unit Apartemen mewah yang sedang di tempati oleh Jonathan, Jonathan kedatangan tamu tidak di undang, tamu yang pastinya membuat emosinya memuncak saat melihat wajahnya, wajah yang sudah membuat gadisnya pergi dari Apartemen sejak kemarin."Ngapain kau ke sini?" tanya Jonathan dengan tatapan mengkilat pada sosok gadis di depannya."Mau menemui calon suamiku," jawab gadis itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia."Pergi, Tania!" Jonathan langsung mengusir gadis itu, gadis yang ada di depannya tanpa rasa bersalah sama sekali.Gadis yang ada di Apartemen Jonathan adalah Tania, gadis yang sudah membuat Riani pergi dari Apartemen nya sejak kemarin karena pesan yang di kirim Tania untuk Riani. Jonathan pastinya akan mengusir Tania secara terang-terangan, dan Jonathan tidak mau melihat Tania lagi setelah dirinya sudah membaca pesan itu, pesan yang menurutnya tidak pantas.Tania tidak memperdulikan perkataan pria yang ada di depannya, lalu matanya Tani