Oeek.. Oeekkk.." suara tangisan bayi menggema di sebuah kamar bersalin.Setelah memakan proses hampir seharian akhirnya Kinan berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki yang begitu tampan dengan oaras yang menyerupai Kinan."Alhamdulillah," tidak henti Kina bersyukur atas kelahiran bayinya.Kinan sudah meminta tolong dari sejak jauh hari kepada Pak Ferdi untuk mengadzani bayinya. sekarang sang bayi sedang dibawa ke ruang bayi untuk dibersihkan, dan Kinan masih menjalani proses pemulihan setelah melahirkan."MashaAllah Kinan, selamat ya? Nenek bangga sekali kamu hebat Nak," ujar Nenek Arini sambil mengelus lembut rambut cucunya."Terima kasih banyak ya Nek, alhamdulillah Rayyan bisa lahir selamat," jawab Kinan dengan penuh haru."Rayyan?" tanya Nenek Arini sambil mengerutkan kening."Iya Nek, bayi itu Kinan beri nama Rayyan Attila Hadiwiryawan," jawab Kinan dengan pasti."Yang artinya anak tampan yang berjiwa besar keturunan dari Hadiwiryawan. Gimana Nek?" tanya Kinan."MashaAllah bagu
Ah kamu ini, kenapa tidak bilang sebelum 7 bulan sih, kayak gini itu harus dirayakan dengan mewah. Ibu juga mau pamer ke teman-teman arisan. Kalau ibu juga mau punya cucu, biar mereka tidak meledek ibu terus," jawab Bu Lina."Ah sudahlah Bu, ngapain pakai percaya omongan orang sih, mending ditabung saja. Lagipula Jaka tidak enak merepotkan Saskia terus," jawab Jaka sambil menunduk."Hah? Merepotkan gimana maksud kamu? Dia itu istri kamu Jaka. Uang dia ya uang kamu juga. Aneh kamu itu," jawab Bu Lina sambil mengomel."Mana bisa begitu Bu, uang Jaka baru uang istri tapi uang istri ya bukan uang Jaka donk, ibu mah gimana sih," Jaka tidak habis pikir bagaimana pola pikir dari sang ibu."Loh gimana sih kamu ini, yang namanya suami istri itu ya memang harus saling membantu, gimana sih? Kalau nggak mau saling membantu gitu ya mending nggak usah nikah!" sahut Bu Lina.*Jaka termenung di kursi depan kamar rawat inap sang ibu. Dia bingung memikirkan bagaimana cara memberitahukan sang ibu tenta
"Mas tolong donk, mengerti kondisi kami. Susah ya ngomong sama kamu baik-baik!" ujar Kinan dengan lantang."Ayok suster, saya sudah kepingin istirahat," ujar Kinan menyuruh suster yang mendorong kursi rodanya untuk segera masuk ke kamar rawat mereka."Kinan tunggu Kinan. Mas belum selesai ngomong Kinan," teriak Jaka tapi tidak digubris oleh Kinan.'Aku benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah laku Mas Jaka, apa coba maksudnya dia ngomong kayak gitu,' gerutu Kinan dalam hatinya.Melihat aura muka mendung di wajah sang cucu membuat Nenek Arini keheranan."Kenapa sayang? Sudah tadi ngomong sama Jaka?" tanya Nenek Arini."Suster tolong bantu saya naik ke tempat tidur ya, rasanya badan saya masih ngilu semua," ujar Kinan meminta tolong kepada suster yang mengantarnya.Dengan telaten suster tersebut membantu Kinan naik ke tempat tidu dan setelah posisi Kinan nyaman, dia segera pamit untuk undur diri dari sana."Begitulah Nek, jujur agak malas membahas dia," jawab Kinan sambil menghela n
"Jak, ngomong-ngomong Saskia kemana? Dia ikut nginep disini kan malam ini?" tanya Bu Lina."Oh Saskia ada di rumah Bu, dia kecapekan abis meeting sama klien tadi. Jadi aku suruh istirahat di rumah saja. Kasihan kalau disini dia tidurnya tidak nyaman," ujar Jaka."Duh menantu itu ya nggak ada kasihannya sama mertua, bukannya ditungguin disini kek," gerutu Bu Lina."Sudahlah Bu, kan Saskia sedang hamil tua, wajar kalau sering kecapekan," bela Jaka."Halah bilang aja Mbak Saskia males Mas nginep disini, masa mengurus ibu mertuanya saja tidak mau," sahut Imel.Jaka tidak menjawab lagi celotehan dari ibu dan adiknya tersebut karena saat ini pikirannya dipenuhi oleh Kinan dan sang anak yang tampan itu.Sebagai seorang lelaki tentu Jaka sangat bahagia jika mempunyai keturunan seorang lelaki, apalagi jika memiliki anak lelaki setampan anak yang dilahirkan Kinan. Seandainya dia dulu mau bersabar sebentar lagi. Ah penyesalan memang selalu datang di akhir.💕Sementara itu Saskia sedang bersenan
"Akhirnya ibu bisa pulang juga, bosen sekali kalau harus nginep di rumah sakit lama-lama," ujar Bu Lina."Yaiyalah, ngapain di rumah sakit lama-lama, biayanya juga mahal kali," sindir Saskia.Bu Lina yang mendengar sindiran dari menantunya seketika langsung menoleh dan menatap tajam ke arah menantunya tersebut."Apa maksudnya Sas? Kamu nggak ikhlas bayarin biaya rumah sakit ibu?" tanya Bu Lina dengan ketus."Loh yang nggak ikhlas itu ya siapa sih Bu? Kan aku cuma bilang kalau biaya rawat inap ibu itu mahal, dimana coba salahnya?" tanya balik Saskia."Ish lo tuh Mbak, jangan perhitungan gitu donk sama mertua, bantu-bantu mertua juga pahalanya gede kali," balas Imel dengan nada tidak kalah ketusnya.Adu mulut pun terjadi hingga Jaka tiba setelah menyelesaikan persoalan administrasi. Dia terkejut ketika mendapati sang adik dan istrinya sedang adu mulut."Hei apa ini kenapa kalian malah berantem, sudah stop!" jawab Jaka berusaha melerai perkelahian yang terjadi di antara mereka."Ini nih
"Eh ngomong-ngomong Sas, kamu kan banyak temannya, pernah dengar nama Hadiwiryawan atau nggak?" tanya Jaka saat mereka berdua berjalan ke arah meja makan."Hadiwiryawan??" tanya Saskia seraya mengingat-ingat nama yang tidak asing di telinganya."Maksudnya Arini Hadiwiryawan?" tanya Saskia pada suaminya tersebut.Jaka mengingat-ingat kalau Kinan dulu pernah bercerita kalau neneknya bernama Arini tapi Jaka tidak mengetahui nama panjang dari nenek Kinan tersebut karena Jaka dahulu tidak terlalu menyimak ketika Kinan bercerita."Kalau Arini Hadiwiryawan itu nama investor yang akan mendanai butik baru kita nanti Mas," jawab Saskia seraya duduk di meja makan."Apa? Investor?" tanya Jaka."Iya Mas, Bu Arini itu salah satu pengusaha sukses yang sebelumnya bergerak di bidang FNB. Dia punya beberapa cafe dan restoran yang cukup rame. Mas tahu nggak Cafe Alamanda yang sering aku kunjungi itu? Itu salah satu usahanya Bu Arini juga. Nah dia ingin mencoba bidang baru di bidang butik gitu, katanya s
Sayang belum tidur?" tanya Jaka begitu masuk kamar."Mas aku nggak mau ya ngasih ibu uang untuk investasi ya, uang segitu jumlahnya cukup besar Mas. Mending aku pakai untuk perputaran modal di butik yang sudah jelas menghasilkan," jawab Saskia begitu sang suami duduk di sebelahnya."Iya, aku mengerti maksud kamu, aku sudah berusaha menjelaskan ke ibu kalau jaman sekarang sering ada investasi bodong, tapi kamu tahu sendiri kan kalau ibu sudah ada keinginan harus tercapai," ujar Jaka sembari menghela nafas panjang."Yauda berarti kamu tinggal ngomong sama ibu kalau aku nggak setuju," ujar Saskia dengan enteng."Tapi sayang.." ujar Jaka menggantung."Ck apalagi sih Mas? Kamu nggak suka kalau aku nggak menyetujui maksud ibu?" kali ini Saskia memandang kesal pada suaminya."Mas, nggak setiap permintaan ibu harus kamu turuti begitu lah," lanjut Saskia seraya merebahkan badannya di tempat tidur.Jaka terdiam tidak menanggapi lagi obrolan dari Saskia agar tidak bertambah panjang."Oh iya Sa..
Jaka gimana uang yang ibu minta?" tanya Bu Lina saat sarapan yang kembali mengusik tentang uang untuk investasi."Nggak ada Bu, aku nggak akan memberi ibu uang untuk investasi nggak jelas kayak gitu," ujar Saskia yang baru saja duduk di meja makan."Jangan pelit gitu lah Sas, masak kamu sama ibu meerua kamu sendiri pelit sih?" ujar Bu Lina berusaha merayu menantunya."Bu ibu pikir uang segitu sedikit? Itu uang yang banyak, ibu tidka lihat kalau aku yang sedang hamil tua begini saja masih tetap harus bekerja, untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga ini," gerutu Saskia "Ya kalau kamu mau di rumah saja kan kamu bisa menyerahkan usahamu sama Jaka saja Sas, namti biar Jaka yang mengurus semuanya," jawab Bu Lina enteng."Duh ibu ya nggak segampang itu, apalagi aku masih harus mengurusi pembangunan butik yang bafu, Mas Jaka belum sanggup untuk dilepas Bu," jawab Saskia.Bu Lina mendecak sebal saat dia tahu keinginannya tidak dikabulkan oleh sang menantu hingga suara berita televisi menamp
"Bayi.. Bayiku," ujar Saskia ketika di jalan dia berpapasan dengan seorang suster yang sedang membawa bayi ke ruang bayi menggunakan inkubator."Bukan Sas, itu bukan bayi kamu. Itu bayi orang lain," ujar Jaka seraya mendorong dengan cepat kursi rodanya sebelum Saskia semakin histeris."Tidak itu bayikuu.. Huhu.. Itu bayikuuu," ujar Saskia sembari menangis.Tentu saja kelakuan Saskia tersebut menarik perhatian dari beberapa pengunjung yang lewat di lorong rumah sakit tersebut."Sayang sabar ya, itu bukan Nabila," jawab Jaka berusaha menyadarkan Saskia."Nggak, itu bayikuu, bayikuu," Saskia masih berteriak histeris.Jaka akhirnya berjalan menerobos kerumunan orang agar segera bisa membawa Saskia menuju mobil sebelum dia berteriak histeris kembali.Dalam hatinya Jaka merasa kasihan kepada nasib Saskia yang terlihat sekali begitu meratapi kepergian sang putri kecil."Jaka, lama sekali?" gerutu Bu Sarah yang sudah terlebih dahulu sampai di sebelah mobil milik Jaka."Maaf Ma, tadi Saskia se
"Jadi Nenek Arini itu ternyata adalah nenek kandungnya Kinan. Dia adalah pengusaha pemilik HW Group yang bergerak di bidang FNB namun kini sedang merambah dunia fashion," jelas Jaka panjang lebar."Apa???" Bu Sarah membelalakkan matanya karena begitu terkejut dengan berita yang Jaka sampaikan.Bu Sarah tidak menyangka orang yang selalu dia rendahkan adalah orang kaya. Dan dia juga investor tunggal di bisnis anaknya. Tentu ini bukanlah kabar yang bagus."Kamu jangan bercanda gini, nggak lucu," bentak Bu Sarah.Meskipun mendengar suara keribuatan, Saskia hanya diam mematung sembari memandang ke jendela. Tatapannya mengarah ke arah jendela, memandang jauh ke depan sana seolah ada anaknya di ujung sana.Bu Sara memijit pelipisnya berasa pusing, padahal dalam hati dia sudah membuat rencana akan menculik Rayyan. Tentu saja jika dia melakukan itu, bukan tidak mungkin bisnis anaknya akan hancur."Sas, sembuh donk. Ayo ngomong sama mama," ujar Bu Sarah kepada Saskia.Namun Saskia hanya diam ti
"Gimana Jak? Berhasil atau tidak?" tanya Bu Lina ketika melihat Jaka masuk ke dalam rumah."Ah maaf Ma, Kinan tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak meminjamkan Rayyan. Dia bilang Rayyan masih asi jadi tidak bisa dia pinjamkan," keluh Jaka.Bu Lina gondok dengan jawaban yang diberikan oleh anaknya tersebut. Dia marah karena Jaka gagal melaksanakan tugas yang diberikan oleh mertuanya. Dia takut jika besannya tersebut menjadi marah mengingat kelakuan besannya yang seperti itu."Apa tidak bisa kamu paksa Jak?" tanya Bu Lina."Tidak bisa Ma, malah Nenek Arini juga ikut bicara memarahi Jaka egois dan hanya memikirkan diri sendiri," ujar Jaka.Bu Lina meradang dengan penjelasan yang diberikan oleh Jaka tersebut."Sombong sekali Jak, mentang-mentang mereka orang kaya terus bisa berbuat seenak dengkulnya sendiri gitu sama kamu. Mama benar-benar tidak habis pikir dengan mereka. Ngakunya orang kaya tapi sama sekali tidak punya hati," gerutu Bu Lina.Jaka mengabaikan gerutuan dari sang ibu. D
"Apa Mas, coba ulangi permintaanmu?" ujar Kinan yang begitu terkejut mendengar permintaan dari Jaka tersebut."Aku minta tolong sekali Kinan agar aku diijinkan untuk meminjam Rayyan untuk dibawa menemui Saskia. Seminggu saja, bukankah Rayyan itu adalah anak aku juga Kinan?" ujar Jaka.Kinan terperangah dengan permintaan Jaka yang begitu absurd. Dia tidak menyangka seorang Jaka Saputra yang dia kenal dulu begitu bijak dalam membuat keputusan bisa menjadi begitu bodoh seperti ini."Mas, Rayyan bukan barang yang bisa dipinjamkan seperti itu!" ujar Kinan sembari menahan amarah yang mulai bergolak di dada."Ayolah Kinan, tolong Mas sekali ini saja. Demu kesembuhan Saskia," ujar Jaka yang kini berlutut di kaki Kinan."Kamu rupanya belum puas juga Jaka?" ujar Nenek Arini yang tiba-tiba muncul dari ruang tengah.Jaka yang sedang dalam posisi berlutut kepada Kinan langsung berdiri ketika mendengar suara Nenek Arini. Jaka merasa segan dengan wanita paruh baya tersebut."Kamu masih mencoba untuk
"Silahkan masuk Pak," ujar security tersebut setelah beberapa lama menelepon.'Alhamdulillah,' ucap Jaka dalam hatinya.Jaka pun bergegas untuk memacu kendaraannya untuk segera mencari rumah Kinan. Dan akhirnya setelah berputar beberapa kali, aku bisa menemukan mobil Nenek Arini yang terparkir rapi di halaman rumahnya. Jaka ternganga melihat kediaman Nenek Arini yang begitu mewah dan besar. Jaka tersadar dari kekagumannya setelah lama melihat rumah tersebut. Dia bergegas melangkahkan kakinya menuju gerbang security yang ada di depan."Permisi Pak, saya ingin bertemu dengan Kinan," ujar Jaka kepada security yang berjaga di pos satpam."Oh iya Pak Jaka ya? Silahkan masuk Bu Kinan sudah menunggu di dalam," ucap security tersebut dengan ramah.Jaka segera memarkirkan motornya lalu dia mmpun memencet bel di pintu depan. Ternyata Kinan sendiri yang membuka pintu. Jaka termangu melihat penampilan Kinan yang kini semakin cantik seetelah melahirkan."Silahkan masuk Mas Jaka, ada perlu apa ya?"
POV Jaka"Gimana Jak? Berhasil kan, apa neneknya Kinan mau diajak kerjasama?" tanya ibu begitu melihatku yang baru saja masuk rumah.Aku menggelengkan kepalaku dan mendesah pelan."Nenek Arini menolak mentah-mentah usul yang Jaka berikan Ma," ucapku sembari menghela nafas panjang dan merasa sangat frustasi."Loh kenapa? Kan hanya meminjam Jak, kamu juga punya hak loh atas anak kamu. Mereka nggak bisa seenaknya saja melarang kamu untuk bertemu anaknya!" gerutu ibu dengan kesal.Aku hanya diam tidak mampu lagi untuk menjawab celotehan dari ibu. Kepalaku pening memikirkan jika nanti mama mertuaku datang dan menyuruhku untuk mengikuti saran untuk mengambil hak asuh. Aku sudah pasti kalah."Imel kemana Bu?" tanya Jaka menanyakan kemana sang adik yang tidak kelihatan."Imel ke butik, katanya dia tidak mau ditegur karena kelamaan cuti dari kerjaan," jawab Ibu yang langsung aku jawab dengan anggukan.Kulihat ibu memilih untuk duduk di sebelahku sembari menggigiti kukunya, sepertinya beliau ik
POV Jaka"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Kalimat permintaan Ibu mertuaku terus menerus berputar di dalam benakku. Entah apa yang ada di dalam benak beliau hingga bisa tercetus ide gila seperti itu. Jelas Kinan akan mempertahankan mati-matian hak asuh bayi tersebut, apalagi Kinan sekarang bukanlah wanita biasa-biasa saja. Dia adalah penerus satu-satunya dari Hadwiryawan Group, salah satu pengusaha kuliner yang cukup terkenal di kotaku.Tetapi menolak keinginan ibu mertua tentu bukanlah hal yang mudah juga. Apalagi beliau termasuk orang yang tidak gampang digoyahkan dan akan memakai cara apapun agar keinginannya tercapai. Termasuk cara yang kotor sekalipun, aku bisa paham hal tersebut mengingat Saskia juga menuruni sifat dari beliau. Hanya saja satu yang masih mengganjal dari semua ini, apakah Saskia akan menyetujui tentang ide gila ini."Jaka, ayo kamu kapan mendatangi Kinan?" u
"Kinan, kamu begadang lagi malam ini?" tanya Nenek Arini ketika melihat wajah Kinan yangbterlihat sayu."Iya Nek, Rayyan semalam rewel dan baru tidur sekitar jam 3 tadi," jawab Kinan sembari menguap."Kamu tidur lagi saja kalau Rayyan sedang tidur, kamu juga harus banyak istriahat, agar kondisi kamu tidak drop. Ini sudah nenek siapkan madu hangat agar badan kamu terasa lebih baik," ucap Nenek Arini seraya meminta Kinan untuk menghabiskan madu yang ada di depannya."Makasih banyak Nek," ujar Kinan sembari menandaskan madu hangat yang sudah dipersiapkan Nenek Arini untuk dirinya."Apa kamu perlu nenek panggilkan tukang urut agar badan kamu lebih terasa segar?" tanya Nenek Arini."Wah boleh juga, tetapi besok saja ya Nek. Hari ini Kinan sudah ada janji dengan bidan home care untuk memijat Rayyan," jawab Kinan."Oh gitu, yasudah biar besok nenek panggilkan tukang urutnya. Kamu harus happy Kinan, makan yang banyak biar ASInya juga lancar," ujar Nenek Arini mengingatkan Kinan."Siap nenek,
"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Jaka sangat terkejut dengan permintaan yang diucapkan oleh mama mertuanya. Jaka tidak habis pikir dengan permintaan mama mertuanya yang cukup aneh di telinganya tersebut."M-maksud mama apa ya?" tanya Jaka."Kamu tadi kan bilang sendiri kalau kamu mau melakukan apapun demi eksembuhan Saskia. Dan satu-satunya cara ya itu dengan merebut anak Dari Kinan kemudian Saskia yang akan merawatnya," ujar Bu Sarah dengan pandangan tajam."T-tapi Ma, mana mungkin Jaka tega berbuat seperti itu?" tanya Jaka pada sang mertua."Kenapa Jaka, bukannya kamu bisa dengan mudah mengambil anak Kinan? Kamu bilang saja kalau Kinan tidak bekerja jadi dia tidak bisa memiliki hak asuh dari anaknya. Kamu ini gitu aja kenapa dibikin pusing sih?" ujar Bu Sarah yang masih belum mengetahui siapa Kinan sebenarnya."Tapi Kinan bukanlah orang yang bisa dengan mudah kita hadapi sekar