2 tahun yang lalu
Embusan angin menggelitik bagian belakang leher Daniel. Dingin merayap ke sekujur tubuh lelaki bermata hazel itu. Gerimis turun mengguyur kota, membuat Daniel berdecak kesal lantaran kemeja hitam tipisnya basah. Seharusnya dia tidak meninggalkan jasnya di menara timur. Gerimis kini turun semakin deras hingga menjadi hujan seiring dengan langkah Daniel yang semakin mendekati bangunan utama The Eagle. Lelaki itu merutuki leluhur pendiri markas yang membangun menara bagian timur terlalu jauh dari bangunan utama markas. Otot perutnya kini tercetak dari luar kemeja tipisnya akibat hujan yang mengguyurnya.
Samar-samar, Daniel mendengar bunyi detikan yang tidak dapat dia deteksi dari mana sumber suaranya. Langkah kaki Daniel terhenti sebentar, kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar. Hujan yang deras membuat jarak pandangnya pendek, sehingga dia tidak dapat mengira-ngira berasal dari mana suara tersebut.
Daniel menghela napas. Mungkin dia hanya berhalusinasi. Orang-orang bilang jika manusia kekurangan tidur, mereka akan mulai berhalusinasi akibat rasa lelah yang mendera. Akhir-akhir ini, Daniel disibukkan dengan urusan yang entah mengapa diamanahkan seluruhnya kepada lelaki itu. Daniel tidak dapat tidur dengan tenang.
Lelaki itu kembali melanjutkan langkahnya memasuki bangunan utama The Eagle. Begitu tiba di dalam, Daniel menyerahkan payung yang dia bawa kepada salah satu penjaga. Seluruh pekerja yang berlalu-lalang segera menghentikan langkah mereka, kemudian membungkuk kepada Daniel. Dia tidak terlalu mempedulikan para pekerja tersebut. Langkah tegapnya membawa lelaki itu menuruni tangga menuju lantai bawah tanah.
Lampu remang-remang menyambut Daniel begitu dia tiba di lorong menuju lantai bawah tanah. Samar-samar dari kejauhan, Daniel mendapati tiga orang lelaki berjalan berlawanan arah dengannya. Daniel segera menghentikan langkahnya begitu dia berhadapan dengan laki-laki yang berdiri di tengah. Daniel membungkukkan tubuhnya, kemudian menegakkan kembali tubuhnya untuk menatap lelaki itu.
“Selamat malam, Sir Axel,” sapa Daniel.
“Selamat malam, Daniel,” balas Axel. “Oh iya, hati-hati kalau ingin menemui ayahku, suasana hatinya sedang sensitif.”
“Baik, Sir,” ucap Daniel dengan singkat.
Lelaki bernama Axel tersebut menghela napas. Dia kemudian kembali berjalan, diikuti oleh dua orang pengawalnya. Daniel dapat mendengar Axel bergumam pelan.
“Dasar kaku,” gumam lelaki itu.
Daniel memutuskan untuk tidak mempedulikan gumaman bercampur ejekan ringan itu. Dia tidak punya waktu untuk meladeni perkataan Axel yang sering menyindirnya. Putra dari pemimpin Salvatrucha itu suka berbuat seenaknya dan terlalu tengil, sangat tidak cocok untuk kepribadian Daniel.
Sedari tadi, benak Daniel dipenuhi oleh rasa gelisah. Daniel memutuskan untuk pergi menuju garasi utama, berniat untuk mengecek proses pengangkutan persenjataan api mereka ke gudang penyimpanan. Salah seorang pekerja bernama Jay menghampiri Daniel. Dia membungkuk hormat kepada Daniel.
"Truknya telah datang, Sir," ucap Jay.
Daniel hanya menganggukkan kepala sebagai sahutan. Lelaki itu berjalan lebih dahulu, kemudian diikuti oleh Jay. Lima buah truk pengangkut senjata api telah berjejer di garasi. Semua pekerja menunggu Daniel memerintahkan untuk membongkar isi truk.
“Apakah semuanya sudah diperiksa?” tanya Daniel.
“Sudah, Sir,” jawab Jay. “Kelima truk telah diperiksa di gerbang depan.”
Daniel tidak langsung memerintahkan mereka untuk membongkar isi truk. Dia menyuruh pada pekerja lain untuk kembali mengecek kelima truk tersebut. Semua pekerja yang diperintahkan segera memeriksa truk tanpa berani membantah. Suara air yang berjatuhan dari pipa pembuangan menemani mereka. Rupanya hujan turun semakin deras.
Suasana yang tadinya hanya diisi oleh suara air dari pipa pembuangan, kini dikejutkan oleh seorang pekerja yang berseru keras. "DIA PUNYA LAMBANG MAFIA MALORES!"
Belum sempat Daniel bereaksi, sebuah ledakan besar terjadi. Daniel beserta pekerja lain terlempar akibat adanya ledakan tersebut. Dia tidak diberi waktu untuk memproses apa yang baru saja terjadi. Lelaki itu mengerang sembari berusaha untuk berdiri.
Pintu belakang semua truk terbuka. Para anggota klan Malores turun dari truk, lalu mulai menembaki para pekerja dan pengawal Salvatrucha. Teriakan saling beradu menggantikan sunyi. Pekerja Salvatrucha segera membalas serangan dari Malores.
Daniel mendesis marah setelah menyadari bahwa markasnya baru saja diserang oleh musuh bebuyutan mereka, yaitu klan Malores. Mengabaikan luka di dahinya, Daniel segera mengambil pistol yang tergeletak begitu saja di dekatnya. Seorang dari Malores membidik ke arahnya, namun Daniel dengan sigap berguling ke samping untuk mengindari tembakan.
Kesadaran kini menghantam Daniel dengan keras. Dia teringat oleh suara detikan yang beberapa saat lalu dia dengar. Lelaki itu rupanya tidak berhalusinasi. Bunyi detikan tersebut berasal dari bom waktu yang entah di mana letaknya. Bunyi detikan yang disamarkan oleh suara hujan berhasil mengecoh Daniel.
Banyak sekali umpatan kasar yang Daniel ucapkan dalam hatinya. Bagaimana bisa penjaga gerbang utama kecolongan hingga meloloskan truk jebakan dari Malores? Siapa orang yang meletakkan bom di markas mereka?
Setengah dari gedung markas tersebut roboh, mengakibatkan banyak pekerja di sana yang meninggal. Daniel segera berlari menuju ruang rahasia. Hal yang ada di pikiran Daniel sekarang hanyalah bagaimana cara melindungi Jason dan membawa sang pemimpin pergi ke tempat yang aman. Aksi saling tembak masih berlangsung di belakangnya.
Untung saja ruangan tersebut diatur sedemikian rupa sehingga susah ditemukan, dan hanya Daniel yang tahu jalan pintas menuju ke sana. Daniel berdiri di depan pemindai wajah di pintu kaca. Begitu pintu terbuka, Daniel segera melangkah masuk menuju lorong yang lebih luas daripada lorong sebelumnya. Semakin mendekati ruangan di ujung lorong, rasa gelisah dalam benaknya semakin besar.
Tangannya memencet pin pada pintu besi, hingga pintu tersebut terbuka. Begitu tiba di ruangan itu, Daniel mendapati Jason masih ada di dalam. Mata Jason menyiratkan amarah yang besar setelah melihat kejadian itu dari CCTV.
“Firasat burukku rupanya benar,” gumam Jason.
“Mari ikut denganku,” ajak Daniel. “Aku akan membawamu pergi dari sini terlebih dahulu.”
"Aku ingin kau segera ke Scorpion!" perintah Jason. "Malores tidak tahu kita punya markas besar lain. Temui putriku di sana. Kau harus melindunginya."
"Tapi, bagaimana denganmu?" tanya Daniel.
Jason mengambil senapan yang digantung di dinding. "Aku akan menghabisi mereka. Berani-beraninya Malores mencoba melakukan penyerangan secara tiba-tiba."
“Kau harus menyelamatkan diri terlebih dahulu,” ucap Daniel.
“Pemimpin macam apa yang lari ketika klannya diserang oleh musuh?” tanya Jason. “Kau yang harusnya pergi sekarang untuk melindungi putriku.”
“Aku akan melakukannya setelah menyelamatkanmu terlebih dahulu!” Daniel bersikeras.
Jason berbalik menghadap Daniel dengan wajah penuh amarah. “Dengar, kita tidak punya banyak waktu. Aku ingin pergi menyelamatkan Leona di Scorpion. Jika hari ini aku tidak selamat, aku ingin kau menikahi Leona untuk melindunginya.”
Daniel membeku di tempatnya.
Daniel tidak dapat memercayai apa yang baru saja dia dengar. Ditatapnya Jason dengan penuh tanda tanya. Jason terlihat tidak bercanda sama sekali. Wajahnya menyiratkan keseriusan mengenai perkataannya.“Brother!” seru Daniel yang penuh keterkejutan. “Bagaimana bisa aku menikahi putrimu?”“Kita bahkan tidak sedarah, Daniel,” sahut Jason. “Selain itu, aku tidak bisa membiarkan putriku bersama orang lain yang tidak kupercaya.”“Aku dan Leona tidak pernah bertemu,” kata Daniel, berusaha membuat Jason mengubah pikirannya. “Aku bahkan tidak pernah melihat rupanya seperti apa.”“Maka cepat susul dia ke Scorpion!”Kini, Daniel yang berpikir keras. Mengapa Jason tiba-tiba memintanya untuk menikahi putrinya? Apa yang membuat Jason mengambil keputusan seperti ini? Daniel yakin, ada sesuatu yang disembunyikan oleh sang pemimpin. Keputusan Jason ini terkesan terburu-buru, tidak cocok dengan kepribadian Jason yang selalu berpikir matang sebelum melakukan sesuatu.“Kau tahu bahwa aku tidak suka jika
Daniel mengepalkan kedua tangannya. Hati yang berat terpaksa Daniel abaikan demi melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Daniel mengambil dua buah pistol dari truk, kemudian kembali ke garasi utama. Dia dihadang oleh sekelompok orang bersenjata tajam. Daniel yang sudah murka tak takut sama sekali.Orang pertama menyabetkan senjata tajamnya ke arah Daniel, namun dia mengelak dan menembak kepala orang itu. Kelima orang lainnya segera menyerang Daniel menggunakan senjata tajam juga. Daniel mengelak dengan gesit. Dia menendang dua orang sekaligus, lalu berguling untuk menghindari sabetan senjata tajam. Dia lalu menembak orang kedua.Sebuah pisau panjang hampir saja menancap di tubuh Daniel, kalau dia tak segera berguling. Namun akibatnya, pinggang Daniel terluka karena sayatan dari pisau itu. Daniel meringis menahan sakitnya, akan tetapi sayatan pisau tidak akan melemahkan lelaki itu. Dia langsung menembak orang yang melukainya.Daniel segera belari menuju mobil, sementara dua orang y
Dua tahun belakangan ini, Daniel tidak dapat tidur dengan nyenyak. Setiap kali dia menutup mata, lelaki itu seakan ditarik kembali ke masa lalu. Suara tembakan pistol, meledaknya bom yang menghancurkan setengah bangunan The Eagle, sampai tatapan terakhir Jason yang memerintahkannya untuk menjaga sang putri.Sulit bagi Daniel untuk sekadar berhadapan dengan Jason. Dia tidak dapat mengelak dari kenyataan bahwa dia gagal menepati janjinya. Leona Salvatrucha menghilang. Daniel menduga Leona diculik oleh Malores secara diam-diam dari Scorpion. Itulah mengapa Daniel diikuti oleh dua orang misterius yang berusaha memperlambat lelaki itu.Daniel juga tidak dapat secara gegabah mencoba merebut Leona kembali. Semenjak mendapat bantuan dari negara nenek moyang mereka, kekuatan Malores bertambah. Kali ini, dia tidak boleh gagal lagi. Janji tetaplah janji. Daniel harus mempertaruhkan hal yang besar, termasuk nyawanya sendiri, untuk membawa Leona kembali pada Salvatrucha.Embusan napas yang terdeng
Daniel berdiri di samping pintu kamar Bella yang terbuka. Dia menyandarkan dirinya ke dinding sembari memperhatikan Bella berdandan. Lelaki itu menghela napasnya. Niatnya ke sini sebenarnya ingin membatalkan izinnya untuk membiarkan Bella pergi ke pesta temannya.Melihat raut wajah antusias Bella membuat Daniel langsung menelan mentah-mentah niatnya. Gadis itu pasti senang sekali. Kapan lagi dia dapat pergi pada malam hari? Daniel tidak sampai hati untuk membuat senyum di bibir gadis itu luntur.Tidak akan ada yang dapat membayangkan seorang Daniel Alterio, sang pemimpin Salvatrucha, akan bersikap lembut dan penyayang. Siapa yang tidak mengenal Daniel? Mendengar nama lelaki itu saja sudah cukup membuat orang-orang diliputi rasa takut. Lelaki itu dikenal tidak memiliki rasa takut. Dia berwibawa, penuh perhitungan, dan tidak segan untuk menembakkan pistolnya ke kepala seseorang yang membuatnya murka.Daniel Alterio adalah simbol dari nama markas Salvatrucha, The Eagle. Dialah sang Elang
Darah yang mengalir dalam nadi Daniel seakan mendidih. Meja di ruangannya ditendang hingga seluruh benda di atasnya berhamburan. Kedua rahangnya mengeras, urat-urat lehernya pun menegang. Mata Daniel dipenuhi oleh kilat amarah.Semua pengawal terdiam tanpa berani bergerak sedikit pun di hadapan Daniel, terutama Jackson dan Harry yang terpaku di tempat mereka berdiri. Sungguh tamat riwayat kedua pengawal itu. Daniel menatap mereka satu persatu dengan tatapan menusuk."SIAPA YANG MENYURUH KALIAN MENINGGALKAN BELLA, HAH?!" teriak Daniel tepat di depan wajah Jackson dan Harry.Lelaki itu meninju wajah Jackson dan Harry secara bergantian. Mereka berdua terjatuh ke lantai dengan keras. Jackson dan Harry tak berani melawan. Mereka hanya diam sembari menahan rasa sakit.Daniel menjambak rambutnya, frustrasi akan berita yang dibawa oleh kedua pengawal itu. Bella menghilang di tengah pesta akibat keteledoran kedua pengawal yang Daniel tugaskan untuk menjaga adiknya. Daniel meyakini pasti ada ya
Darah yang mengalir dalam nadi Daniel seakan mendidih. Meja di ruangannya ditendang hingga seluruh benda di atasnya berhamburan. Kedua rahangnya mengeras, urat-urat lehernya pun menegang. Mata Daniel dipenuhi oleh kilat amarah.Semua pengawal terdiam tanpa berani bergerak sedikit pun di hadapan Daniel, terutama Jackson dan Harry yang terpaku di tempat mereka berdiri. Sungguh tamat riwayat kedua pengawal itu. Daniel menatap mereka satu persatu dengan tatapan menusuk."SIAPA YANG MENYURUH KALIAN MENINGGALKAN BELLA, HAH?!" teriak Daniel tepat di depan wajah Jackson dan Harry.Lelaki itu meninju wajah Jackson dan Harry secara bergantian. Mereka berdua terjatuh ke lantai dengan keras. Jackson dan Harry tak berani melawan. Mereka hanya diam sembari menahan rasa sakit.Daniel menjambak rambutnya, frustrasi akan berita yang dibawa oleh kedua pengawal itu. Bella menghilang di tengah pesta akibat keteledoran kedua pengawal yang Daniel tugaskan untuk menjaga adiknya. Daniel meyakini pasti ada ya
Daniel berdiri di samping pintu kamar Bella yang terbuka. Dia menyandarkan dirinya ke dinding sembari memperhatikan Bella berdandan. Lelaki itu menghela napasnya. Niatnya ke sini sebenarnya ingin membatalkan izinnya untuk membiarkan Bella pergi ke pesta temannya.Melihat raut wajah antusias Bella membuat Daniel langsung menelan mentah-mentah niatnya. Gadis itu pasti senang sekali. Kapan lagi dia dapat pergi pada malam hari? Daniel tidak sampai hati untuk membuat senyum di bibir gadis itu luntur.Tidak akan ada yang dapat membayangkan seorang Daniel Alterio, sang pemimpin Salvatrucha, akan bersikap lembut dan penyayang. Siapa yang tidak mengenal Daniel? Mendengar nama lelaki itu saja sudah cukup membuat orang-orang diliputi rasa takut. Lelaki itu dikenal tidak memiliki rasa takut. Dia berwibawa, penuh perhitungan, dan tidak segan untuk menembakkan pistolnya ke kepala seseorang yang membuatnya murka.Daniel Alterio adalah simbol dari nama markas Salvatrucha, The Eagle. Dialah sang Elang
Dua tahun belakangan ini, Daniel tidak dapat tidur dengan nyenyak. Setiap kali dia menutup mata, lelaki itu seakan ditarik kembali ke masa lalu. Suara tembakan pistol, meledaknya bom yang menghancurkan setengah bangunan The Eagle, sampai tatapan terakhir Jason yang memerintahkannya untuk menjaga sang putri.Sulit bagi Daniel untuk sekadar berhadapan dengan Jason. Dia tidak dapat mengelak dari kenyataan bahwa dia gagal menepati janjinya. Leona Salvatrucha menghilang. Daniel menduga Leona diculik oleh Malores secara diam-diam dari Scorpion. Itulah mengapa Daniel diikuti oleh dua orang misterius yang berusaha memperlambat lelaki itu.Daniel juga tidak dapat secara gegabah mencoba merebut Leona kembali. Semenjak mendapat bantuan dari negara nenek moyang mereka, kekuatan Malores bertambah. Kali ini, dia tidak boleh gagal lagi. Janji tetaplah janji. Daniel harus mempertaruhkan hal yang besar, termasuk nyawanya sendiri, untuk membawa Leona kembali pada Salvatrucha.Embusan napas yang terdeng
Daniel mengepalkan kedua tangannya. Hati yang berat terpaksa Daniel abaikan demi melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Daniel mengambil dua buah pistol dari truk, kemudian kembali ke garasi utama. Dia dihadang oleh sekelompok orang bersenjata tajam. Daniel yang sudah murka tak takut sama sekali.Orang pertama menyabetkan senjata tajamnya ke arah Daniel, namun dia mengelak dan menembak kepala orang itu. Kelima orang lainnya segera menyerang Daniel menggunakan senjata tajam juga. Daniel mengelak dengan gesit. Dia menendang dua orang sekaligus, lalu berguling untuk menghindari sabetan senjata tajam. Dia lalu menembak orang kedua.Sebuah pisau panjang hampir saja menancap di tubuh Daniel, kalau dia tak segera berguling. Namun akibatnya, pinggang Daniel terluka karena sayatan dari pisau itu. Daniel meringis menahan sakitnya, akan tetapi sayatan pisau tidak akan melemahkan lelaki itu. Dia langsung menembak orang yang melukainya.Daniel segera belari menuju mobil, sementara dua orang y
Daniel tidak dapat memercayai apa yang baru saja dia dengar. Ditatapnya Jason dengan penuh tanda tanya. Jason terlihat tidak bercanda sama sekali. Wajahnya menyiratkan keseriusan mengenai perkataannya.“Brother!” seru Daniel yang penuh keterkejutan. “Bagaimana bisa aku menikahi putrimu?”“Kita bahkan tidak sedarah, Daniel,” sahut Jason. “Selain itu, aku tidak bisa membiarkan putriku bersama orang lain yang tidak kupercaya.”“Aku dan Leona tidak pernah bertemu,” kata Daniel, berusaha membuat Jason mengubah pikirannya. “Aku bahkan tidak pernah melihat rupanya seperti apa.”“Maka cepat susul dia ke Scorpion!”Kini, Daniel yang berpikir keras. Mengapa Jason tiba-tiba memintanya untuk menikahi putrinya? Apa yang membuat Jason mengambil keputusan seperti ini? Daniel yakin, ada sesuatu yang disembunyikan oleh sang pemimpin. Keputusan Jason ini terkesan terburu-buru, tidak cocok dengan kepribadian Jason yang selalu berpikir matang sebelum melakukan sesuatu.“Kau tahu bahwa aku tidak suka jika
2 tahun yang laluEmbusan angin menggelitik bagian belakang leher Daniel. Dingin merayap ke sekujur tubuh lelaki bermata hazel itu. Gerimis turun mengguyur kota, membuat Daniel berdecak kesal lantaran kemeja hitam tipisnya basah. Seharusnya dia tidak meninggalkan jasnya di menara timur. Gerimis kini turun semakin deras hingga menjadi hujan seiring dengan langkah Daniel yang semakin mendekati bangunan utama The Eagle. Lelaki itu merutuki leluhur pendiri markas yang membangun menara bagian timur terlalu jauh dari bangunan utama markas. Otot perutnya kini tercetak dari luar kemeja tipisnya akibat hujan yang mengguyurnya.Samar-samar, Daniel mendengar bunyi detikan yang tidak dapat dia deteksi dari mana sumber suaranya. Langkah kaki Daniel terhenti sebentar, kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar. Hujan yang deras membuat jarak pandangnya pendek, sehingga dia tidak dapat mengira-ngira berasal dari mana suara tersebut.Daniel menghela napas. Mungkin dia hanya berhalusinasi. Orang-ora