"Sebenarnya Imel kemarin habis dilabrak sama seorang ibu-ibu yang mengaku istri sah dari pacar Imel" ucap Jaka akhirnya."Apa????" teriak Bu Lina merasa terkejut.***"Kamu bercanda kan Jak?" ujar Bu Lina masih tidak percaya."Nggak Bu, aku tidak bercanda. Mana mungkin aku bercanda untuk hal seperti ini?" cicit Jaka."Nggak Jak, adik kamu itu polos, tidak mungkin dia sampai berbuat seperti itu," keluh Bu Lina sambil memijit pelipisnya."Ah aku tau, kamu ya Sas yang meracuni otak anak saya jadi dia berbuat seperti itu?" tuduh Bu Lina kepada menantunya.Saskia yang disangkutpautkan dengan persoalan Imel tentu saja tidak terima dengan tuduhan dari Bu Lina."Enak saja kalau ngomong, jangan fitnah donk Buz" ketus Saskia."Saskia yang sopan kalau ngomong sama Ibu," tegur Jaka."Mas, ibu kamu ini aneh, masak yang ngelakuin kayak gitu Imel disangkutpautin ke aku sih. Mana bisa aku terima Mas?" ucap Saskia sambil memasang wajah sedih agar Jaka tidak memarahinya."Bukan begitu sayang, Ibu kan k
"Jak.. Jakaa..." ucap Bu Lina dengan lemah.Jaka yang duduk di sebelah ibunya segera memegang tangan sang ibu."Iya Bu, ini Jaka. Ibu apa yang sakit?" tanya Jaka dengan perhatian."Jak, adikmu Imel dimana? Kenapa tidak kelihatan, apa sudah kamu hubungi?" tanya sang ibu kembali."Jaka belum sempat menghubunginya Bu, nanti saja. Yang penting Ibu enakan dulu, ibu mau minum?" tanya Jaka yang dibalas anggukan lemah oleh sang ibu.Dengan telaten Jaka memberikan sang ibu minum air putih dengan sedotan. Dan perlahan Bu Lina meminumnya."Ibu mau pulang Jak, ibu nggak apa-apa. Ibu mau ketemu adikmu," ujar Bu Lina."Sabar ya Bu, kata dokter ibu harus menginap dulu disini karena tensi ibu tinggi sekali. Ibu nggak usah banyak pikiran ya, biar cepet sembuh," jelas Jaka."Tapi Ibu mau pulang Jak, ibu mau ketemu Imel. Ibu mau menanyakan langsung perihal tespack yang Imas temukan," pinta Bu Lina."Sudah Bu, nanti kita bahas masalah ini. Yang terpenting sekarang ibu harus sembuh," jawab Jaka.Bu Lina a
"Saskia kamu jangan bikin malu Mas donk, kita lagi di rumah sakit sekarang," ujar Jaka setelah Kinan menghilang dari pandangan."Kamu itu Mas, aku belum selesai menunoahkan unek-unekku ke wanita itu. Ngapain dia milih rumah sakit yang sama. Pasti dia itu mau berusaha ngedeketin kamu lagi Mas!" ujar Saskia.Jaka yang mendengar cerita Saskia hanya bisa menggelengkan kepala mendengar fitnahan dari Saskia."Sas, sudahlah kita kesini kan untuk merawat Ibu. Sudah ya nggak usah marah-marah. Kasian bayi kamu," tutur Jaka dengan lembut.Saskia justru marah setelah mendegar nasihat dari Jaka, dia tidak bisa terima kalau lelaki yang sudah bergelar suaminya tersebut terus menerus membela Kinan."Mas, kamu itu suami aku, harusnya kamu itu membela aku donk. Bukan malah membela mantan istri kamu itu, ahh aku tau kamu masih mencintai dia kan. Ngaku kamu Mas?" geram Saskia."Astaghfirullah Sas, bagaimana ceritanya sih ngebela Kinan? Memang ada kalimat Mas yang nunjukkin kalau Mas membela Kinan? Mas ha
"Minta maaf nggak sama Kinan, nenek lampir!" ucap Mahira.Saskia yang merasa kesakitan namun dia gengsi untuk meminta maaf apalagi kepada Kinan, orang yang paling dia benci ini."Lo beraninya sama wanita hamil, nggak malu lo?" ujar Saskia berusaha memprovokasi Mahira agar mau melepaskan tangannya."Sudah Hira, lepaskan dia kasihan," ucap Kinan yang tidak tega melihat Saskia sudha meringis kesakitan."Biar aja Kinan, biar dia tahu kalau nggak semua orang bisa dia perlakukan seenak udelnya kayak gitu," jawab Mahira."Sudah sudah nanti kalau ada orang yang lewat tidak enak dilihatnya, kasihan dia," sahut Kinan.Karena Kinan sudah memohon agar Saskia dilepaskan makan Mahira pun dengan terpaksa melepaskan Saskia."Huh kalau Kinan nggak memohon kayak gitu, nggak bakalan aku lepasin. Awas kamu ya kalau bikin gara-gara lagi, dasar nenek lampir!" jawab Mahira dengan ketus.Saskia akhirnya bisa bernafas dengan lega dan langsung melarikan diri dari sana sebelum Mahira melakukan hal aneh lagi kep
Imel sudah hancur Mas, Imel sudah kotor," sahut Imel sambil menangis terisak yang tentu saja membuat Jaka semakin mengeratkan pelukannya pada sang adik. Dia berusaha menyalurkan energi positif pada sang adik agar bisa bangkit kembali."Ada Mas disini, kamu tenang ya. Ada Mas, kita cari jalan keluar bersama-sama," jawab Jaka."Nggak usah repot-repot Mas, aku sudah membuang bayi si**an ini. Dia sudah hilang, hahaha," jawab Imel enteng.Jaka terhenyak mendengar jawaban yang keluar dari adiknya ini, dia masih tidak bisa percaya akan kalimat yang baru saja di dengarnya."Apa maksud kamu? Apa maksud kamu dengan membuang bayi itu?" tanya Jaka menggali maksud adiknya."Anak s**l ini sudah aku buang Mas, aku sudah membuangnya. Dia itu kesalahan dan kesalahan itu harus segera dihapus," jawab Imel lagi."Astaga Imel, kamu menggugurkan bayi itu? Kamu bagaimana sih? Kenapa tidak berdiskusi dulu dengan kami?" ucap Jaka seraya menyugar rambutnya dengan kasar."Halaah peduli se*an Mas, aku lega sudah
Oeek.. Oeekkk.." suara tangisan bayi menggema di sebuah kamar bersalin.Setelah memakan proses hampir seharian akhirnya Kinan berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki yang begitu tampan dengan oaras yang menyerupai Kinan."Alhamdulillah," tidak henti Kina bersyukur atas kelahiran bayinya.Kinan sudah meminta tolong dari sejak jauh hari kepada Pak Ferdi untuk mengadzani bayinya. sekarang sang bayi sedang dibawa ke ruang bayi untuk dibersihkan, dan Kinan masih menjalani proses pemulihan setelah melahirkan."MashaAllah Kinan, selamat ya? Nenek bangga sekali kamu hebat Nak," ujar Nenek Arini sambil mengelus lembut rambut cucunya."Terima kasih banyak ya Nek, alhamdulillah Rayyan bisa lahir selamat," jawab Kinan dengan penuh haru."Rayyan?" tanya Nenek Arini sambil mengerutkan kening."Iya Nek, bayi itu Kinan beri nama Rayyan Attila Hadiwiryawan," jawab Kinan dengan pasti."Yang artinya anak tampan yang berjiwa besar keturunan dari Hadiwiryawan. Gimana Nek?" tanya Kinan."MashaAllah bagu
Ah kamu ini, kenapa tidak bilang sebelum 7 bulan sih, kayak gini itu harus dirayakan dengan mewah. Ibu juga mau pamer ke teman-teman arisan. Kalau ibu juga mau punya cucu, biar mereka tidak meledek ibu terus," jawab Bu Lina."Ah sudahlah Bu, ngapain pakai percaya omongan orang sih, mending ditabung saja. Lagipula Jaka tidak enak merepotkan Saskia terus," jawab Jaka sambil menunduk."Hah? Merepotkan gimana maksud kamu? Dia itu istri kamu Jaka. Uang dia ya uang kamu juga. Aneh kamu itu," jawab Bu Lina sambil mengomel."Mana bisa begitu Bu, uang Jaka baru uang istri tapi uang istri ya bukan uang Jaka donk, ibu mah gimana sih," Jaka tidak habis pikir bagaimana pola pikir dari sang ibu."Loh gimana sih kamu ini, yang namanya suami istri itu ya memang harus saling membantu, gimana sih? Kalau nggak mau saling membantu gitu ya mending nggak usah nikah!" sahut Bu Lina.*Jaka termenung di kursi depan kamar rawat inap sang ibu. Dia bingung memikirkan bagaimana cara memberitahukan sang ibu tenta
"Mas tolong donk, mengerti kondisi kami. Susah ya ngomong sama kamu baik-baik!" ujar Kinan dengan lantang."Ayok suster, saya sudah kepingin istirahat," ujar Kinan menyuruh suster yang mendorong kursi rodanya untuk segera masuk ke kamar rawat mereka."Kinan tunggu Kinan. Mas belum selesai ngomong Kinan," teriak Jaka tapi tidak digubris oleh Kinan.'Aku benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah laku Mas Jaka, apa coba maksudnya dia ngomong kayak gitu,' gerutu Kinan dalam hatinya.Melihat aura muka mendung di wajah sang cucu membuat Nenek Arini keheranan."Kenapa sayang? Sudah tadi ngomong sama Jaka?" tanya Nenek Arini."Suster tolong bantu saya naik ke tempat tidur ya, rasanya badan saya masih ngilu semua," ujar Kinan meminta tolong kepada suster yang mengantarnya.Dengan telaten suster tersebut membantu Kinan naik ke tempat tidu dan setelah posisi Kinan nyaman, dia segera pamit untuk undur diri dari sana."Begitulah Nek, jujur agak malas membahas dia," jawab Kinan sambil menghela n
"Bayi.. Bayiku," ujar Saskia ketika di jalan dia berpapasan dengan seorang suster yang sedang membawa bayi ke ruang bayi menggunakan inkubator."Bukan Sas, itu bukan bayi kamu. Itu bayi orang lain," ujar Jaka seraya mendorong dengan cepat kursi rodanya sebelum Saskia semakin histeris."Tidak itu bayikuu.. Huhu.. Itu bayikuuu," ujar Saskia sembari menangis.Tentu saja kelakuan Saskia tersebut menarik perhatian dari beberapa pengunjung yang lewat di lorong rumah sakit tersebut."Sayang sabar ya, itu bukan Nabila," jawab Jaka berusaha menyadarkan Saskia."Nggak, itu bayikuu, bayikuu," Saskia masih berteriak histeris.Jaka akhirnya berjalan menerobos kerumunan orang agar segera bisa membawa Saskia menuju mobil sebelum dia berteriak histeris kembali.Dalam hatinya Jaka merasa kasihan kepada nasib Saskia yang terlihat sekali begitu meratapi kepergian sang putri kecil."Jaka, lama sekali?" gerutu Bu Sarah yang sudah terlebih dahulu sampai di sebelah mobil milik Jaka."Maaf Ma, tadi Saskia se
"Jadi Nenek Arini itu ternyata adalah nenek kandungnya Kinan. Dia adalah pengusaha pemilik HW Group yang bergerak di bidang FNB namun kini sedang merambah dunia fashion," jelas Jaka panjang lebar."Apa???" Bu Sarah membelalakkan matanya karena begitu terkejut dengan berita yang Jaka sampaikan.Bu Sarah tidak menyangka orang yang selalu dia rendahkan adalah orang kaya. Dan dia juga investor tunggal di bisnis anaknya. Tentu ini bukanlah kabar yang bagus."Kamu jangan bercanda gini, nggak lucu," bentak Bu Sarah.Meskipun mendengar suara keribuatan, Saskia hanya diam mematung sembari memandang ke jendela. Tatapannya mengarah ke arah jendela, memandang jauh ke depan sana seolah ada anaknya di ujung sana.Bu Sara memijit pelipisnya berasa pusing, padahal dalam hati dia sudah membuat rencana akan menculik Rayyan. Tentu saja jika dia melakukan itu, bukan tidak mungkin bisnis anaknya akan hancur."Sas, sembuh donk. Ayo ngomong sama mama," ujar Bu Sarah kepada Saskia.Namun Saskia hanya diam ti
"Gimana Jak? Berhasil atau tidak?" tanya Bu Lina ketika melihat Jaka masuk ke dalam rumah."Ah maaf Ma, Kinan tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak meminjamkan Rayyan. Dia bilang Rayyan masih asi jadi tidak bisa dia pinjamkan," keluh Jaka.Bu Lina gondok dengan jawaban yang diberikan oleh anaknya tersebut. Dia marah karena Jaka gagal melaksanakan tugas yang diberikan oleh mertuanya. Dia takut jika besannya tersebut menjadi marah mengingat kelakuan besannya yang seperti itu."Apa tidak bisa kamu paksa Jak?" tanya Bu Lina."Tidak bisa Ma, malah Nenek Arini juga ikut bicara memarahi Jaka egois dan hanya memikirkan diri sendiri," ujar Jaka.Bu Lina meradang dengan penjelasan yang diberikan oleh Jaka tersebut."Sombong sekali Jak, mentang-mentang mereka orang kaya terus bisa berbuat seenak dengkulnya sendiri gitu sama kamu. Mama benar-benar tidak habis pikir dengan mereka. Ngakunya orang kaya tapi sama sekali tidak punya hati," gerutu Bu Lina.Jaka mengabaikan gerutuan dari sang ibu. D
"Apa Mas, coba ulangi permintaanmu?" ujar Kinan yang begitu terkejut mendengar permintaan dari Jaka tersebut."Aku minta tolong sekali Kinan agar aku diijinkan untuk meminjam Rayyan untuk dibawa menemui Saskia. Seminggu saja, bukankah Rayyan itu adalah anak aku juga Kinan?" ujar Jaka.Kinan terperangah dengan permintaan Jaka yang begitu absurd. Dia tidak menyangka seorang Jaka Saputra yang dia kenal dulu begitu bijak dalam membuat keputusan bisa menjadi begitu bodoh seperti ini."Mas, Rayyan bukan barang yang bisa dipinjamkan seperti itu!" ujar Kinan sembari menahan amarah yang mulai bergolak di dada."Ayolah Kinan, tolong Mas sekali ini saja. Demu kesembuhan Saskia," ujar Jaka yang kini berlutut di kaki Kinan."Kamu rupanya belum puas juga Jaka?" ujar Nenek Arini yang tiba-tiba muncul dari ruang tengah.Jaka yang sedang dalam posisi berlutut kepada Kinan langsung berdiri ketika mendengar suara Nenek Arini. Jaka merasa segan dengan wanita paruh baya tersebut."Kamu masih mencoba untuk
"Silahkan masuk Pak," ujar security tersebut setelah beberapa lama menelepon.'Alhamdulillah,' ucap Jaka dalam hatinya.Jaka pun bergegas untuk memacu kendaraannya untuk segera mencari rumah Kinan. Dan akhirnya setelah berputar beberapa kali, aku bisa menemukan mobil Nenek Arini yang terparkir rapi di halaman rumahnya. Jaka ternganga melihat kediaman Nenek Arini yang begitu mewah dan besar. Jaka tersadar dari kekagumannya setelah lama melihat rumah tersebut. Dia bergegas melangkahkan kakinya menuju gerbang security yang ada di depan."Permisi Pak, saya ingin bertemu dengan Kinan," ujar Jaka kepada security yang berjaga di pos satpam."Oh iya Pak Jaka ya? Silahkan masuk Bu Kinan sudah menunggu di dalam," ucap security tersebut dengan ramah.Jaka segera memarkirkan motornya lalu dia mmpun memencet bel di pintu depan. Ternyata Kinan sendiri yang membuka pintu. Jaka termangu melihat penampilan Kinan yang kini semakin cantik seetelah melahirkan."Silahkan masuk Mas Jaka, ada perlu apa ya?"
POV Jaka"Gimana Jak? Berhasil kan, apa neneknya Kinan mau diajak kerjasama?" tanya ibu begitu melihatku yang baru saja masuk rumah.Aku menggelengkan kepalaku dan mendesah pelan."Nenek Arini menolak mentah-mentah usul yang Jaka berikan Ma," ucapku sembari menghela nafas panjang dan merasa sangat frustasi."Loh kenapa? Kan hanya meminjam Jak, kamu juga punya hak loh atas anak kamu. Mereka nggak bisa seenaknya saja melarang kamu untuk bertemu anaknya!" gerutu ibu dengan kesal.Aku hanya diam tidak mampu lagi untuk menjawab celotehan dari ibu. Kepalaku pening memikirkan jika nanti mama mertuaku datang dan menyuruhku untuk mengikuti saran untuk mengambil hak asuh. Aku sudah pasti kalah."Imel kemana Bu?" tanya Jaka menanyakan kemana sang adik yang tidak kelihatan."Imel ke butik, katanya dia tidak mau ditegur karena kelamaan cuti dari kerjaan," jawab Ibu yang langsung aku jawab dengan anggukan.Kulihat ibu memilih untuk duduk di sebelahku sembari menggigiti kukunya, sepertinya beliau ik
POV Jaka"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Kalimat permintaan Ibu mertuaku terus menerus berputar di dalam benakku. Entah apa yang ada di dalam benak beliau hingga bisa tercetus ide gila seperti itu. Jelas Kinan akan mempertahankan mati-matian hak asuh bayi tersebut, apalagi Kinan sekarang bukanlah wanita biasa-biasa saja. Dia adalah penerus satu-satunya dari Hadwiryawan Group, salah satu pengusaha kuliner yang cukup terkenal di kotaku.Tetapi menolak keinginan ibu mertua tentu bukanlah hal yang mudah juga. Apalagi beliau termasuk orang yang tidak gampang digoyahkan dan akan memakai cara apapun agar keinginannya tercapai. Termasuk cara yang kotor sekalipun, aku bisa paham hal tersebut mengingat Saskia juga menuruni sifat dari beliau. Hanya saja satu yang masih mengganjal dari semua ini, apakah Saskia akan menyetujui tentang ide gila ini."Jaka, ayo kamu kapan mendatangi Kinan?" u
"Kinan, kamu begadang lagi malam ini?" tanya Nenek Arini ketika melihat wajah Kinan yangbterlihat sayu."Iya Nek, Rayyan semalam rewel dan baru tidur sekitar jam 3 tadi," jawab Kinan sembari menguap."Kamu tidur lagi saja kalau Rayyan sedang tidur, kamu juga harus banyak istriahat, agar kondisi kamu tidak drop. Ini sudah nenek siapkan madu hangat agar badan kamu terasa lebih baik," ucap Nenek Arini seraya meminta Kinan untuk menghabiskan madu yang ada di depannya."Makasih banyak Nek," ujar Kinan sembari menandaskan madu hangat yang sudah dipersiapkan Nenek Arini untuk dirinya."Apa kamu perlu nenek panggilkan tukang urut agar badan kamu lebih terasa segar?" tanya Nenek Arini."Wah boleh juga, tetapi besok saja ya Nek. Hari ini Kinan sudah ada janji dengan bidan home care untuk memijat Rayyan," jawab Kinan."Oh gitu, yasudah biar besok nenek panggilkan tukang urutnya. Kamu harus happy Kinan, makan yang banyak biar ASInya juga lancar," ujar Nenek Arini mengingatkan Kinan."Siap nenek,
"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Jaka sangat terkejut dengan permintaan yang diucapkan oleh mama mertuanya. Jaka tidak habis pikir dengan permintaan mama mertuanya yang cukup aneh di telinganya tersebut."M-maksud mama apa ya?" tanya Jaka."Kamu tadi kan bilang sendiri kalau kamu mau melakukan apapun demi eksembuhan Saskia. Dan satu-satunya cara ya itu dengan merebut anak Dari Kinan kemudian Saskia yang akan merawatnya," ujar Bu Sarah dengan pandangan tajam."T-tapi Ma, mana mungkin Jaka tega berbuat seperti itu?" tanya Jaka pada sang mertua."Kenapa Jaka, bukannya kamu bisa dengan mudah mengambil anak Kinan? Kamu bilang saja kalau Kinan tidak bekerja jadi dia tidak bisa memiliki hak asuh dari anaknya. Kamu ini gitu aja kenapa dibikin pusing sih?" ujar Bu Sarah yang masih belum mengetahui siapa Kinan sebenarnya."Tapi Kinan bukanlah orang yang bisa dengan mudah kita hadapi sekar