Meninggalkan Dimas dalam penyesalan sesungguhnya atau hanya sesal sesaat. Berbeda dengan Dimas yang berada di penjara, kehidupan Ajeng yang kini semakin bahagia setelah berpisah dengan Dimas dan menemukan pria yang mampu membuatnya jatuh cinta untuk kedua kalinya. Walau ragu dan trauma namun Rayyan berhasil mengikis rasa itu sehingga Ajeng bisa melewatinya dan menerima cinta tulus Rayyan.Berkali-kali mendapatkan penolakan dari Ajeng, tak membuat Rayyan menyerah ia terus berusaha untuk mematahkan ketakutan dan trauma pada diri Ajeng mengenai pernikahan. Bahwa tidak semua laki-laki itu sama.Penantian panjang itu kini berubah manis, usai dua keluarga bertemu dan memutuskan hari pernikahan mereka. Bu Sekar begitu bahagia akhirnya cinta tulus itu hadir untuk putrinya."Dek, kalau gaun itu gimana?" Rayyan menunjukan gaun pengantin yang tertutup pada Ajeng."Apa itu tidak berlebihan mas? Kamu tahu kan kalau aku pernah gagal–" Rayyan menggeleng tidak setuju."Dek, tidak perlu bicara soal it
Pesta pernikahan kedua Ajeng yang tak bisa di lupakan olehnya wanita cantik dengan gamis berwarna nude dan Khimar yang sama tengah memandang keindahan yang di ciptakan oleh suaminya. Taman sayuran dan bunga memanjakan mata itulah Ajeng, wanita sederhana yang menyukai kehijauan.Melewati hari-hari sebagai istri Rayyan tak membuat Ajeng lupa akan tanggung jawabnya sebagai pemilik restoran yang kini memiliki cabang lebih dari tiga. Semua karena dukungan suami dan keluarganya. Perhatian dari dua ibunya membuatnya semakin nyaman menjalani kehidupan dan kesibukan sebagai seorang istri. Bu Widya yang tak menuntut cucu dari putranya semakin intens memberikan perhatian pada Ajeng yang sempat trauma karena pernikahan sebelumnya ia pun tentang cucu yang tak kunjung hadir dalam rahim menantunya Bu Widya menyakini suatu saat jika Allah menghendaki maka akan ada benih dalam rahim Ajeng.Tanpa terasa tiga bulan sudah Ajeng menjadi Nyonya Rayyan selama itu pula tak jarang ia mengunjungi ibu dan ibu m
Meninggalkan kehidupan bahagia Ajeng dengan kehamilannya yang mendapatkan curahan kasih sayang dari dua keluarga, begitu pula dengan suaminya Rayyan tak sedikitpun membiarkan Ajeng menyentuh pekerjaan yang biasa di lakukan meski hal itu hanya sepele.Sikap protektif mereka tak membuat Ajeng jengah namun sebaliknya ia menikmatinya. Seperti saat ini kehamilannya yang sudah besar dan menunggu masa akan melahirkan. Rayyan mengurangi kesibukan di kantor waktunya ia habiskan untuk menemani sang istri di kala pagi dan sore walau hanya berjalan kaki di komplek mereka tinggal namun hal itu membuat Ajeng bahagia. Bahkan dua wanita paruh baya tak pernah absen untuk menemaninya. Mereka tahu dan pernah merasakan bagaimana rasanya melewati hari-hari saat mengandung dan melahirkan.Waktu yang di tunggu-tunggu telah tiba. Ajeng melahirkan bayi cantik nan menggemaskan mereka antusias menjaganya tak jarang mereka harus merebutkan sekedar menggendong. **Berbeda dengan kehidupan Ajeng penuh bahagia se
Hati Dimas bagaikan tertusuk belati. Sakit begitu sakit sampai ia tak sanggup untuk menahannya. Sehingga cairan bening mengalir begitu saja, seakan memahami betapa merana hidup Dimas. Bukankah itu sebuah karma? Ya, Dimas menyadari itu. Walau hatinya menepis untuk mengakuinya."Lupakan wanita itu, apa yang terjadi sudah seharusnya terjadi. Dulu kita begitu jahat padanya dan sekarang dia sudah bahagia bersama dengan pria yang memperlakukan baik padanya menjadikan ratu adalah rumah tangganya tidak seperti kita yang dulu mendzolimi Ajeng. Bukan cuma kamu, ibu juga menyesal Dim, seandainya kesempatan itu ada untuk kita tentu ibu akan menjadikan Ajeng sebagai menantu kesayangan ibu. Hanya dia yang memperhatikan Ibu, perlu kamu ketahui usaha Ibu semuanya dari pemberian modal Ajeng di sana Ibu menyadari bagaimana hatinya begitu seperti malaikat jika bukan karena bantuan Ajeng, mungkin ibu masih berada di jalanan mengais sampah dan memungut makanan sisa. Ibu pasti masih di luaran sana tapi di
Hari berlalu meninggalkan sejuta kenangan di masa lalu penuh dengan lika-liku kehidupan. Tak perlu mengingat namun, tak perlu pula mengabaikan. Jadikan semua ujian dan cobaan yang akan membawa kita menuju yang lebih baik.Bukankah, siapa yang menanam kebaikan maka kebaikan pula yang akan kita petik di masa yang akan datang. Begitu sebaliknya, siapa yang menabur keburukan maka keburukan pula yang akan di dapatkan. Itulah hukum alam.Kebaikan yang di tabur Ajeng kini memperlihatkan hasilnya. Hidupnya yang terus mengalah karena kedzaliman suami dan keluarganya. Kini ia petik hasilnya.Keluarga kecil yang kini penuh dengan ceria, tawa dan tangisannya tak jua membuat keluarga Ajeng dan Rayyan berselisih pendapat. Justru sebaliknya mereka senantiasa memberikan yang terbaik untuk putri semata wayangnya. Walau ulah dan prilakunya tak jarang menguji adrenalin jantungnya. Putrinya bak anak laki-laki semua ingin di cobanya, bahkan untuk naik pohon pun selalu di lakukan walau Ajeng melarangnya.
"Pokoknya kamu harus kerja! Keluargaku juga keluargamu. Jangan jadi istri durhaka kamu!""Tapi mas, aku lagi hamil. Apa kamu tega membiarkan aku kerja dengan perut mulai besar ini? Lagi pula ibu kamu masih sehat kenapa tidak bekerja saja?"Plaaakkkk!!"Lancang, kamu!! Dia itu ibuku, surgaku. Paham kamu, hah?" "K– kamu tampar aku, mas?" "Aisha! Kemari, mas mau bicara. Buka pintunya Aisha!!" "Istri kamu kenapa lagi, Fer? Sudah ibu bilang, dia itu cuma bisanya jadi benalu. Mana kamu nikah sama dia tidak ada hasilnya lagi. Bikin susah aja!" gerutu Bu Winarti kesal melihat menantunya yang hanya menghabiskan uang anaknya."Ferdi tunggu, kamu mau kemana? Kamu belum makan. Tunggu, ibu punya sesuatu buat kamu, ayok!" Ferdi mengikuti ibunya bak anak kecil yang tengah merajuk."Wah, ibu masak enak? Tapi kenapa Aisha bilang masakannya sudah habis, bu?" Ferdi bingung, berdebat dengan Aisha bukan karena Ferdi ingin Aisha kerja. Tapi, ia ingin antara Aisha dan ibunya tidak lagi berdebat hanya kar
Terdengar suara helaan napas panjang dan lelah dari pria yang menikahinya satu tahun lalu. Selama menikah Ferdi tak pernah menyakitinya dengan tangannya, tetapi kata yang keluar dari bibirnya mampu menghantam hatinya.Sesekali Aisha melihat kearah suaminya. Ia pikir suaminya akan membelikan makanan untuknya setidaknya air untuk membasahi tenggorokkannya yang kering. Entah berapa jam ia pingsan namun, yang pasti lebih dari empat jam."Mas–" lirih Aisha. Air matanya kembali menetes setelah kering sejak tadi."Hem،" hanya gumaman yang keluar, tetapi tatapan mata terfokus pada benda pipih di tangannya sesekali bibirnya tersenyum."Bisa belikan air mineral? Aku haus," ujar Aisha, suaranya masih sama lirih tak bertenaga.Tanpa menjawab Ferdi keluar dari ruang perawatan, tanpa ada kata ataupun menayangkan apa yang ia inginkan. Satu, dua, hingga tiga jam berlalu Ferdi tak kunjung keluar waktu telah malam mengingat berapa keluarga korban pergi hanya menyisakan satu orang untuk menjaga pasien.
"Itu kan, menurut anda. Tapi menurut saya jelas berbeda, karena kita memiliki sudut pandang yang tentu berlawanan arah." Sungut wanita paruh baya, semakin memperkeruh suasana di ruang perawatan. "Apa maksud kamu hah? Kalau kamu mau memungut mantu saya yang tidak tahu diri ini silahkan, ambil. Lagi pula anakku akan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik daripada dia." Tunjuk Bu Winarti tepat di wajah Aisha."Maaf, ibu tolong jangan ada keributan di sini. Pasien membutuhkan suasana tenang jadi saya minta untuk tidak ada kegaduhan di sini, jika hal itu terjadi maka saya akan meminta keamanan untuk membawa ibu keluar dari sini." Ucap dokter yang tengah memeriksa keadaan pasian yang lain."Maaf dok, kalau bukan dia yang duluan hal ini tidak terjadi." Bu Wiranti tidak mau kalah. Wanita yang memuji Aisha yang harus di salahkan."Kalau begitu ibu diam saja. Lebih baik ibu mengurus menantu ibu saja, abaikan yang lain sehingga tidak terjadi keributan." Tutur dokter muda itu ramah. "Cih! Sud
"Itu tidak sebanding dengan kamu yang menerima cintaku, Aisha. Aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya. Tidak ada lagi mahar Sepuluh Ribu atau pun nafkah sepuluh ribu padamu. Ingatkan aku jika lalai dalam memberimu nafkah," ucap Khandra lembut."Kamu adalah segalanya untukku. Dan padamu aku berlabuh, menyerahkan segalanya, cintai aku jika aku layak untuk kamu cintai. Sebaliknya jika aku tak layak maka –" Khandra terdiam. Tatapan Aisha tak biasa."Kamu bicara apa, sih, Dra? Ngelantur aja. Aku suka cincin ini, akan aku pakai.""Alhamdulillah, ayok. Kita pulang, jadi mau ke rumah Wina? Apa bunda tadi, ya?""Mas anterin aku ke pabrik aja ya. Tadi ada telpon katanya ada masalah di sana.""Oke. Jangan lupa sebentar lagi kita akan tunangan. Aku tidak mau kamu lelah.""Ya. Kamu jangan khawatir."Wina yang menikmati hari-harinya sebagai istri dari Arga putra bungsu dari keluarga Rayyan. Tidak ada hari terlewat untuk saling berbagi cerita. Seperti siang ini setelah menyelesaikan pekerjaa
Jawaban Aisha membuat semua yang ada di ruang keluarga pun bersorak bahagia sebab penantian panjang Khandra berakhir dengan manis. Aisha wanita yang ia cintai sejak lama menerima cintanya tanpa syarat. Tidak ingin menunggu lagi Khandra pun meminta pada kedua orang tua Aisha untuk mempercepat pernikahan mereka tentu saja hal itu disambut bahagia oleh kedua orang tua Aisha dan keluarga besarnya. Mengingat mereka sangat mengenal siapa Khandra yang sebenarnya namun sayang dibalik kabar bahagia itu ada rasa rindu dan sedih Khandra tidak bisa memberitahukan kabar bahagia itu pada sang Ibu sebab wanita yang sangat mendukung hubungannya dengan Aisha telah pergi untuk selamanya tepat Aisha pergi ke luar negeri. Mereka sudah sepakat jika seminggu lagi mereka akan bertunangan keluarga ingin mereka segera menikah namun Aisha menginginkan mereka tunangan untuk sementara waktu sampai tiga bulan. Bukan tidak mungkin Aisha hanya menyiapkan semua bukan hanya hatinya tapi juga kesiapan lahirnya.
Suara Aisha kembali terdengar setelah menyelesaikan lantunan ayat suci. Kini wanita bergamis jingga berdiri menghampiri keluarganya yang terdiam di sana menatap tak percaya jika di hadapan mereka adalah Aisha. Keterkejutan dan kesedihan di wajah mereka berubah menjadi air mata bahagia mendapati sosok yang kini tengah berjalan ke arah mereka.Satu tahun mereka menahan rindu, meski mereka mampu untuk datang menemui Aisha namun mereka mengurungkannya mengingat sang putri menolak untuk di temui. Tidak bermaksud untuk membuat kedua orang tuanya tersinggung akan penolakannya tetapi Aisha memiliki alasan sendiri mengapa ia tidak ingin ditemui sebab jika sudah bertemu dengan keluarganya tentu membuat Aisha ingin segera kembali ke rumah. "Sayang kenapa kamu tidak memberi kabar jika pulang?""Kalau aku memberitahu Bunda namanya bukan kejutan. Apa kabar bunda, ayah dan kamu Arga, ah, lupa adik Iparku yang cantik. Bagaimana dengan kalian semua aku merindukan kalian semua.""Kabar kami baik, kak.
Perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya. Seperti yang dialami oleh Aisha setelah pernikahan adiknya dengan sang sahabat dia pun memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk menyembuhkan luka hatinya akibat pengkhianatan dilakukan oleh suaminya. Walau hal itu terjadi sudah cukup lama namun luka itu sangat membekas di hatinya sehingga ia memilih untuk menenangkan diri. Lamaran dari sahabat kecilnya pun dia abaikan bukan berarti tidak ada perasaan apapun ia hanya ingin menyelami perasaannya apakah ia benar-benar sudah melupakan Ferdi mantan suaminya, apakah hanya rasa iba yang kelak akan menjadi permasalahan baru jika dia menerima cinta Khandra. Satu tahun berlalu setelah dia pergi ke negeri orang bukan untuk menghindari akan tetapi ia ingin mengobati lukanya sendiri. Senyumnya mengembang melihat seseorang yang sudah menunggunya. "Apa aku terlambat datang?" "Tidak. Justru sebaliknya sepertinya kamu terlalu cepat sehingga kamu harus menunggu aku datan
Kesibukan terlihat di salah satu hotel ternama di ibukota bukan hanya pengantinnya saja tetapi pihak keluarga dari pembelai pria pun sangat sibuk bukan karena tidak percaya dengan orang lain, tetapi mereka ingin memberikan kesan tersendiri untuk salah satu keluarga mereka yang tidak lain adalah Arga yang akan menikah dengan Wina. Pernikahan berlangsung dengan hikmah pagi tadi dan malam nanti dimulainya pesta yang tentu dengan meriah dan mewah. Mengingat Wina hidup sebatang kara sebab sang Bibi yang dulu mengurusnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu sehingga semua disiapkan oleh keluarga Ajeng. Aisha orang yang menyatukan hubungan mereka justru kini ia disibukkan dengan segala kerempongan yang dilakukan adik iparnya yang begitu cemas mengingat mereka akan menghabiskan malam untuk pertama kalinya dengan seorang pria. Berulang kali Aisha menjelaskan bahwa hal itu lumrah terjadi karena ia pun pernah merasakan hal yang sama yang kini dirasakan oleh Wina sebab saat itu Aisha begit
Hari berlalu begitu cepat minggu berganti bulan dan kini setahun sudah setelah kejadian di mana keluarga mantan suaminya datang ke rumah bersama ibu dan istrinya. Aisha sudah memutuskan untuk menjalani kehidupan tanpa ada rasa dendam dalam hati.Kabar hukuman tiga puluh tahun sampai di telinganya, namun Aisha yang diam-diam meminta pihak berwajib untuk mengurangi hukuman jika terbukti Wulan telah sadar dan bertaubat. Semua ia lakukan mengingat wanita yang berusaha untuk menyingkirkan dirinya seusia Ibunya, mana mungkin Aisha tega melakukan hal itu. Menghabiskan waktu lama di dalam penjara hal yang sangat ia takutkan."Kamu yakin nak?""Ya, bund, kasihan. Bund tahu kan Tante Wulan itu sudah cukup umur. Melihat Tante Wulan, aku ingat Bunda,"Ajeng tersenyum begitu beruntung memiliki anak seperti Aisha dan Arga yang selalu memikirkan perasaan orang lain meski hatinya terluka. "Apa Bunda tidak setuju, dengan keputusan yang aku ambil ini?""Tentu tidak sayang. Justru sebaliknya Bunda sang
Seperti yang diucapkan semalam pagi ini mereka pergi ke rumah Aisha. Bersama dengan Bu Wiranti dan tentu Ahmad anak mereka. Taksi yang di pesan Ferdi telah sampai mereka gegas naik. Dalam perjalanan tak ada yang membuka suara mereka memilih diam tanpa ingin mengatakan sesuatu, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.Bukan hanya Esti tapi juga Bu Winarti yang juga merasa bersalah pada keluarga Rayyan. Sejak Ferdi berpisah dengan Aisha hidupnya benar-benar berada di titik terendah, bahkan dulu saat Ferdi masih kerja serabutan hidupnya tidak sesulit sekarang.Menyadari hidupnya hancur karena ulahnya yang berambisi untuk memiliki cucu dan harta ternyata menantunya yang di anggap miskin dan tidak berguna itu adalah seorang wanita kaya raya. Sungguh ironis harta yang dia inginkan ternyata ada di depannya, setelah semua terungkap kehadiran cucu menjadi masalah yang terjadi dalam rumah tangga Ferdi dan lagi semua karena keegoisannya kini semua yang ia inginkan menjadi boomerang untuknya."
Esti tercengang mendengar penuturan dari pria di depan yang tak lain tak bukan adalah Ayah tirinya yang pernah menjadi suami dari ibunya. Benarkah yang dikatakan olehnya? Siapa ibu dan siapa dirinya yang sebenarnya? Jika yang dikatakannya benar lalu apa yang ia dapatkan cerita dari ibunya adalah salah semua. Esti terdiam mencerna setiap kata yang tak coba ia dapatkan jawabannya. "Tidak perlu memikirkan apa yang aku katakan ini. Pergilah jaga keluargamu baik-baik apa yang pernah kamu dapatkan dengan cara merebut sesuatu dari orang lain. Maka kamu akan merasakannya juga entah kapan kamu mengalaminya lebih baik bertobat dan tidak perlu mengusik orang yang sudah kamu sakiti dulu agar hidupmu jauh lebih tenang lagi."Tanpa menjawab Esti pergi dari rumah mewah Aisha. Ya, semua begitu suram tak ada yang bisa menjelaskan padanya termasuk tujuan ibunya waktu itu."Kamu dari mana saja Esti? Ibu kewalahan ngurusin Ahmad."Bu Winarti kesal tiga jam yang lalu menantunya pergi tanpa memberikan ka
"Esti, jaga mulut kamu. Lancang kamu sebut anakku, sundal. Ternyata kamu tidak bercermin dari kesalahan ibumu. Kamu hadir dalam rumah tangga putriku dan kamu menyalahkan anakku begitu? Sangat menyedihkan. Kamu perempuan yang baik cantik dan masih muda seharusnya kamu menata hidupmu lebih baik lagi tidak perlu mendengarkan apa yang dikatakan ibumu yang tentu mengarahkan kamu ke dalam curang kehancuran, kamu tidak tahu kisah yang sebenarnya terjadi di masa dulu dan kamu hanya mendengarkan apa yang dikatakan Ibumu tanpa bertanya pada kami permasalahan yang sebenarnya. Lihatlah di sini ada orang-orang yang berhubungan langsung dengan masa lalu ibu kamu bisa dengarkan mereka,""Aku tidak peduli dengan mereka yang aku butuhkan sekarang adalah anakmu dan kamu yang harus bertanggung jawab atas kehancuran rumah tanggaku dan ibuku. Terutama putrimu yang sok cantik itu dia harus membebaskan ibuku. Ibuku tidak bersalah semua ini rekayasa putrimu tidak mungkin Ibuku menyakiti orang,"Dari dalam su