Hari ini Kinan sedang berkunjung ke cafe, selain karena sudah merasa bosan di rumah. Dia juga ingin mengunjungi Mahira. Kinan merasa bersalah karena sudah membiarkan Mahira mengurusi cafe ini sendiri. Nenek Arini memang masih sibuk mengurusi cafe dan beberapa restoran lain tetapi akhir-akhir ini beliau lebih sering disibukkan dengan pembukaan cabang baru restoran.Kinan melihat Mahira sedang sibuk meneliti laporan pengeluaran dan pemasukan barang ketika dia datang."Assalamualaikum Mahiraku," sapa Kinan lembut langsung duduk di kursi yang berada di depan Mahira."Eh waalaikumsalam, tumben sekali ibu pewaris tunggal datang kesini? Bukannya sedang cuti hamil ini?" ledek Mahira seperti biasa.Kinan tertawa menanggapi ledekan dari Mahira yang memang selalu memanggilnya pewaris tunggal kalu sedang berdua saja seperti ini."Bosan sekali di rumah, kegiatanku hanya nonton televisi, main game atau baca novel online. Nenek sedang sibuk mengurusi pembangunan restoran baru. Kamu sibuk sekali disi
Keesokan harinya Imel dan Saskia kembali datang ke cafe untuk menemui Mahira. Kali ini mereka berangkat pagi sekali berharap bisa ketemu sahabat dari Kinan tersebut.Setelah menunggu cukup lama mereka berhasil menemui Mahira."Wah keren sekali ya, seorang anak panti asuhan bisa bekerja di cafe terkenal seperti ini dan sepertinya punya jabatan yang bagus," sindir Imel.Mahira memang meminta Pak Rudi untuk membawa mereka masuk ke kantornya ketika manajer cafe tersebut memberitahu bahwa ada yang mencarinya. Dan begitu mendengar sindiran yang dilontarkan Imel tersebut, Mahira hanya tersenyum tidak terpengaruh sama sekali."Bukan begitu caranya untuk mengucap salam bukan?" tanya balik Mahira dengan sopan."Disini saya sebagai tuan rumah jadi kalian harus menghormati saya. Itu pun kalau kalian ingin saya hormati sebagai tamu. Jadi lakukanlah etika bertamu yang benar," lanjut Mahira.Imel dan Saskia yang merasa disindir oleh Mahira tidak terima. Raut wajah mereka menunjukkan wajah yang tidak
Mas, kamu sayang sama aku nggak?" tanya Saskia pada Jaka ketika mereka sedang berada dalam kamar."Kenapa nanya gitu?" tanya balik Jaka."Aku merasa kamu cuek sekali padaku akhir-akhir ini. Padahal kan sekarang aku lagi hamil anak kamu, Mas," rajuk Saskia.Jaka menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Saskia yang aneh menurutnya."Kamu aneh deh nanyanya, hal seperti itu seharusnya tidak perlu kamu tanyakan. Sudah jangan nanya lagi, besok waktu kamu kontrol kehamilan kan?" ucap Jaka."Iya Mas, kamu nemenin aku kan Mas?" tanya Saskia.Usia kehamilan Saskia kini sudah menginjak hampir 7 bulan, oleh karena itu perutnya semakin terlihat membuncit. Namun Jaka berusah untuk menunjukkan kasih sayangnya yang entah kenapa perlahan semakin memudar ketika dia melihat sang istri."Iya besok Mas temani," ucap Jaka singkat lalu memutuskan untuk tidur.Saskia merasa kesal karena Jaka tidak menggubris omongannya sama sekali dan malah tidur memunggunginya.'Kenapa kamu berubah, Mas?' keluh Saskia dala
Sayangnya dalam kasus seperti ini, tidak ada kaitannya dengan keturunan, Bu. Namun ini masih kecurigaan saya, nanti untuk pastinya akan bisa kita lihat setelah bayi ini lahir. Dan baru bisa kita lakukan tatalaksana untuk penyelesaiannya," ujar sang dokter.***Jaka dan Saskia hanya diam tidak bersuara, begitu pun saat mereka sudah sampai di mobil mereka. Tidak ada percakapan yang menghiasi seperti yang biasa mereka lakukan setiap selesai periksa ke dokter."Mas," ucap Saskia pelan.Namun Jakan hanya terdiam tidak berusaha merespons kalimat yang ingin diucapkan oleh Saskia."Kalau benar nanti anak ini terlahir cacat, aku tidak mau merawatnya. Kita kasih ke panti asuhan saja daripada anak ini membuat malu keluarga, Mas," jelas Saskia.Jaka terkejut mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Saskia. Dia tidak habis pikir Saskia bisa berbicara seperti itu."Ngomong apa kamu? Dia itu anak yang dititipkan Allah sama kita, jadi seperti apapun nanti kita akan merawatnya," sahut Jaka yang
Semakin mendekati hari perkiraan lahirnya, Kinan merasa tambah grogi. Dia berharap prosesnya saat melahirkan nanti bisa berjalan dengan lancar tanpa suatu halangan.Hari ini Kinan kembali memeriksakan diri ke dokter kandungan karena Kinan merasa perutnya kencang. Kinan ditemani oleh sang Nenek, Mahira dan juga Bu Hasna."Nek, Kinan takut sekali," ujar Kinan pada sang Nenek ketika sedang menunggu antrian dokter."Banyak berdoa ya Nak, biar proses lahirannya lancar dan dimudahkan," ujar Nenek Arini.Bu Hasna yang mendengar kalimat yang diucapkan Kinan tanpa sengaja meneteskan air matanya."Loh Bu Hasna, kenapa nangis?" ucap Mahira.Bu Hasna segera menghapus air mata yang terjatuh dengan cepat."Bu Hasna, terima kasih karena selalu mendampingi Kinan hingga sekarang. Doakan semoga proses melahirkan Kinan nanti lancar ya?" ucap Kinan dengan tulus."Kinan, tanpa kamu minta Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu," jawab Bu Hasna.Mereka semua kembali menunggu antrian di depan ruang dok
POV JakaSejak pulang dari dokter kandungan beberapa hari yang lalu, Saskia menjadi lebih pendiam. Dia lebih sering berada di kamar lalu berdiam diri."Aku nggak apa-apa," ujar Saskia ketika aku bertanya ada masalah apa.Aku masih disibukkan dengam urusan butik Saskia yang ramai. Namun ada hal yang membuatku pusing, Ibu terus meminta uang untuk modal investasi seperti yang dikatakan tempo hari."Jaka, gimana?" tanya Bu Lina saat sarapan."Bagaimana apanya Bu?" tanyaku pura-pura tidak mengerti arah pembicaraan Ibu. Kulihat Ibu berdecak sebal, mungkin karena biasanya aku selalu menuruti kemauannya sedangkan kali ini aku belum mengabulkan permintaannya.Mau bagaimana lagi, aku sedang tidak ada uang sebanyak yang ibu minta. Aku tidak enak kalau harus meminta kepada Saskia melihat kondisinya akhir-akhir ini yang selalu murung."Uang yang ibu minta untuk investasi itu loh, gimana sudah ada?" tanya Bu Lina."Maaf Bu, Jaka belum ada uang segitu," ujar Jaka."Ya kamu minta Saskia lah, masak h
"Sebenarnya Imel kemarin habis dilabrak sama seorang ibu-ibu yang mengaku istri sah dari pacar Imel" ucap Jaka akhirnya."Apa????" teriak Bu Lina merasa terkejut.***"Kamu bercanda kan Jak?" ujar Bu Lina masih tidak percaya."Nggak Bu, aku tidak bercanda. Mana mungkin aku bercanda untuk hal seperti ini?" cicit Jaka."Nggak Jak, adik kamu itu polos, tidak mungkin dia sampai berbuat seperti itu," keluh Bu Lina sambil memijit pelipisnya."Ah aku tau, kamu ya Sas yang meracuni otak anak saya jadi dia berbuat seperti itu?" tuduh Bu Lina kepada menantunya.Saskia yang disangkutpautkan dengan persoalan Imel tentu saja tidak terima dengan tuduhan dari Bu Lina."Enak saja kalau ngomong, jangan fitnah donk Buz" ketus Saskia."Saskia yang sopan kalau ngomong sama Ibu," tegur Jaka."Mas, ibu kamu ini aneh, masak yang ngelakuin kayak gitu Imel disangkutpautin ke aku sih. Mana bisa aku terima Mas?" ucap Saskia sambil memasang wajah sedih agar Jaka tidak memarahinya."Bukan begitu sayang, Ibu kan k
"Jak.. Jakaa..." ucap Bu Lina dengan lemah.Jaka yang duduk di sebelah ibunya segera memegang tangan sang ibu."Iya Bu, ini Jaka. Ibu apa yang sakit?" tanya Jaka dengan perhatian."Jak, adikmu Imel dimana? Kenapa tidak kelihatan, apa sudah kamu hubungi?" tanya sang ibu kembali."Jaka belum sempat menghubunginya Bu, nanti saja. Yang penting Ibu enakan dulu, ibu mau minum?" tanya Jaka yang dibalas anggukan lemah oleh sang ibu.Dengan telaten Jaka memberikan sang ibu minum air putih dengan sedotan. Dan perlahan Bu Lina meminumnya."Ibu mau pulang Jak, ibu nggak apa-apa. Ibu mau ketemu adikmu," ujar Bu Lina."Sabar ya Bu, kata dokter ibu harus menginap dulu disini karena tensi ibu tinggi sekali. Ibu nggak usah banyak pikiran ya, biar cepet sembuh," jelas Jaka."Tapi Ibu mau pulang Jak, ibu mau ketemu Imel. Ibu mau menanyakan langsung perihal tespack yang Imas temukan," pinta Bu Lina."Sudah Bu, nanti kita bahas masalah ini. Yang terpenting sekarang ibu harus sembuh," jawab Jaka.Bu Lina a
"Bayi.. Bayiku," ujar Saskia ketika di jalan dia berpapasan dengan seorang suster yang sedang membawa bayi ke ruang bayi menggunakan inkubator."Bukan Sas, itu bukan bayi kamu. Itu bayi orang lain," ujar Jaka seraya mendorong dengan cepat kursi rodanya sebelum Saskia semakin histeris."Tidak itu bayikuu.. Huhu.. Itu bayikuuu," ujar Saskia sembari menangis.Tentu saja kelakuan Saskia tersebut menarik perhatian dari beberapa pengunjung yang lewat di lorong rumah sakit tersebut."Sayang sabar ya, itu bukan Nabila," jawab Jaka berusaha menyadarkan Saskia."Nggak, itu bayikuu, bayikuu," Saskia masih berteriak histeris.Jaka akhirnya berjalan menerobos kerumunan orang agar segera bisa membawa Saskia menuju mobil sebelum dia berteriak histeris kembali.Dalam hatinya Jaka merasa kasihan kepada nasib Saskia yang terlihat sekali begitu meratapi kepergian sang putri kecil."Jaka, lama sekali?" gerutu Bu Sarah yang sudah terlebih dahulu sampai di sebelah mobil milik Jaka."Maaf Ma, tadi Saskia se
"Jadi Nenek Arini itu ternyata adalah nenek kandungnya Kinan. Dia adalah pengusaha pemilik HW Group yang bergerak di bidang FNB namun kini sedang merambah dunia fashion," jelas Jaka panjang lebar."Apa???" Bu Sarah membelalakkan matanya karena begitu terkejut dengan berita yang Jaka sampaikan.Bu Sarah tidak menyangka orang yang selalu dia rendahkan adalah orang kaya. Dan dia juga investor tunggal di bisnis anaknya. Tentu ini bukanlah kabar yang bagus."Kamu jangan bercanda gini, nggak lucu," bentak Bu Sarah.Meskipun mendengar suara keribuatan, Saskia hanya diam mematung sembari memandang ke jendela. Tatapannya mengarah ke arah jendela, memandang jauh ke depan sana seolah ada anaknya di ujung sana.Bu Sara memijit pelipisnya berasa pusing, padahal dalam hati dia sudah membuat rencana akan menculik Rayyan. Tentu saja jika dia melakukan itu, bukan tidak mungkin bisnis anaknya akan hancur."Sas, sembuh donk. Ayo ngomong sama mama," ujar Bu Sarah kepada Saskia.Namun Saskia hanya diam ti
"Gimana Jak? Berhasil atau tidak?" tanya Bu Lina ketika melihat Jaka masuk ke dalam rumah."Ah maaf Ma, Kinan tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak meminjamkan Rayyan. Dia bilang Rayyan masih asi jadi tidak bisa dia pinjamkan," keluh Jaka.Bu Lina gondok dengan jawaban yang diberikan oleh anaknya tersebut. Dia marah karena Jaka gagal melaksanakan tugas yang diberikan oleh mertuanya. Dia takut jika besannya tersebut menjadi marah mengingat kelakuan besannya yang seperti itu."Apa tidak bisa kamu paksa Jak?" tanya Bu Lina."Tidak bisa Ma, malah Nenek Arini juga ikut bicara memarahi Jaka egois dan hanya memikirkan diri sendiri," ujar Jaka.Bu Lina meradang dengan penjelasan yang diberikan oleh Jaka tersebut."Sombong sekali Jak, mentang-mentang mereka orang kaya terus bisa berbuat seenak dengkulnya sendiri gitu sama kamu. Mama benar-benar tidak habis pikir dengan mereka. Ngakunya orang kaya tapi sama sekali tidak punya hati," gerutu Bu Lina.Jaka mengabaikan gerutuan dari sang ibu. D
"Apa Mas, coba ulangi permintaanmu?" ujar Kinan yang begitu terkejut mendengar permintaan dari Jaka tersebut."Aku minta tolong sekali Kinan agar aku diijinkan untuk meminjam Rayyan untuk dibawa menemui Saskia. Seminggu saja, bukankah Rayyan itu adalah anak aku juga Kinan?" ujar Jaka.Kinan terperangah dengan permintaan Jaka yang begitu absurd. Dia tidak menyangka seorang Jaka Saputra yang dia kenal dulu begitu bijak dalam membuat keputusan bisa menjadi begitu bodoh seperti ini."Mas, Rayyan bukan barang yang bisa dipinjamkan seperti itu!" ujar Kinan sembari menahan amarah yang mulai bergolak di dada."Ayolah Kinan, tolong Mas sekali ini saja. Demu kesembuhan Saskia," ujar Jaka yang kini berlutut di kaki Kinan."Kamu rupanya belum puas juga Jaka?" ujar Nenek Arini yang tiba-tiba muncul dari ruang tengah.Jaka yang sedang dalam posisi berlutut kepada Kinan langsung berdiri ketika mendengar suara Nenek Arini. Jaka merasa segan dengan wanita paruh baya tersebut."Kamu masih mencoba untuk
"Silahkan masuk Pak," ujar security tersebut setelah beberapa lama menelepon.'Alhamdulillah,' ucap Jaka dalam hatinya.Jaka pun bergegas untuk memacu kendaraannya untuk segera mencari rumah Kinan. Dan akhirnya setelah berputar beberapa kali, aku bisa menemukan mobil Nenek Arini yang terparkir rapi di halaman rumahnya. Jaka ternganga melihat kediaman Nenek Arini yang begitu mewah dan besar. Jaka tersadar dari kekagumannya setelah lama melihat rumah tersebut. Dia bergegas melangkahkan kakinya menuju gerbang security yang ada di depan."Permisi Pak, saya ingin bertemu dengan Kinan," ujar Jaka kepada security yang berjaga di pos satpam."Oh iya Pak Jaka ya? Silahkan masuk Bu Kinan sudah menunggu di dalam," ucap security tersebut dengan ramah.Jaka segera memarkirkan motornya lalu dia mmpun memencet bel di pintu depan. Ternyata Kinan sendiri yang membuka pintu. Jaka termangu melihat penampilan Kinan yang kini semakin cantik seetelah melahirkan."Silahkan masuk Mas Jaka, ada perlu apa ya?"
POV Jaka"Gimana Jak? Berhasil kan, apa neneknya Kinan mau diajak kerjasama?" tanya ibu begitu melihatku yang baru saja masuk rumah.Aku menggelengkan kepalaku dan mendesah pelan."Nenek Arini menolak mentah-mentah usul yang Jaka berikan Ma," ucapku sembari menghela nafas panjang dan merasa sangat frustasi."Loh kenapa? Kan hanya meminjam Jak, kamu juga punya hak loh atas anak kamu. Mereka nggak bisa seenaknya saja melarang kamu untuk bertemu anaknya!" gerutu ibu dengan kesal.Aku hanya diam tidak mampu lagi untuk menjawab celotehan dari ibu. Kepalaku pening memikirkan jika nanti mama mertuaku datang dan menyuruhku untuk mengikuti saran untuk mengambil hak asuh. Aku sudah pasti kalah."Imel kemana Bu?" tanya Jaka menanyakan kemana sang adik yang tidak kelihatan."Imel ke butik, katanya dia tidak mau ditegur karena kelamaan cuti dari kerjaan," jawab Ibu yang langsung aku jawab dengan anggukan.Kulihat ibu memilih untuk duduk di sebelahku sembari menggigiti kukunya, sepertinya beliau ik
POV Jaka"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Kalimat permintaan Ibu mertuaku terus menerus berputar di dalam benakku. Entah apa yang ada di dalam benak beliau hingga bisa tercetus ide gila seperti itu. Jelas Kinan akan mempertahankan mati-matian hak asuh bayi tersebut, apalagi Kinan sekarang bukanlah wanita biasa-biasa saja. Dia adalah penerus satu-satunya dari Hadwiryawan Group, salah satu pengusaha kuliner yang cukup terkenal di kotaku.Tetapi menolak keinginan ibu mertua tentu bukanlah hal yang mudah juga. Apalagi beliau termasuk orang yang tidak gampang digoyahkan dan akan memakai cara apapun agar keinginannya tercapai. Termasuk cara yang kotor sekalipun, aku bisa paham hal tersebut mengingat Saskia juga menuruni sifat dari beliau. Hanya saja satu yang masih mengganjal dari semua ini, apakah Saskia akan menyetujui tentang ide gila ini."Jaka, ayo kamu kapan mendatangi Kinan?" u
"Kinan, kamu begadang lagi malam ini?" tanya Nenek Arini ketika melihat wajah Kinan yangbterlihat sayu."Iya Nek, Rayyan semalam rewel dan baru tidur sekitar jam 3 tadi," jawab Kinan sembari menguap."Kamu tidur lagi saja kalau Rayyan sedang tidur, kamu juga harus banyak istriahat, agar kondisi kamu tidak drop. Ini sudah nenek siapkan madu hangat agar badan kamu terasa lebih baik," ucap Nenek Arini seraya meminta Kinan untuk menghabiskan madu yang ada di depannya."Makasih banyak Nek," ujar Kinan sembari menandaskan madu hangat yang sudah dipersiapkan Nenek Arini untuk dirinya."Apa kamu perlu nenek panggilkan tukang urut agar badan kamu lebih terasa segar?" tanya Nenek Arini."Wah boleh juga, tetapi besok saja ya Nek. Hari ini Kinan sudah ada janji dengan bidan home care untuk memijat Rayyan," jawab Kinan."Oh gitu, yasudah biar besok nenek panggilkan tukang urutnya. Kamu harus happy Kinan, makan yang banyak biar ASInya juga lancar," ujar Nenek Arini mengingatkan Kinan."Siap nenek,
"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Jaka sangat terkejut dengan permintaan yang diucapkan oleh mama mertuanya. Jaka tidak habis pikir dengan permintaan mama mertuanya yang cukup aneh di telinganya tersebut."M-maksud mama apa ya?" tanya Jaka."Kamu tadi kan bilang sendiri kalau kamu mau melakukan apapun demi eksembuhan Saskia. Dan satu-satunya cara ya itu dengan merebut anak Dari Kinan kemudian Saskia yang akan merawatnya," ujar Bu Sarah dengan pandangan tajam."T-tapi Ma, mana mungkin Jaka tega berbuat seperti itu?" tanya Jaka pada sang mertua."Kenapa Jaka, bukannya kamu bisa dengan mudah mengambil anak Kinan? Kamu bilang saja kalau Kinan tidak bekerja jadi dia tidak bisa memiliki hak asuh dari anaknya. Kamu ini gitu aja kenapa dibikin pusing sih?" ujar Bu Sarah yang masih belum mengetahui siapa Kinan sebenarnya."Tapi Kinan bukanlah orang yang bisa dengan mudah kita hadapi sekar