Home / Romansa / Main Cantik / Menyusul Mereka

Share

Menyusul Mereka

Author: Risma Dewi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Nessa! Kamu enggak bisa main pulang-pulang aja, dong!" cegah Rizal sambil meraih kartu ATM yang dilempar Nessa ke lantai. Mereka bertengkar hebat setelah Lily dan Arjuna meninggalkan rumah tadi. 

"Kenapa enggak bisa Mas? Selama jadi istrimu, aku selalu mendapat kejutan demi kejutan tentang kebohonganmu!" suara Nessa terdengar tinggi. 

"Dulu kamu bilang, Lily yang menukar emasnya. Saat aku minta, aku baru tahu kalau untuk beli emasnya itu memang uang Lily. Suami modal dengkul kamu, Mas!" maki Nessa kasar.

Nessa mendorong Rizal yang masih berusaha menangkap pergelangan tangannya, sampai Rizal terduduk di lantai. Bu Erna yang sejak tadi hanya mengamati pertengkaran mereka di luar rumah berlari dan langsung membantu Rizal berdiri. Mata Bu Erna nanar menatap Nessa yang terlihat seperti menantangnya.

"Ngapain kamu nahan-nahan dia, Zal! Biarin aja kalau dia mau pulang. Yang penting kan, kartu ATM sudah di kembalikan! Emasku juga kembalikan!" pinta Bu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Main Cantik   Pengusik

    Jarak pantai Nipah-Nipah dengan rumah Arjuna cukup jauh. Butuh waktu 1 jam perjalanan untuk mencapainya. Mereka tiba sekitar pukul 09.00 wita.Abi dan Husen langsung bersorak tak sabar untuk turun dari mobil, melihat hamparan pasir. Air masih agak surut, sehingga daratan masih tampak luas.Lily membawa turun makanan dan minuman yang mereka beli tadi di jalan. Arjuna sendiri, menuju tempat parkir. Setelah mobil terparkir dengan baik, Arjuna langsung turun membawa karpet tempat mereka duduk, berjalan mendekat ke arah Lily.Abi dan Husen sudah tidak bisa di tahan-tahan lagi, langsung berlari-lari. Sesekali mereka berdua sama-sama duduk, mengaduk atau membuat goresan-goresan kecil di pasir. Setelah itu, berlari lagi, berkejaran lagi. Ah, memang saat ini usia mereka sedang berada di fase yang tidak mengenal kata lelah.Arjuna menghampar karpet di dekat kaki Lily yang masih menenteng makanan. Kemudian ia merenggut keresek dari tangan Lily tiba-tiba, membu

  • Main Cantik   Anakku, Tamengku

    Lily menjatuhkan dirinya di atas karpet, sambil meraih minum. Arjuna ikut duduk di sebelahnya. Ekor matanya melirik Lily yang nampak konsentrasi menatap pada Rizal yang asik bermain dengan kedua anaknya."Kalau kamu mau ikut main bareng mereka, boleh kok!" ucap Arjuna tiba-tiba.Lily berpaling dan menatapnya heran."Enggak!" jawab Lily kesal sambil menunduk. Arjuna tahu, Lily merasa kecewa, karena kedatangan Rizal merusak momennya bersama anak-anak."Ayo!"Tiba-tiba Arjuna berdiri dan meraih tangan Lily."Kemana?""Ya kesana, gabung sama anak-anak."Arjuna langsung menarik tangan Lily dan berlari-lari kecil menuju mereka bertiga, tanpa melepas genggamannya di tangan Lily.Dari kejauhan, Rizal setengah mati menyembunyikan rasa cemburu yang membakar hati, melihat Arjuna dan Lily datang saling bergandengan tangan. Rasa panas menjalar hingga ke wajahnya, yang memang sudah kepanasan karena hawa dari matahari yang mu

  • Main Cantik   Ketika Tak Ada Nessa

    Sepanjang perjalanan pulang, Lily merasa gelisah. Hatinya tidak tenang, karena ini pertama kali anak-anak hanya bertiga dengan Rizal."Juna ... jangan sampai dia nyelip, ya! aku takut ...." ucap Lily cemas sambil terus menatap ke kaca spion. Di belakang mereka Rizal menjalankan kendaraannya cukup pelan."Heem!" Arjuna hanya mendehem."Harusnya tadi aku ikut di situ, ya!" suara Lily terdengar menyesal."Terus? Kenapa enggak ikut?" tanya Arjuna seperti sewot."Enggak kepikiran," jawab Lily polos.Tiba-tiba Arjuna menepikan mobilnya."Udah, turun!" perintahnya dingin."Loh, kok?" Lily bingung terhadap sikap Arjuna."Katanya mau ikut di belakang! ya di tungguin, distopin!" ucapnya masih dengan nada dingin."Apanya yang di stopin, tuh, mobilnya aja sudah nyelip. Sudah kubilang jangan kasih kesempatan nyelip. Malah pakai acara berhenti. Kejar lagi!" omel Lily.Arjuna langsung bingung. Entah apa yang ada di pi

  • Main Cantik   Dia Cemburu?

    Ia segera membuat segelas kopi, dan meletakkan di depan Rizal yang menunggu di kursi. Kemudian, Lily lanjut memasak telur dadar untuk Abi. Ia memasak dengan buru-buru. Setelah mengambil nasi di magic com, ia meraih telur dan meletakkan di atas nasi."Bertingkahlah biasa, Lily. Nanti sore, masakkan makanan kesukaanku. Kalau kamu mau jadi ibu yang baik," ulang Rizal lagi.Lily hanya diam. Ia langsung melangkah ke kamar anaknya membawa piring nasi dan air minum. Ia masuk dan mengunci pintu, kemudian duduk di samping Abi yang sudah menunggu. Sementara Husen, sedang terlelap."Abi, tadi Papa ada bilang apa, di jalan?" tanya Lily berusaha mencari tahu."Papa bilang, mulai malam ini, akan menemani Abi sama Husen tidur di kamar. Katanya, Papa kangen sama kami, Ma!" jawab Abidzar polos."Kalau enggak ada Tante Nessa, Papa baik ya Ma! Senang deh, sekarang Papa mau main sama kita lagi!" Lanjut Abi membuat Lily harus menarik napas panja

  • Main Cantik   Ternyata Dia Sebijak Itu

    "Eerrrrgghh ...."Rizal bersendawa usai menyantap hidangan makan malam mereka."Maaf, kekenyangan. Makanannya enak sih. Makasih ya, Ly. Sudah mau masakin makanan kesukaan aku," ucap Rizal sambil meraih tisu dan mengelap mulutnya yang kepedasan.Lily tak menjawab, dalam hatinya sungguh ingin melempar sisa makanan ke wajah Rizal, yang suka memanfaatkan keadaan."Oya, besok ... surat pindah Abi dan Hussein biar aku yang antar ke sekolahnya," ucap Rizal sambil menuang minum."Kamu enggak kerja, Zal?" tanya Bu Erna heran."Aku ambil cuti, lima hari, Bu! Mau istirahat dulu," jawab Rizal. Setelah itu, Rizal pergi meninggalkan mereka yang belum selesai makan. Sepeninggal Rizal, Arjuna juga mendadak menyudahi makannya. Mendengar Rizal mengambil cuti selama lima hari, Arjuna seperti memikirkan sesuatu. Ia bergegas meninggalkan meja makan tanpa bicara.Lily yang tak enak hati, melihat perubahan pada raut wajah suaminya, juga ikut-ikutan berh

  • Main Cantik   Rencana Baru

    Berhubung Arjuna menawarkan rukonya dengan harga dibawah standar, dalam hitungan hari ruko mereka sudah laku. Kebetulan ada orang yang bekerjasama dengan perusahaan yang mencari mes untuk karyawan mereka. Arjuna dan Lily, kembali sibuk mengangkut sisa barang yang ada. Kebetulan masih baru semua dan masih bisa digunakan untuk membuka usaha baru.Untuk lemari dan kasur, Arjuna memutuskan untuk memberinya pada Mang Dirman. Tak lupa Arjuna menyelipkan sebuah amplop, sebagai ucapan terima kasih sudah banyak membantu dirinya selama ini. Mang Dirman menerima pemberian Arjuna dengan perasaan terharu."Kamu sudah hubungi Mbak Fi?" tanya Arjuna begitu mereka dalam perjalanan pulang.Lily mengangguk."Terus?""Iya, dia belum dapat kerjaan," jawab Lily sambil memandang keluar kaca. Arjuna tak bertanya lagi."Juna!" panggil Lily tiba-tiba.Arjuna melirik sebentar tanpa menjawab."Nanti, kalau Rizal jadi bawa an

  • Main Cantik   Ajaran Sesat Seorang Ayah

    Beberapa hari berikutnya, Arjuna mengajak Lily mengisi sisa waktu cutinya untuk beres-beres dan mengatur segala sesuatunya yang akan digunakan untuk memulai usaha baru.Sementara, Rizal tak mau kalah. Ia mengisi waktu yang ia miliki dengan terus mendekati anak-anaknya kembali.Sudah beberapa malam, ia selalu tidur dengan Abidzar dan Hussein. Sepertinya ia benar-benar kesepian. Kendati demikian, Rizal tidak berusaha menghubungi Nessa, ia seperti tidak membutuhkan kehadiran Nessa lagi."Bi ...." panggil Rizal di suatu malam sebelum tidur pada putra sulungnya."Apa, Pa?""Paman Juna, baik enggak sama Abi sama husen?""Baik, Pa! Paman Juna kan emang dari dulu baik sama kita, Pa!" jawab Abidzar polos, membuat Rizal harus menelan rasa kecewa."Nanti ... kalau kita ke Balikpapan, Abi sama Husen pengen enggak, kalau kita jalan berempat lagi sama mama? Seperti dulu, pas belum ada Tante Nessa?" Rizal memancing pembicaraan.

  • Main Cantik   Dia Kembali

    Pagi-pagi sekali, Rizal masih enggan untuk meninggalkan tempat tidur. Sejak tadi ia hanya berbaring sambil sesekali senyum-senyum sendiri. Hayalannya belum juga bisa lepas dari keindahan yang akan dilaluinya esok, di hari Minggu.Ia kemudian pindah tempat bersantai, di depan televisi. Tak sabar rasanya menunggu kedua anaknya pulang sekolah. Ia sudah menyiapkan telinganya baik-baik, untuk menguping drama keluarga Arjuna, dimana dia berperan sebagai sutradaranya.Sementara Arjuna juga masih bersantai menonton TV saja di kamar. Segala urusan di ruko sudah beres. Rencana, senin baru akan dimulai usaha mereka. Mbak Fi hari minggu pagi, baru tiba di sana. Lily sendiri setelah beberes di kamar mereka, langsung beberes di kamar kedua anaknya. Bu Erna tidak tahu, apa yang ia lakukan di kamar yang selalu tertutup rapat.Terdengar suara pintu diketuk. Rizal yang sedang asik menonton televisi tidak mendengar. Terdengar suara ketukan sekali lagi. Kamar Abi dan Husen yang dek

Latest chapter

  • Main Cantik   Akhir Sebuah Cerita

    "Waduh!" Rizal garuk-garuk kepala."Ta-pi, saya bukan suaminya, Mbak," tolak Rizal."Oh, Maaf! Suaminya kemana?""Suaminya di tempat kerja. Hapenya ketinggalan, tapi, nanti ada ibu saya datang dampingin," jelas Rizal. Perawat akhirnya mengerti. Rizal kembali menelpon ibunya yang tak kunjung tiba. Tapi tak di angkat-angkat. Beberapa saat kemudian, wajah Rizal berubah cerah saat Bu Erna sudah tiba di pintu ruang bersalin.Rizal segera membawa Ayezha menjauh, dan Bu Erna langsung masuk dan mendekat pada Lily, yang mulai mengejan. Ia langsung memegang tangan Lily dan menyapu bulir keringat yang menempel di dahinya."Oooeeek ... oeeeek ...."Karena ini pengalaman ke empat kalinya Lily melahirkan, tak perlu waktu lama mengejan, terdengar suara tangis bayi. Lily langsung terkulai lemas. Bayi yang sangat mungil karena lahir di bulan ke tujuh itu diangkat oleh perawat untuk dibersihkan. Bu Erna sendiri, membantu membersihkan anggota

  • Main Cantik   Semua Atas KehendakNya

    Rizal mengangkat wajahnya pelan-pelan mengikuti arah ekor mata Lily, melirik-lirik pada pasien yang mengisi di satu bagian ruangan mereka."Iya. Kayaknya iya!" jawab Rizal setengah berbisik juga.Mereka semua penasaran apa yang terjadi dengan Nessa. Kenapa yang menjaganya bukan ayah atau ibunya. Kenapa dia didampingi oleh dua orang asing yang sebaya dengan mereka? Nessa sendiri begitu menatap mereka dengan tatapan kosong. Seolah mereka tidak pernah saling mengenal.Rizal jadi penasaran. Arjuna pun mendukungnya untuk mendekat. Nampaknya ia juga sangat penasaran. Begitu wanita yang ikut menjaga Nessa tadi keluar, Rizal mewakili mereka semua mendekat."Permisi Pak. Dia Nessa kan?""Iya," jawab lelaki tadi singkat sambil menoleh."Dia sakit apa? Perempuan yang tadi disini siapanya? Ibu sama Bapaknya kemana?" Rizal memberondong lelaki tersebut dengan pertanyaan beruntun."Oh, tadi itu istri saya. Orang tuanya Nessa meninggal sa

  • Main Cantik   Jumpa Mantan

    Arjuna mandi secepat kilat. Rengekan Ayezha memanggil-manggil dari luar memaksanya buru-buru untuk menyelesaikan mandinya.Baru keluar dari kamar mandi, Ayezha sudah menunggunya di pintu. Alhasil, masih menggunakan handuk ia mengangkat dan membawa Ayezha duduk di pangkuannya."Papa pakai baju dulu ya, sama mama dulu ya?" bujuk Arjuna. Ayezha menggeleng, ia malah berpegangan erat di leher Arjuna.Arjuna memandang istri dan anaknya bergantian dengan gemas. Lily tertawa senang melihat wajah Arjuna yang lucu, menghadapi tingkahnya dan Ayezha. Tiba-tiba ponsel Arjuna berdering. Panggilan dari Bu Erna."Assalamu'alaikum Bu ....""Wa'alaikumsallam, Juna. Ibu mau ngabarin, istrinya Rizal sudah melahirkan," ucap Bu Erna langsung."Alhamdulillah, ini di mana sekarang, Bu?""Masih di rumah sakit," jawab Bu Erna."Oh, Ya Bu! Sebentar kami ke sana ya, Bu ... mau dibawakan apa?" suara Arjuna terdengar bersemangat."E

  • Main Cantik   Semua Ada Masanya

    "Ngomong apa sih, Mas? Iya. Sejak ketemu Rizal tadi, hatiku berubah. Berubah makin saayaaang sama suamiku yang luar biasa dan baik hati ini. Peduli sama adeknya yang dulu cuma bisa nyusahin dia aja," jawab Lily manja membuat Arjuna tersenyum bahagia."Bagaimanapun, dia adekku. Dalam tubuh kami ada aliran darah yang sama kan? Walaupun beda ibu? Seburuk-buruknya Rizal, sifat baiknya yang kuacungi jempol itu sayang sama ibu. Coba kamu ingat, pernah enggak Rizal berbicara kasar sama ibu? Enggak pernah kan? Meskipun dulu dia berlebihan sampai ngabaikan istrinya karena patuh sama ibu. Tapi kalau dulu dia enggak begitu, bisa jadi yang duduk di sampingku hari ini bukan kamu. Iyakan?"Arjuna bertanya sambil melirik pada Lily yang mengangguk sambil memandangnya penuh cinta. Kekagumannya atas kebijakan Arjuna bertambah besar."Ternyata memang semua ada sisi baik dan hikmahnya ya," gumam Lily begitu Arjuna mulai menjalankan kendaraan mereka."

  • Main Cantik   Kekhawatiran Arjuna

    Sesaat kemudian Rizal seperti tersadar akan sesuatu, lalu melangkahkan kaki masuk ke dapur untuk mengangkat menu makanan keluar.Lily merasa bersalah melihat tatapan Rizal. Arjuna memperhatikan perubahan raut wajah Lily, seperti gelisah. Ia menarik Lily menjauh sebentar."Kamu merasa bersalah, ya?" tanya Arjuna. Lily hanya diam. Ia sendiri tak tahu kenapa ia harus merasa bersalah."Minta maaflah pada Rizal. Atas kebohonganmu selama jadi istrinya dulu. Bagaimanapun, yang namanya bohong apalagi saat itu dia berstatus suamimu, tetaplah dosa," ucap Arjuna lembut. Lily hanya diam. Ia ragu dan takut. Lily masih saja berpikir, Rizal masih sama seperti yang dulu."Ly! Euumm, boleh aku ngomong sebentar?" tiba-tiba Rizal muncul dari belakang.Arjuna langsung masuk meninggalkan Lily dan Rizal yang duduk di kursi pel Keduanya duduk berhadapan. Jantung Lily berdegup kencang. Ia berpikir pasti Rizal akan menanyakan soal kebohongannya.

  • Main Cantik   Ternyata Ini yang Mereka Sembunyikan

    "Mas, kenapa sih aku enggak boleh ke ruko lagi? Mbak Fi juga kayaknya takut banget aku ke sana? Kenapa?" Lily mencoba kembali memancing pembicaraan setelah penolakan Mbak Fi sebulan yang lalu."Enggak apa-apa. kan aku sudah bilang, alasannya. Aku pengen kamu cepat hamil. Enggak perlu capek-capek lagi," Arjuna bersikukuh dengan alasan lamanya."Yaelah! kalo ke sana kan nengok doang, gak ngapa-ngapain! Gak capek. Gak ngaruh, Mas!" protes Lily."Pokoknya enggak boleh!""Kalau aku sudah hamil, baru boleh berarti ya?" tanya Lily. Arjuna diam, nampak masih enggan mengiyakan. Lily jadi makin penasaran melihat tingkah laku suaminya."Maaaas! Kalau sudah hamil, jangan kurung aku lagi, ya!" Lily mulai merengek."Heeeeeemmm. Hamil aja dulu!" Arjuna akhirnya mulai tak tega mendengar rengekan Lily."Bener, Mas?" Lily berbalik menatap suaminya. Arjuna hanya menaikkan alis sebagai jawaban."Mas. Liat deh!" Lily mengambil ses

  • Main Cantik   Keanehan Mbak Fi

    Tiga minggu berlalu begitu cepat.Lily bersiap tidur mengenakan piyama lengan panjang. Ia menyusun bantal seperti biasanya. Arjuna masih menggosok gigi di kamar mandi.Setelah semuanya beres, Lily memilih-milih kaset yang sudah hampir semuanya ditonton."Yaaaah!"Suara Lily terdengar kecewa."Kenapa?" tanya Arjuna yang baru keluar dari kamar mandi."Ngadat semua kasetnya! Padahal tinggal ini aja yang belum diputar. Besok kita cari kaset-kaset baru yang banyak, ya!" ucap Lily.Arjuna diam saja, tak menjawab. Lily menuju pembaringan, sambil membuka ponsel ia berbaring. Jari-jarinya langsung berselancar di youtube. Tiba-tiba Arjuna berbaring dan langsung merampas ponsel Lily."Mau ngapain?" ucapnya sambil meletakkan kembali ponsel Lily di dekatnya."Mau cari tontonan. Kan kasetnya rusak, besok kita cari lagi kaset baru, ya?" sahut Lily sambil bertanya."Enggak perlu! Mulai sekarang sebelum

  • Main Cantik   Menahan Diri

    Arjuna menurut saja pada ajakan Lily. Begitupun saat Lily memaksanya duduk sambil menatap wajahnya."Jadi, dulu itu aku melakukan sterill enggak dipotong. Cuma diikat, dan masih bisa dibuka lagi," terang Lily membuat Arjuna sangat terkejut."Emang bisa?" Arjuna menampakkan ketidakpercayaan."Kenapa enggak? Jaman udah semakin canggih. Tubektomi yang kulakukan hanya sebatas menutupi saluran indung telur kanan dan kiri supaya tidak terjadi pembuahan, jadi masih bisa dibuka. Prosedur membuka ikatan itu namanya anastomosis tuba, yaitu menggabungkan bagian saluran indung telur yang masih sehat," terang Lily sambil mengingat ucapan Dokter yang membantunya beberapa tahum silam.Arjuna menatap Lily penuh rasa syukur. Tetapi sesaat kemudian senyumnya meredup. "Tapi, apa enggak ada resiko kalau dibuka lagi ? Kalau membahayakan kamu, sebaiknya enggak usah. Kita sudah punya Husen dan Abi. Aku enggak masalah punya anak tiri aja. Bukankan selama aku ja

  • Main Cantik   Surprise Untuknya

    Setelah Rizal keluar, Arjuna langsung menutup pintu dan menguncinya. Ia tak ingin Rizal kembali mengusik mereka berdua. Arjuna merasa tak tega, melihat Lily selalu menangis bila berurusan dengan Rizal.Di luar kamar mereka, Rizal serasa tak mampu melangkah. Tulangnya seperti tak mampu menopang tubuh. Rizal bergeser dari pintu kamar Arjuna dan Lily, untuk bersandar di dinding. Ia meremas dadanya yang terasa sakit luar dalam. Berkali-kali ia menyapu matanya yang kabur, karena aliran air mata yang tak mampu dibendung.Rizal baru tahu rasa dan arti sebuah kehilangan, setelah hartanya yang paling berharga kini dalam genggaman orang yang tepat. Dia tak lagi memiliki alasan untuk memintanya kembali.Menyesalkah dia? Sangat! Tapi, kini Rizal sadar. Sesal tinggallah sesal. Mungkin memang sudah tiba waktu dan garis jodohnya dengan Lily terputus, dan tak bisa disambung lagi. Jodoh mereka sudah habis, tak akan bisa ia paksakan untuk bersatu lagi.Bu Erna mengha

DMCA.com Protection Status