Share

88. Teror

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2021-12-07 14:00:21

88. Teror

"Ferdila tidak suka perempuan kasar apalagi yang mudah mengeluarkan kata-kata kotor. Jadi, jangan semakin menampakkan keburukanmu. Di sini sama sekali tidak ada yang takut," sindir Ardina.

Vidia hendak membalas dengan makian, tetapi dihentikan oleh ketukan di pintu. Naren yang sejak tadi diam melangkah cepat ke pintu. Akan tetapi, ternyata tidak ada orang melainkan sebuah surat tepat di bawah pot bunga.

"Siapa, Ren?" Ferdila menghampiri. Dia meraih surat itu tanpa mendapat jawaban. Dibukanya perlahan, ternyata ada pesan tertulis.

"Jangan ceraikan Vidia Maida atau nyawa istrimu akan terancam!" ucap Ferdila membaca surat itu. Dadanya serasa sesak, dia yakin ini baru permulaan dan akan ada lebih banyak kejutan lagi.

Naren segera menutup pintu utama. Baru saja ingin melangkah masuk, ketukan kembali terdengar. Kali ini lebih keras. Namun, saat melihat ke luar tetap tidak ada orang. 

Lagi, ada sebuah amplop yang tertinggal. Ferdila

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Maduku Sayang   89. Boneka Santet

    89. Boneka Santet"Iya, Fer. Apa jangan-jangan kamu tidak tahu kalau istri tercintamu ini punya saudari kembar?"Ferdila menggeleng. "Tidak.""Sayang sekali, padahal mereka sangat mirip hanya saja beda sikap. Saudari kembar Ardina lah yang menculikku kemarin bahkan dia terlampau kejam menganggap aku, Falen dan Shella adalah bin*tang!" ungkap Vidia. Ardina hanya bisa menelan saliva sambil terus memutar otak mencari alasan.Ferdila menutup pintu kamar Vidia kasar, kemudian menarik tangan sang istri ke kamar. Mereka saling menatap dengan napas seakan saling berkejaran. "Jelaskan!""A-aku ... anu ...." Jantung Ardina semakin berdegup cepat. Dia tidak tahu cara menyampaikan pada suaminya.Memang Arnila dulu tidak ada di rumah ketika saudarinya menikah karena ada di luar kota. Baru-baru ini dia kembali setelah mendengar masalah rumah tangga sang adik. Keluarga yang tertutup menjadikan Ferdila tidak tahu hal itu.Jika menjelaskan sekar

    Last Updated : 2021-12-07
  • Maduku Sayang   90. Sepenggal Nasihat

    Pukul delapan pagi, Ferdila menuntun istrinya ke mobil untuk menemui ustaz berharap ada jawaban dari teka-teki mereka mengingat semalaman Ardina terus meraung sambil menyebut nama Vidia.Jika dilihat sekilas, perempuan berparas ayu itu seperti orang gila. Tadi malam saja dia berteriak histeris mengaku melihat kepala tanpa tubuh di jendela kamar. Sebenarnya Ferdila sedikit tidak percaya, tetapi wajah Ardina pucat pasi.Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Ferdila terus memohon kepada Allah agar istrinya dilindungi. Bagaimana tidak karena perempuan itu melotot setiap lima menit. Dia meraung kesakitan dengan sesekali tergelak mengaku melihat bayangan hitam yang menertawakan mereka bertiga.Sementara Naren, dia mengembus napas kasar berusaha menebak apa yang terjadi dengan Ardina. Ada kemungkinan seseorang mengirim santet atau azab karena memperlakukan ketiga orang jahat itu seperti bin*tang."Berapa lama lagi, Ren?" Ferdila akhirnya membuka suara."S

    Last Updated : 2021-12-15
  • Maduku Sayang   91. Aku Tidak Benci

    POV ArdinaSetelah sampai di rumah, aku merebahkan diri di tempat tidur. Hati sedikit lega karena tidak lagi merasakan luka di sekujur tubuh sekali pun masih ada sedikit hal mengusik pikiran. Seribu tanya tentang Naren yang tiba-tiba pergi tadi.Pintu kamar terketuk keras, mungkin saja itu Ferdila karena sejak tadi ke luar dengan alasan ditelepon rekan kerja. "Masuk saja, Fer!" pintaku dengan suara sedikit keras.Ketika daun pintu terbuka lebar, betapa terkejutnya aku melihat Vidia muncul dengan seringai tajam. Oh, perempuan ini kenapa harus mengganggu ketenangan? Dia melangkah mendekat sambil membawa dompet kecil di tangan kanannya."Besok, aku pastikan rencanamu akan gagal total, Ardina!" tegas perempuan berambut pirang itu dengan mata melotot. "Kamu akan kembali merasakan luka dan kali ini pasti lebih perih," lanjut Vidia lagi masih dengan seringai yang sama."Apa yang kamu bicarakan, Vid?""Kamu akan mengerti jika sudah terjadi. Ini keju

    Last Updated : 2021-12-17
  • Maduku Sayang   92. Permintaan Suami

    Setelah mencuci piring, aku langsung masuk kamar karena jam pun sudah menunjuk angka sembilan malam. Seharian ini benar-benar lelah terlebih magrib tadi beradu mulut dengan Vidia.Perempuan berambut pirang itu memang sengaja menumpahkan dua gelas kopi di depan kamar, kemudian menuduhku membuang kulit pisang sembarangan hingga dia terpeleset. Ferdila langsung percaya pada Vidia tanpa memberiku sedikit saja kesempatan untuk mengelak.Dia lihai dan pandai bersilat lidah. Perempuan model seperti itulah yang paling aku takutkan. Seandainya saja kemarin-kemarin dia benar sudah pergi daru sini, pasti tidak akan ada kejadian yang mengharuskan aku makan hati.Ferdila duduk di tempat tidur dengan menyandarkan kepala di headboard. Kepalanya menunduk dalam dengan kedua tangan saling terkepal."Kenapa, Fer?" tanyaku setelah duduk di sampingnya. Lelaki itu menoleh dengan mata sendu. Helaan napasnya terdemgar berat seakan memikul beban."Apa ... apa kamu m-

    Last Updated : 2021-12-18
  • Maduku Sayang   93. Kabar dari Naren

    Biar bagaimana pun aku juga yang membereskan serpihan kaca tadi. Tidak ada yang mengerti bahkan aku takut jika harus melibatkan orang tua dalam hal ini. Mereka sudah tua dan tidak seharusnya memikirkan banyak hal.Pintu terketuk begitu keras dan berulang kali. Tidak lama, Naren muncul di baliknya setelah aku suruh masuk saja. Tidak ada Arnila yang menyusul. Aku semakin gamang."Gimana, Din? Vidia sudah pergi?""Sudah, Ren. Dia pergi bareng Ferdila tadi.""Loh, diantar Ferdila?""Mereka bakal menikah sabtu nanti." Aku menjawab lirih meskipun tidak sesuai apa yang ditanyakan lelaki itu.Kedua matanya membulat tanda terkejut. Tentu saja karena beberapa hari kemarin Ferdila nekat mengusir Vidia, sangat marah ketika melihat wajahnya dan kini minta menikah kembali.Akan tetapi, keterkejutannya semakin menjadi ketika tahu aku setuju dengan pernikahan mereka."Kenapa, Din?""Dengan syarat Vidia memeluk Islam. Aku aka

    Last Updated : 2021-12-18
  • Maduku Sayang   94. Balutan Luka

    Waktu terus berputar, Naren sudah pergi. Aku lagi-lagi sendiri di rumah. Dia ditelepon asisten rumah tangga untuk Arnila tadi. Sengaja lelaki itu tidak mau membawaku karena alasan tertentu.Jika ditebak, mungkin karena kami sama-sama merasakan luka. Jika terus larut, maka sulit menyelesaikan masalah. Aku termangu dalam kamar sambil memikirkan bagaimana cara menghibur hati sendiri agar bisa damai dengan luka.Dengan langkah tertatih aku menuju kamar. Rapuh semakin terasa karena sendirian. Tidak ada sesiapa yang bisa diajak meluahkan rasa.Pada keadaan sekarang aku butuh seseorang yang telah tiada dan sangat mustahil untuk ketemu. Yuni dan Genta. Merekalah yang selama ini menyokong untuk terus berdiri."Ardina!" Aku yang sedang menghadap ke jendela terperanjat, kemudian menoleh dan mendapati Vidia di ambang pintu. Dia melangkah masuk tanpa kuminta."Apa?""Mulai sekarang kita harus akur karena akan kembali menjadi madu. Aku terima Ferdil

    Last Updated : 2021-12-19
  • Maduku Sayang   95. Bingung

    Pukul lima sore aku menelepon Naren dan langsung diangkat setelah menunggu panggilan ke lima. Napasnya terdengar memburu. "Arnila sudah mulai sehat, cuma butuh istirahat penuh dua hari," jelasnya."Alhamdulillah. Aku mau bertemu Arnila, tapi ada satu hal yang harus kamu tahu, Ren.""Apa itu?" Suara Naren sudah mulai santai seperti biasa.Aku pun menceritakan perihal Vidia yang tiba-tiba mendadak baik bahkan menangis minta diajari Islam. Tidak hanya itu bahkan siang tadi dia memasak begitu banyak lauk dan rasanya nikmat.Sedikit aneh memang, tetapi aku merespon dengan baik pula bahkan sangat ramah dengan membantu mencuci piring. Jika dikata terkena sihir, entahlah. Aku sulit berprasangka ke sana."Dia pura-pura, Din. Kamu jangan terlalu percaya sama dia. Aku tidak pantas cerita siapa Vidia karena kita sama-sama tahu bagaimana busuknya perempuan itu," tegur Naren."Gimana kalau dia benar sudah berubah, Ren? Gak ada yang mustahil kalau Al

    Last Updated : 2021-12-19
  • Maduku Sayang   96. Salah Kaprah

    Setelah membantu Vidia membersihkan dapur, aku gegas masuk kamar menemui Ferdila yang sudah kembali sibuk memainkan jemari di keyboard laptopnya. Dia duduk di ranjang dan terlihat serius sampai tidak sadar akan kehadiranku."Sibuk gak?""Kenapa?" tanya Ferdila balik tanpa mengalihkan pandangan."Aku ada sesuatu yang penting, Fer."Lelaki di depanku menghentikan aktivitasnya. Laptop masih berada di paha, tetapi mungkin akan bisa mencerna apa yang kusampaikan nanti. Dia mengukir senyum. "Apa?""Kamu yakin tindakan menikahi Vidia benar?"Kedua alis Ferdila saling bertaut. Raut wajahnya tidak bisa ditebak. Aku deg-degan takut mendapat pukulan."Yakin dan tidak ada salahnya rujuk dengan Vidia. Memang sudah dicerai, tetapi kan bisa menikah lagi."Aku menarik napas panjang. Sebenarnya ada perasaan ragu yang menyelimuti jiwa untuk menyampaikan semuanya. Magrib tadi sempat browsing di internet kalau rujuk setelah talak tiga."Ada

    Last Updated : 2021-12-21

Latest chapter

  • Maduku Sayang   144. Kasih Untuk Kekasih

    POV AUTHOR 💚 "Jangan pergi atau akan semakin menyakitimu." "Tapi, Ferdila–" "Dia khawatir bukan karena cinta, melainkan rasa bersalah karena telah merobek mulut Vidia. Kamu di sini, tunggu kabar di telepon saja," potong Arnila. Dia tidak ingin adik kembarnya khawatir. Masalah Ferdila salah peluk kemarin biar menjadi rahasiaku sendiri selama Naren tidak tahu juga Vidia maka akan baik-baik saja. Adikku harus bahagia, batin Arnila sedih. Ponsel berdering, ada pesan masuk ke aplikasi hijau. Perempuan tempramental itu mengurangi cahaya layar agar tidak ketahuan kalau ada pesan masuk apalagi jika kabar buruk. Benar saja, Naren mengabari bahwa Vidia meninggal. "Mereka kok lama ya? Gak ada kabar lagi," keluh Ardina. Dia memikirkan suaminya. "Gini, Din ...." Arnila menggigit bibirnya, dia menunduk dalam. Sementara di rumah sakit sedang gaduh. Naren mengurus banyak hal termasuk meminta mereka semua tutup mulut. Pasalnya

  • Maduku Sayang   143. Terungkap Semua

    POV ARDINA💚Selesai makan malam, terdengar deru mobil dari luar. Aku dan Arnila saling berpandangan. Jantung berdegup cepat tak ubahnya pacuan kuda. Beberapa kali aku menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan."Tenang, Ardina. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku yang akan menjelaskan semua ini. Kamu diam dan hanya menyahut ketika kutanya. Oke?"Enak sekali menjadi Arnila karena dia terlihat seperti tidak memiliki beban hidup. Lagi pula jika ada yang mengusik tentu kalah dengan satu pukulan telak. Aku memaksa senyum.Pintu rumah terbuka lebar. Naren dan Ferdila melangkah beriringan. Begitu sampai di hadapan kami, keduanya bungkam. Aku bisa menangkap raut wajah suamiku menyiratkan kebingungan."Ardina yang mana?" tanyanya setelah hening beberapa saat."Fer, biar aku jelaskan semuanya. Aku Arnila saudari kembar istrimu. Kita berpisah sudah lama bahkan ketika kamu menikah, tidak sempat hadir." Arnila menjeda kalimatnya.D

  • Maduku Sayang   142. Wajah Baru

    POV AUTHOR💚Satu minggu pasca operasi, Vidia sudah merasa sehat sekalipun disibukkan dengan mengganti perban. Perawat menyarankan untuk tidak memakai cermin hingga masa penyembuhan selesai, tetapi dia bersikeras."Baiklah," jawab seorang perawat. Dia keluar mengambil cermin.Sementara Vidia dia begitu penasaran dengan bentuk wajahnya setelah digunting Ferdila. Rasa untuk balas dendam semakin membuncah. Dia merasa tidak bisa hidup tenang sampai Ardina merasakan luka yang sama atau bahkan lebih perih.Rambut indahnya pun sudah hilang. Dia memakai rambut palsu sejak kemarin. Tidak ada yang diizinkan masuk menjenguk walau orang itu mengaku sebagai sahabat dekatnya.Orangtua Vidia tidak tahu kabar ini karena Naren menutup mulut semua orang bahkan memalsukan data agar tidak ada yang bisa mengecek keberadaannya.Beberapa menit menunggu, seorang perawat datang dan menyerahkan sebuah cermin. Namun, sebelum itu dia berpesan agar V

  • Maduku Sayang   141. Rumah Sakit

    "Gimana keadaan Vidia, Ren? Ada yang tahu perkara ini?" tanyaku khawatir.Kami sudah berada di rumah sakit sejak sepuluh menit lalu. Ferdila terus diam menangisi kebodohannya. Aku terus menghibur dengan dalih Vidia yang salah."Dia ditangani dokter. Tenang saja, aku bisa membungkam mulut mereka semua. Sekarang kamu fokus pada diri sendiri. Beruntung di outlet tadi lagi sepi," jelas Naren."Terimakasih, Ren. Kami berhutang budi padamu," ucapku tulus, lalu kembali duduk di samping Ferdila.Suamiku benar-benar menyesali perbuatannya. Sekali lagi aku menghibur dengan mengalihkan pikiran. Alhamdulillah, dia bisa tersenyum ketika kukatakan akan pergi dari sini jika terus murung.Tangan kekar itu sekarang mengelus perutku yang rata. Dia menasihati calon anak kami agar tidak pernah selingkuh jika sudah lahir. Ferdila sadar, yang mendua kelak akan diduakan dan rasanya seratus kali lipat lebih sakit."Anak kita harus jadi salihah, tidak boleh se

  • Maduku Sayang   140. Mulut yang Robek

    Dua hari sejak kejadian itu Vidia belum juga pulang. Mungkin dia tahu kalau Falen meninggal di hari yang sama jadi ada rasa galau. Entah, ini hanya praduga.Naren pun tidak pernah datang, hanya ada aku dan Ferdila di sini. Outlet warna merah muda sudah terpasang rapi di halaman rumah. Senin lalu mulai buka. Beruntung banyak pelanggan sampai Ferdila sedikit kewalahan."Jualan bakso?" tanya Vidia tiba-tiba ketika Naren sedang sibuk meladeni satu pelanggan terakhir. "Makanya aku malu balik ke sini karena gak mau punya suami tukang bakso. Mana jualnya di depan rumah, ogah banget!""Kalau begitu silakan pergi dari sini!" geram Ferdila."Iya, walau tidak kamu minta aku akan pergi! Dasar lelaki miskin!" makinya sambil melangkah masuk rumah.Dia memang tidak punya malu. Sudah mengatai suami sendiri, tapi dengan santainya melangkah masuk rumah. Aku sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan Vidia.Sebenarnya Ferdila ingin membahas masalah abo

  • Maduku Sayang   139. Klinik Aborsi

    "Kamu menang kali ini, Din!" gumam Vidia, tetapi aku masih mampu mendengarnya.Dia berdiri, memungut ponsel itu dan melangkah masuk kamar. Pintu dibanting kasar. Aku sampai mengelus dada berulang kali sambil membaca istigfar. Semoga saja janin dalam kandungan ini kuat dan dilindungi sama Allah.Naren meminta kami istirahat saja dulu kbawatir pikiran semakin kacau. Ferdila setuju, lalu menuntunku masuk kamar. Sabtu besok dia harus ke tukang kayu untuk mengambil outlet karena memang tidak melakukan pengiriman khusus weekend."Besok, kamu jangan keluar kamar. Nanti bisa dikerjain Vidia. Kalau bisa pas lagi makan aja. Oke?" Ferdila mengingatkan."Iya, Sayang."Aku menatap langit-langit kamar. Entah kenapa ada firasat hal buruk akan terjadi. Namun, suamiku selalu mengingatkan bahwa kita harus berprasangka baik agar jika ada petaka, dia akan pergi.***Pagi menyapa, dua jam lalu Ferdila pergi bersama Naren. Jarak rumah tukang kayu itu lumay

  • Maduku Sayang   138. Naik Pitam

    Malam menyapa ketika kami bertiga sedang kumpul di depan televisi. Vidia datang dengan senyum merekah dan duduk di dekat kami. Tangannya mengeluarkan ponsel dari saku.Aku cuek saja, lalu meraih gelas dan meneguk isinya. Malam ini tidak boleh stres karena bisa berakibat parah pada janin yang baru saja hadir dalam rahimku."Fer, tidakkah kamu berpikir Ardina mempermainkanmu?" Vidia membuka percakapan. Aku menoleh padanya begitupun Naren, tidak dengan Ferdila."Maksud kamu mempermainkan apa, Vid?" Aku bertanya.Ferdila menatapku dalam. Dia memberi isyarat untuk tidak merespon Vidia. Memang magrib tadi aku juga diperingatkan untuk mendiami perempuan berambut pirang itu agar tidak semakin menjadi atau berbuat sesuka hati.Aku memang setuju, tetapi mendengar kalimat itu membuat darah seketika nendidih dalam hitungan detik. Ingin sekali tangan ini menjambak rambut dan merobek mulutnya. Huh, hidup bersama Vidia memang tidak pernah membawa ketena

  • Maduku Sayang   137. Fitnah Venny

    POV ARDINA💚Aku baru selesai mandi ketika mendengar suara tawa perempuan di luar rumah. Namun, samar terdengar karena gemericik air mengganggu pendengaran. Setelah mengenakan pakaian rumah serta mengeringkan rambut, aku melangkah ke luar kamar dan menoleh ke kiri. Rupanya ada tamu Vidia."Sini, Din!" panggil Vidia. Aku mendekat karena menghormati tamu dan duduk di samping adik madu.Perempuan ini cantik sekali. Wajah dan postur tubuhnya terpahat sempurna. Kulit putih bersih bahkan mengalahkan Vidia. Aku kagum, entah darimana asalnya. Akan tetapi, semoga hati perempuan itu tidak seburuk Vidia.Aku tersenyum ketika dia memperkenalkan nama. Dia Venny dan aku–"Dia ini kakak maduku, Ven. Namanya Ardina." Vidia mendahuluiku memperkenalkan diri. Sudahlah, tidak mengapa selagi masih wajar.Perempuan itu tersenyum ramah. Hingga detik ini aku merasa masih aman-aman saja. Vidia menjelaskan kalau temannya itu baru tiba dari Jepang. Aku m

  • Maduku Sayang   136. Rencana Busuk Vidia

    POV VIDIA MAIDA💚Mereka terlalu bahagia di dalam sana sehingga membuat muak untuk melihat terlalu lama. Aneh sekali kenapa Ardina bisa hamil. Apakah ini yang dinamakan keajaiban?Huh, aku mengembus napas kasar begitu ingat tentang Ferdila yang tidak lagi bekerja di kantor. Untuk apa bertahan? Pertanyaan itu sesuatu yang konyol, tentu saja ingin mengais harta lelaki itu. Aku sangat yakin dia memiliki tabungan di bank."Sial!" umpatku ketia Ferdila menoleh dan langsung melangkah ke dekat televisi.Ada ide lain, aku harus melakukan sesuatu yang tidak disukai perempuan itu bahkan kalau bisa menyebar fitnah agar dicerai dalam keadaan hamil. Pasti ada cara yang paling jitu.Mudah! Aku akan melakukan satu rencana yang sangat besar. Bahkan sudah ada dalam pikiran. Naren pasti akan sering ke sini karena Ferdila tidak lagi sibuk di kantor. Kelihatannya bakal ada usaha baru yang akan dikerjakan."Vidia?" Suara Ferdila mengagetkanku yang

DMCA.com Protection Status