7 Tahun Kemudian.
"Ya pak. Maaf pak." Aku terus meminta ampun kepada Dokter senior yang ada di hadapanku, sedang kami ada di ruangan kerja bersama beberapa rekan seangkatanku.
"Kau ini gimana sih. Masa mengerjakan itu aja ngak bisa becus!" Dia membentakku dan menamparku dengan kata kata kejam Jang menusuk hati. Dia terus mempermalukanku di depan umum.
"Kau pikir dengan bertindak ceroboh menjatuhkan alat medis di hadapan pasien itu bisa di ampuni apa?! Itu bakalan membuat pasien men-judge kita sebagai petugas medis yang tak kompeten!" Sambungnya dengan kata kata kasar lainnya.
Kupingku sangat panas.
Ni orang kaya ngak pernah buat kesalahan aja. Cih.
"Kenapa matamu melotot melihatku. Tak terima apa?!"
Iya! Memang aku ngak terima!
Pekikku dalam hati. Tapi aku ngak mungkin membantBadanku seketika lemas. Pikiranku kacau. Jessen... Dia kenapa?!***Tian, aku dan beberapa perawat memeriksa keadaan Jessen di ruang ICU, Jessen tak sadarkan diri.Tian mulai memeriksa pemeriksaan umum Jessen, detak jantung nya lemah.Sedari tadi aku sangat ketakutan dengan kondisi Jessen. Keadaannya sangat di bawah keadaan normal pasien pada umumnya.Semua pemeriksaan luar dalam dan kami pemasang oksigen telah kami lakukan, dan dilengkapi dengan tes laboratorium yang telah di lakukan oleh petugas medis lainnya dapat di simpulkan bahwa Jessen memiliki penyakit komplikasi jantung.Tanganku sangat bergetar ketakutan melihat Jessen sudah seperti mayat hidup. Pucat tertidur dengan detak jantung yang sangat lemah.Setelah selesai segala yang dapat kami lakukan. Kami pun keluar dari ruangan.Semua keluar kecuali aku dan Tian. Tian tak keluar karena menungguku."Kau kenapa?" Tanyanya. "Kau sangat..."
"Ehem... Apakah ini sudah terekam. Sepertinya sudah.. Aku mulai saja.Hi.. aku Jessen. Hari ini aku baru tau apa sekarang fungsi alat rekam ini, akan ku jadikan ini diaryku." Terdengar suara Jessen yang sangat datar."Hari ini aku berjumpa dengan wanita aneh yang menolong kucing dengan gaya polosnya yang terlihat seperti idiot. Dugaan awalku pasti satu sekolah denganku karena seragam yang dikenakannya sama denganku.Sampai di sekolah aku berjumpa dengannya lagi di kantin, dia menyapaku dengan gaya idiot nya lagi.Aku yakin dia merupakan salah satu dari banyak wanita menjijikan yang tebar pesona padaku. Aku sangat membenci mereka.Tapi, dia tampak berbeda dengan wanita lain yang mendekat padaku." Suara datar Jessen berubah menjadi sedikit tertawa."Dia sangat marah ketika aku merendahkannya di kantin tadi. Anehkan? Padahal dia deluan yang keganjenan. Cih.Aku jadi ingin mengerjainya. Aku akan teror dia dengan caraku seper
"Aku baru kali ini mendengar dia bernyanyi. Suaranya sangat buruk. Cih. Tapi kenapa aku terus mendengarkan suara buruknya.."Sepertinya dia berkata sambil tersenyum. Terdengar dari nadanya."Aku dan dia pun pergi bersama. Rasanya sedikit lucu karena dia terus menyangkal bahwa dia tidak menyukaiku, padahal dari tadi dia naik motor bersamaku dia kepergok tersenyum senyum."Aih... Malu maluin banget aku.*** (Rekaman berikutnya)"Aku akan memberikan buku diary nya hari ini. Ngak mungkin aku terus menyimpan ini. Barang ini juga tak berguna bagiku.Wajahnya sangat memerah saat dia mengetahui diarynya padaku. Heh.Aku menyukai ekspresinya.Dia terlihat lucu saat dia panik karena kebodohannya. Dasar bego.Tapi aku sangat benci ketika dia mendekat dengan si Anak baru itu. Sok akrab.Aku mengatakan bahwa aku pacar Valen. Agar si pengganggu itu pergi dari hadapan Valen.""Dia begitu kesal padaku karena
"Aku sekarang ada di rumah Valen. Cih, ini semua karena alasannya mengatakan bahwa dia asma makanya aku mau ke sini.Dia membuatkan ku mie. Padahal ini mi instan, tapi kenapa rasanya sangat buruk. Antara marah dengan lucu, aku terus memakan mie ini. Padahal aku tidak suka, tapi aku terus memakannya.Dia bertanya mengenai 'pernahkah aku berpacaran'. Dan aku baru menyadari satu hal, dia adalah orang pertama yang menjadi pacarku, walau itu sebenarnya terpaksa, tapi dia yang pertama.Aku jadi aneh sendiri melihat diriku yang sekarang ini. Kenapa begitu banyak perilakuku yang semakin aneh saat bersama ni cewek. Dan kenapa juga aku sangat menikmatinya? Apakah ada yang rusak dari otakku ini? Apa sarafku masih normal?Ah... Sudahlah.Dan beberapa saat kemudian aku mengajar Velen dengan cara yang menurut ku sangat mudah di serap bahkan oleh orang yang ber IQ rendah seperti nya... Dan aku mengunakan beberapa penekanan padanya agar dia leb
***(Rekaman berikutnya)"Pertama kalinya dia mengatakan aku manis. Cih. Kenapa aku sangat senang?Cih... Dasar gila."***(Rekaman berikutnya)"Hari ini aku lebih gila dari biasanya. Aku lepas kendali dan hampir menciumya! Dia sangat marah dan menamparku. Dia mengatakan membenciku.Rasa sesak di dadaku. Dan aku terus memikirkan kalimat itu terus menerus. Aku tak ingin dia membenciku. Aku tak ingin...."***(Rekaman berikutnya)"Hari ini aku mendatanginya ke kelasnya di jam istirahat, itu karena aku tak menemukannya di setiap sudut kantin.Aku melihatnya tengah bernyanyi di dalam kelas. Aku jadi gerogi mau ngomong apa. Cih... Sejak kapan aku alay begini? Ck. Apaan sih!""Setelah aku minta maaf aku jadi tambah gerogi. Jadi aku langsung pergi saja. Setelah di luar kelas. Aku mengusap wajahku. Arh... Aku ini kenapa?!""Beberapa jam setelah pulang. Dia datang ke kamarku secara tiba tiba. Aku senang dia datang. Ak
***(Rekaman berikutnya)"Sudah lama aku tak memainkan rekaman ini. Dan ya, sekarang aku ada di rumah sakit. Melihat sudah sampai mana perkembangan penyakit ini. Melihat apakah aku masih dapat bertahan hidup atau tidak.Mengerikan bukan?Saat kau tau bahwa umur hidup mu tak lama, sedangkan kau harus selalu mengontrol dirimu agar tau hari kematianmu. Cih... Mengenaskan."***(Rekaman berikutnya)"Aku sangat merindukanmu Valen... Sangat..."***(Rekaman berikutnya)"Aku ingin melihat mu lagi Valen...Aku sangat hampa tanpa mu... Mengertikah dirimu?... Aku sangat merindukanmu."***(Rekaman berikutnya)"Selama ini aku baru menyadari, kertas emas ini masih ada bersama ku.Aku berharap aku dapat berjumpa dengan Valen.Ketika harapan itu aku katakan. Angin berhembus kencang dan menerpaku.Cahaya kecil menusuk mataku. Aku menutup mataku dengan tanganku.Dan setelah semua terasa seperti norma
"Kumohon..."Tidak ada reaksi apapun. Buku ini tak memberikan keajaiban apapun..."SIALAN!!!""BUKU YANG TAK BERGUNA!!!!"Aku mencampakkan buku ini ke depan...Shriit....Terdengar suara pekikan dari buku itu dan buku berhenti dari melambung saat ku lempar.Buku itu berputar cepat dan angin kencang, sangat kencang menerpa ku. Membuat badanku pun menahan diri agar tetap dapat berdiri.Srrupp...Buku mistis itu menghilang dari pandangan.Aku melihat ke arah Jessen.Apakah terjadi sesuatu?Jessen tetap seperti tadi dengan tak ada tanda tanda kehidupan.Aku menunggu beberapa detik... Tidak ada yang terjadi..."Arh.... JESSEN!!! KEMBALILAH!!!!"Hushh.... Angin kencang mendorong ku dan cahaya menyilaukan mataku...Aku terdorong namun aku tak merasa jatuh.Kemudian mataku menjadi gelap... Gelap sekali...Aku tak dapat berfikir lagi...Semuanya h
Ken Prov"Kau sangat menyebalkan kau tau!"Aku kesal melihat Cya.Dia hanya menatap ku datar."Jenis pertunangan macam apa ini?""Tak ada romantis romantis nya. Datar. Kaya ruang angkasa tau ngak... Hampa.""Oke. Aku tak mempersalahkan kau yang selalu datar padaku. Tapi kenapa kau tak menunjukkan sisi lembut mu padaku saat ada di acara reunian temanku tadi sih?""Lihat tadi. Mereka bersama pasangannya sangat romantis. Berpegangan tangan, dan sangat terlihat hangat satu sama lain. Sedangkan kita? kita bahkan hanya berjalan berdampingan, tanpa pegangan tangan.""Dan dan... Bahkan kau mengacangi aku bicara tadi. Kau sangat menyebalkan.""Maunya tadi kau sedikit romantis kek, dikit aja." Aku sedikit menekan kalimat terakhirku.Aku terus berdecak k