"Nessa! Kamu enggak bisa main pulang-pulang aja, dong!" cegah Rizal sambil meraih kartu ATM yang dilempar Nessa ke lantai. Mereka bertengkar hebat setelah Lily dan Arjuna meninggalkan rumah tadi.
"Kenapa enggak bisa Mas? Selama jadi istrimu, aku selalu mendapat kejutan demi kejutan tentang kebohonganmu!" suara Nessa terdengar tinggi.
"Dulu kamu bilang, Lily yang menukar emasnya. Saat aku minta, aku baru tahu kalau untuk beli emasnya itu memang uang Lily. Suami modal dengkul kamu, Mas!" maki Nessa kasar.
Nessa mendorong Rizal yang masih berusaha menangkap pergelangan tangannya, sampai Rizal terduduk di lantai. Bu Erna yang sejak tadi hanya mengamati pertengkaran mereka di luar rumah berlari dan langsung membantu Rizal berdiri. Mata Bu Erna nanar menatap Nessa yang terlihat seperti menantangnya.
"Ngapain kamu nahan-nahan dia, Zal! Biarin aja kalau dia mau pulang. Yang penting kan, kartu ATM sudah di kembalikan! Emasku juga kembalikan!" pinta Bu
Jarak pantai Nipah-Nipah dengan rumah Arjuna cukup jauh. Butuh waktu 1 jam perjalanan untuk mencapainya. Mereka tiba sekitar pukul 09.00 wita.Abi dan Husen langsung bersorak tak sabar untuk turun dari mobil, melihat hamparan pasir. Air masih agak surut, sehingga daratan masih tampak luas.Lily membawa turun makanan dan minuman yang mereka beli tadi di jalan. Arjuna sendiri, menuju tempat parkir. Setelah mobil terparkir dengan baik, Arjuna langsung turun membawa karpet tempat mereka duduk, berjalan mendekat ke arah Lily.Abi dan Husen sudah tidak bisa di tahan-tahan lagi, langsung berlari-lari. Sesekali mereka berdua sama-sama duduk, mengaduk atau membuat goresan-goresan kecil di pasir. Setelah itu, berlari lagi, berkejaran lagi. Ah, memang saat ini usia mereka sedang berada di fase yang tidak mengenal kata lelah.Arjuna menghampar karpet di dekat kaki Lily yang masih menenteng makanan. Kemudian ia merenggut keresek dari tangan Lily tiba-tiba, membu
Lily menjatuhkan dirinya di atas karpet, sambil meraih minum. Arjuna ikut duduk di sebelahnya. Ekor matanya melirik Lily yang nampak konsentrasi menatap pada Rizal yang asik bermain dengan kedua anaknya."Kalau kamu mau ikut main bareng mereka, boleh kok!" ucap Arjuna tiba-tiba.Lily berpaling dan menatapnya heran."Enggak!" jawab Lily kesal sambil menunduk. Arjuna tahu, Lily merasa kecewa, karena kedatangan Rizal merusak momennya bersama anak-anak."Ayo!"Tiba-tiba Arjuna berdiri dan meraih tangan Lily."Kemana?""Ya kesana, gabung sama anak-anak."Arjuna langsung menarik tangan Lily dan berlari-lari kecil menuju mereka bertiga, tanpa melepas genggamannya di tangan Lily.Dari kejauhan, Rizal setengah mati menyembunyikan rasa cemburu yang membakar hati, melihat Arjuna dan Lily datang saling bergandengan tangan. Rasa panas menjalar hingga ke wajahnya, yang memang sudah kepanasan karena hawa dari matahari yang mu
Sepanjang perjalanan pulang, Lily merasa gelisah. Hatinya tidak tenang, karena ini pertama kali anak-anak hanya bertiga dengan Rizal."Juna ... jangan sampai dia nyelip, ya! aku takut ...." ucap Lily cemas sambil terus menatap ke kaca spion. Di belakang mereka Rizal menjalankan kendaraannya cukup pelan."Heem!" Arjuna hanya mendehem."Harusnya tadi aku ikut di situ, ya!" suara Lily terdengar menyesal."Terus? Kenapa enggak ikut?" tanya Arjuna seperti sewot."Enggak kepikiran," jawab Lily polos.Tiba-tiba Arjuna menepikan mobilnya."Udah, turun!" perintahnya dingin."Loh, kok?" Lily bingung terhadap sikap Arjuna."Katanya mau ikut di belakang! ya di tungguin, distopin!" ucapnya masih dengan nada dingin."Apanya yang di stopin, tuh, mobilnya aja sudah nyelip. Sudah kubilang jangan kasih kesempatan nyelip. Malah pakai acara berhenti. Kejar lagi!" omel Lily.Arjuna langsung bingung. Entah apa yang ada di pi
Ia segera membuat segelas kopi, dan meletakkan di depan Rizal yang menunggu di kursi. Kemudian, Lily lanjut memasak telur dadar untuk Abi. Ia memasak dengan buru-buru. Setelah mengambil nasi di magic com, ia meraih telur dan meletakkan di atas nasi."Bertingkahlah biasa, Lily. Nanti sore, masakkan makanan kesukaanku. Kalau kamu mau jadi ibu yang baik," ulang Rizal lagi.Lily hanya diam. Ia langsung melangkah ke kamar anaknya membawa piring nasi dan air minum. Ia masuk dan mengunci pintu, kemudian duduk di samping Abi yang sudah menunggu. Sementara Husen, sedang terlelap."Abi, tadi Papa ada bilang apa, di jalan?" tanya Lily berusaha mencari tahu."Papa bilang, mulai malam ini, akan menemani Abi sama Husen tidur di kamar. Katanya, Papa kangen sama kami, Ma!" jawab Abidzar polos."Kalau enggak ada Tante Nessa, Papa baik ya Ma! Senang deh, sekarang Papa mau main sama kita lagi!" Lanjut Abi membuat Lily harus menarik napas panja
"Eerrrrgghh ...."Rizal bersendawa usai menyantap hidangan makan malam mereka."Maaf, kekenyangan. Makanannya enak sih. Makasih ya, Ly. Sudah mau masakin makanan kesukaan aku," ucap Rizal sambil meraih tisu dan mengelap mulutnya yang kepedasan.Lily tak menjawab, dalam hatinya sungguh ingin melempar sisa makanan ke wajah Rizal, yang suka memanfaatkan keadaan."Oya, besok ... surat pindah Abi dan Hussein biar aku yang antar ke sekolahnya," ucap Rizal sambil menuang minum."Kamu enggak kerja, Zal?" tanya Bu Erna heran."Aku ambil cuti, lima hari, Bu! Mau istirahat dulu," jawab Rizal. Setelah itu, Rizal pergi meninggalkan mereka yang belum selesai makan. Sepeninggal Rizal, Arjuna juga mendadak menyudahi makannya. Mendengar Rizal mengambil cuti selama lima hari, Arjuna seperti memikirkan sesuatu. Ia bergegas meninggalkan meja makan tanpa bicara.Lily yang tak enak hati, melihat perubahan pada raut wajah suaminya, juga ikut-ikutan berh
Berhubung Arjuna menawarkan rukonya dengan harga dibawah standar, dalam hitungan hari ruko mereka sudah laku. Kebetulan ada orang yang bekerjasama dengan perusahaan yang mencari mes untuk karyawan mereka. Arjuna dan Lily, kembali sibuk mengangkut sisa barang yang ada. Kebetulan masih baru semua dan masih bisa digunakan untuk membuka usaha baru.Untuk lemari dan kasur, Arjuna memutuskan untuk memberinya pada Mang Dirman. Tak lupa Arjuna menyelipkan sebuah amplop, sebagai ucapan terima kasih sudah banyak membantu dirinya selama ini. Mang Dirman menerima pemberian Arjuna dengan perasaan terharu."Kamu sudah hubungi Mbak Fi?" tanya Arjuna begitu mereka dalam perjalanan pulang.Lily mengangguk."Terus?""Iya, dia belum dapat kerjaan," jawab Lily sambil memandang keluar kaca. Arjuna tak bertanya lagi."Juna!" panggil Lily tiba-tiba.Arjuna melirik sebentar tanpa menjawab."Nanti, kalau Rizal jadi bawa an
Beberapa hari berikutnya, Arjuna mengajak Lily mengisi sisa waktu cutinya untuk beres-beres dan mengatur segala sesuatunya yang akan digunakan untuk memulai usaha baru.Sementara, Rizal tak mau kalah. Ia mengisi waktu yang ia miliki dengan terus mendekati anak-anaknya kembali.Sudah beberapa malam, ia selalu tidur dengan Abidzar dan Hussein. Sepertinya ia benar-benar kesepian. Kendati demikian, Rizal tidak berusaha menghubungi Nessa, ia seperti tidak membutuhkan kehadiran Nessa lagi."Bi ...." panggil Rizal di suatu malam sebelum tidur pada putra sulungnya."Apa, Pa?""Paman Juna, baik enggak sama Abi sama husen?""Baik, Pa! Paman Juna kan emang dari dulu baik sama kita, Pa!" jawab Abidzar polos, membuat Rizal harus menelan rasa kecewa."Nanti ... kalau kita ke Balikpapan, Abi sama Husen pengen enggak, kalau kita jalan berempat lagi sama mama? Seperti dulu, pas belum ada Tante Nessa?" Rizal memancing pembicaraan.
Pagi-pagi sekali, Rizal masih enggan untuk meninggalkan tempat tidur. Sejak tadi ia hanya berbaring sambil sesekali senyum-senyum sendiri. Hayalannya belum juga bisa lepas dari keindahan yang akan dilaluinya esok, di hari Minggu.Ia kemudian pindah tempat bersantai, di depan televisi. Tak sabar rasanya menunggu kedua anaknya pulang sekolah. Ia sudah menyiapkan telinganya baik-baik, untuk menguping drama keluarga Arjuna, dimana dia berperan sebagai sutradaranya.Sementara Arjuna juga masih bersantai menonton TV saja di kamar. Segala urusan di ruko sudah beres. Rencana, senin baru akan dimulai usaha mereka. Mbak Fi hari minggu pagi, baru tiba di sana. Lily sendiri setelah beberes di kamar mereka, langsung beberes di kamar kedua anaknya. Bu Erna tidak tahu, apa yang ia lakukan di kamar yang selalu tertutup rapat.Terdengar suara pintu diketuk. Rizal yang sedang asik menonton televisi tidak mendengar. Terdengar suara ketukan sekali lagi. Kamar Abi dan Husen yang dek