Beranda / Romansa / Maduku Sayang / 44. Apes Sekali

Share

44. Apes Sekali

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-20 14:42:38

Dingin begitu menusuk kalbu. Hujan sudah berhenti dan menyisakan genangan di jalan. Aku mengekori Ferdila setelah selesai membayar pesanan tadi. 

Mobil membawa kami membelah jalan menuju rumah. Debar-debar dalam dada seakan saling berkejaran, mobil seakan melaju lambat melebihi siput.

Hening. Sunyi. Sepi. Gamang.

Aku terus melirik ke jam tangan, perasaan mulai tidak enak. Semoga saja surat itu masih ada. Kalau saja hilang, aku memang bisa melacak CCTV, tetapi bagaimana jika lampu sengaja dia matikan atau masuk menggunakan topeng?

Berkali-kali aku mengusap wajah gusar sementara Ferdila fokus menyetir. Mobil sudah masuk ke pelataran rumah, saat rem diinjak aku melompat ke luar dan berlari cepat ke arah pintu.

"Fer, pintu rumah terbuka!" teriakku.

Mendengar itu Ferdila bergegas melangkah. Dia memandang tidak percaya. Lampu rumah masih dalam keadaan menyala dan saat melangkah masuk dengan langkah hati-hati, tidak ada yang bersepah layaknya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Maduku Sayang   45. Seratus Hari Kemudian

    Hari-hari kami lalui dengan penuh warna sekali pun hati terluka karena kasus Genta sudah lama ditutup polisi dengan dalih itu murni keinginan bunuh diri karena masalah pribadi. Saat kuputar rekaman aku dan pelaku bicara lewat telepon, mereka menuding itu rekayasa semata.Juga tentang Namira. Dia tidak lagi muncul setelah aku beri pelajaran. Perempuan mana yang tidak marah ketika mendapati calon pelakor terus mengusik hidup suami. Aku sengaja mengundangnya makan siang bersama dan mencampur sambal dalam minumannya sampai tidak sadarkan diri.Berbicara tentang kehidupan sekarang, aku benar dipecat dari salon tempat bekerja tanpa upah karena Namira. Entah apa yang dikatakan pada bos. Namun, aku tidak ingin mengambil pusing toh Ferdila masih ada di sisiku.Satu bulan yang lalu saat Ferdila ada urusan kantor yang mengharuskannya menginap satu minggu di sebuah hotel di luar kota, aku mengaku keguguran. Semua kepalsuan yang diciptakan sudah selesai meski dengan cara ber

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20
  • Maduku Sayang   46. (Bukan) Malam Yang Sama

    Setelah menutup telepon dan meletakkannya asal, aku menoleh ke arah pintu yang perlahan terbuka. Ferdila masuk sambil membawa kantong kresek berisi tahu goreng."Makan bareng, yuk!" ajaknya. Aku berdiri karena langsung peka kalau Ferdila mengajak makan di depan televisi.Kami menonton tanpa menyimak dengan baik setiap adegannya. Pikiran melayang ke perempuan tadi. Huh, aku yakin pasti dia akan kembali dan membalaskan dendam.Aku memasukkan gorengan ke dalam mulut, mengunyah perlahan sambil terus memikirkan cara bagaimana menguatkan diri ketika dia datang. Perutnya tidak kentara, apakah keguguran?"Sayang, besok jalan-jalan, yuk!" ajak Ferdila tanpa melihat padaku."Ke mana?""Mall."Aku mengangguk sedikit senang. Semoga saja besok dan ke depannya tidak harus bertemu Vidia atau pun Shella. Apa pun yang direncanakan bisa saja batal jika Allah berkehendak.***Aku berusaha lari masuk kamar meski begitu lambat sementar

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20
  • Maduku Sayang   47. Dua Manusia Bajingan

    Saat Ferdila sedang sibuk memilih baju, aku mengedarkan pandangan. Sebenarnya tanpa alasan karena ini murni keinginan hati.Di toko sepatu yang tidak jauh dari tpatku berdiri, terlihat seorang perempuan yang berpakaian sedikit seksi. Dia melingkarkan tangan di lengan lelaki bernama Falen. Mungkin saja mereka pacaran."Sayang, ini bagus gak?" tanya Ferdila tiba-tiba. Sejak baikan dengannya, lelaki itu seakan menjelma sosok hantu yang bisa muncul tiba-tiba.Aku hanya mengangguk."Kamu gak belanja?" tanyanya lagi."Sepatu saja. Lagian aku malas kalau harus belanja dalam keadaan lapar." Aku menjawab asal. Ferdila tersenyum, kemudian pamit ke toilet sebentar. Untung saja ada kursi tunggu, jadi aku bisa menjatuhkan bonot di sana.Tiba-tiba dua orang tadi lewat di depanku dengan mengobrol serius. Dari lekuk tubuh terlihat seperti Vidia, tetapi dia memakai masker."Sayang, mau beli sepatu branded," rengek perempuan itu sambil menyenderk

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20
  • Maduku Sayang   48. Keanehan Suamiku

    "Kamu mau nanya apa, Fer? Kayak lagi bingung banget gitu mukanya."Napas kasar diembuskan Ferdila. Aku menunggu masih dengan debar tak menentu di dada. Rasa penasaran membelenggu jiwa. Lelaki itu melangkah mendekat."Kamu jangan tersinggung. Tiba-tiba saja pertanyaan ini muncul dibenak setelah kamu membahas tentang Vidia.""Iya, aku gak akan tersinggung, tapi kamu mau nanya apa, Fer? Jangan lama gitu ini jantung bisa berhenti berdetak nanti.""Santai aja, Din. Ini pertanyaan yang tidak wajib kamu jawab kalau tidak tahu.""Mana bisa santai kalau kamu aja muka bingung gitu. Cepat katakan!" desakku."Kenapa aku bisa kenal bahkan menikah dengan Vidia?"Pertanyaan macam apa ini?"Masalah kenal bahkan menikah aku sama sekali tidak tahu. Satu yang pasti adalah kanu membawa perempuan itu ke sini dalam keadaan lagi hamil anak kamu. Katanya cinta pertama."Ferdila menatapku tidak percaya. Dahinya berkerut bukti pikiran masih

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Maduku Sayang   49. Curiga

    Kami duduk saling berhadapan di ruang tengah. Vidia melirik sinis sekilas padaku kemudian menyandarkan kepala di bahu Ferdila. Pandai sekali perempuan itu memporak-porandakan hatiku."Aku kembali demi suami dan jika Ardina tidak setuju ...." Pelakor itu seperti sengaja menggantung kalimatnya."Jika tidak setuju kenapa?" Ferdila mewakili pertanyaan. Sontak wajah Vidia dibuat seimut mungkin."Aku mengerti." Lelaki itu berdiri. Netra kami saling beradu. "Jika kamu tidak mau menerima kehadiran Vidia, siap-siap menanggung akibatnya!"Bagai disambar petir, hati terluka begitu dalam. Tidak lagi kutemukan sosok lembut sejakntiga bulan terakhir bahkan baru pagi tadi kami belanja bersama dengan bahagia.Selama perempuan itu berdiri di sisi suamiku, dia akan berlaku kasar. Tidak akan ada lagi ketenangan dalam rumah ini bahkan mungkin setiap detik hanya akan berlalu bersama luka."Satu lagi, jika kamu ada niat jahat untuk Vidia, maka tepis karena aku ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Maduku Sayang   50. Bias Cinta

    Sepagi ini aku mengemasi beberapa lembar pakaian dan memasukkannya ke dalam koper berwarna hitam bergambar kucing. Dada bergemuruh hebat karena ini adalah sehari sebelum pergulatan cantik berlangsung.Ketika mendengar suara Ferdila yang memanggilku makan, aku ke luar sambil menyeret koper. Pandangannya fokus padaku dengan raut sedikit bingung."Kamu mau ke mana, Din?""Ke rumah bibi, beliau minta ditemani dua atau tiga hari ke depan.""Yah, aku kesepian dong!" lirih Vidia sambil memanyunkan bibir. Meski berkata begitu tetap saja tidak bisa menembunyikan binar bahagia di matanya.Sementara Ferdila, dia sama sekali tidak bertanya lebih jauh atau mungkin sekadar menawari tumpangan. Dia hanya bergeming di tempat. Aku dengan perasaan sedih meraih tangan itu, kemudian mencium takzim."Gak makan dulu? Ini sudah matang, loh." Suara Ferdila terdengar berat. Aku hanya bisa menggeleng lemah, kemudian kaki melangkah ke luar.Sekilas aku melihat b

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Maduku Sayang   51. Bertemu Falen

    "Mudah sekali melukai hati perempuan malang itu. Aku bahkan tidak usah berpikir seribu kali agar dia pergi dari sini!"—Vidia Maida."Hari ini gak usah ke klinik dulu, aku butuh istirahat.""Ya sudah, kalau begitu aku pamit."Setelah mobil Ferdila benar-benar pergi meninggalkan rumah, aku tertawa kecil mengingat kejadian sebelumnya tepat saat mengirim foto pada Ardina. Sebenarnya tidak berniat seperti itu, hanya saja suamiku mengirim pesan yang tidak seharusnya ada.Kepergian perempuan itu dari rumah ini adalah awal yang baik dan aku bisa bebas bertemu Falen. Ya, Falen adalah kekasihku yang pernah menjamah Ardina.Jujur saja saat itu aku merasakan cemburu luar biasa, tetapi demu menghancurkan perempuan itu serta merebut harta suaminya, aku harus mengalah.Kehamilan kemarin juga terjadi karena ulah Falen. Jadi, semua itu jebakan agar Ferdila gegas menikahiku. Bagaimana mungkin lelaki mandul bisa memiliki keturunan?Tentang kegugur

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Maduku Sayang   52. Rencana Menyingkirkan Ardina

    Aku Vidia Maida. Jangan sebut nama itu jika tidak memiliki nyali yang kuat apalagi ada niat bermain denganku. Bukan maksud menyombongkan diri karena siapa pun yang telah masuk perangkap akan sulit melepaskan diri.Falen sudah harus pulang setelah menyusun banyak sekali rencana. Lagi pula hari ini Ferdila akan kembali lebih cepat. Dia sedang dalam perjalanan.Kalung emas dengan hiasan membentuk huruf F dilengkapi tiga permata indah sudah ada dalam genggaman. Aku mengenakannya sambil terus mengingat aktivitas kami tadi.Satu jam sebelumnya..."Apa rencana kita, Sayang?" tanyaku dengan raut penasaran.Falen tersenyum. Saking manisnya ingin segera kubabat habis. Namun, sekarang bukan saatnya bercumbu rayu.Falen memperbaiki posisi duduk, lantas berkata, "Pertama, kita harus menjebak Ardina agar Ferdila semakin benci padanya. Aku akan menggodanya, kamu tidak boleh cemburu.""Benar, aku juga tidak bisa terlalu memanfaatkan mbah yang memelet

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21

Bab terbaru

  • Maduku Sayang   144. Kasih Untuk Kekasih

    POV AUTHOR 💚 "Jangan pergi atau akan semakin menyakitimu." "Tapi, Ferdila–" "Dia khawatir bukan karena cinta, melainkan rasa bersalah karena telah merobek mulut Vidia. Kamu di sini, tunggu kabar di telepon saja," potong Arnila. Dia tidak ingin adik kembarnya khawatir. Masalah Ferdila salah peluk kemarin biar menjadi rahasiaku sendiri selama Naren tidak tahu juga Vidia maka akan baik-baik saja. Adikku harus bahagia, batin Arnila sedih. Ponsel berdering, ada pesan masuk ke aplikasi hijau. Perempuan tempramental itu mengurangi cahaya layar agar tidak ketahuan kalau ada pesan masuk apalagi jika kabar buruk. Benar saja, Naren mengabari bahwa Vidia meninggal. "Mereka kok lama ya? Gak ada kabar lagi," keluh Ardina. Dia memikirkan suaminya. "Gini, Din ...." Arnila menggigit bibirnya, dia menunduk dalam. Sementara di rumah sakit sedang gaduh. Naren mengurus banyak hal termasuk meminta mereka semua tutup mulut. Pasalnya

  • Maduku Sayang   143. Terungkap Semua

    POV ARDINA💚Selesai makan malam, terdengar deru mobil dari luar. Aku dan Arnila saling berpandangan. Jantung berdegup cepat tak ubahnya pacuan kuda. Beberapa kali aku menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan."Tenang, Ardina. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku yang akan menjelaskan semua ini. Kamu diam dan hanya menyahut ketika kutanya. Oke?"Enak sekali menjadi Arnila karena dia terlihat seperti tidak memiliki beban hidup. Lagi pula jika ada yang mengusik tentu kalah dengan satu pukulan telak. Aku memaksa senyum.Pintu rumah terbuka lebar. Naren dan Ferdila melangkah beriringan. Begitu sampai di hadapan kami, keduanya bungkam. Aku bisa menangkap raut wajah suamiku menyiratkan kebingungan."Ardina yang mana?" tanyanya setelah hening beberapa saat."Fer, biar aku jelaskan semuanya. Aku Arnila saudari kembar istrimu. Kita berpisah sudah lama bahkan ketika kamu menikah, tidak sempat hadir." Arnila menjeda kalimatnya.D

  • Maduku Sayang   142. Wajah Baru

    POV AUTHOR💚Satu minggu pasca operasi, Vidia sudah merasa sehat sekalipun disibukkan dengan mengganti perban. Perawat menyarankan untuk tidak memakai cermin hingga masa penyembuhan selesai, tetapi dia bersikeras."Baiklah," jawab seorang perawat. Dia keluar mengambil cermin.Sementara Vidia dia begitu penasaran dengan bentuk wajahnya setelah digunting Ferdila. Rasa untuk balas dendam semakin membuncah. Dia merasa tidak bisa hidup tenang sampai Ardina merasakan luka yang sama atau bahkan lebih perih.Rambut indahnya pun sudah hilang. Dia memakai rambut palsu sejak kemarin. Tidak ada yang diizinkan masuk menjenguk walau orang itu mengaku sebagai sahabat dekatnya.Orangtua Vidia tidak tahu kabar ini karena Naren menutup mulut semua orang bahkan memalsukan data agar tidak ada yang bisa mengecek keberadaannya.Beberapa menit menunggu, seorang perawat datang dan menyerahkan sebuah cermin. Namun, sebelum itu dia berpesan agar V

  • Maduku Sayang   141. Rumah Sakit

    "Gimana keadaan Vidia, Ren? Ada yang tahu perkara ini?" tanyaku khawatir.Kami sudah berada di rumah sakit sejak sepuluh menit lalu. Ferdila terus diam menangisi kebodohannya. Aku terus menghibur dengan dalih Vidia yang salah."Dia ditangani dokter. Tenang saja, aku bisa membungkam mulut mereka semua. Sekarang kamu fokus pada diri sendiri. Beruntung di outlet tadi lagi sepi," jelas Naren."Terimakasih, Ren. Kami berhutang budi padamu," ucapku tulus, lalu kembali duduk di samping Ferdila.Suamiku benar-benar menyesali perbuatannya. Sekali lagi aku menghibur dengan mengalihkan pikiran. Alhamdulillah, dia bisa tersenyum ketika kukatakan akan pergi dari sini jika terus murung.Tangan kekar itu sekarang mengelus perutku yang rata. Dia menasihati calon anak kami agar tidak pernah selingkuh jika sudah lahir. Ferdila sadar, yang mendua kelak akan diduakan dan rasanya seratus kali lipat lebih sakit."Anak kita harus jadi salihah, tidak boleh se

  • Maduku Sayang   140. Mulut yang Robek

    Dua hari sejak kejadian itu Vidia belum juga pulang. Mungkin dia tahu kalau Falen meninggal di hari yang sama jadi ada rasa galau. Entah, ini hanya praduga.Naren pun tidak pernah datang, hanya ada aku dan Ferdila di sini. Outlet warna merah muda sudah terpasang rapi di halaman rumah. Senin lalu mulai buka. Beruntung banyak pelanggan sampai Ferdila sedikit kewalahan."Jualan bakso?" tanya Vidia tiba-tiba ketika Naren sedang sibuk meladeni satu pelanggan terakhir. "Makanya aku malu balik ke sini karena gak mau punya suami tukang bakso. Mana jualnya di depan rumah, ogah banget!""Kalau begitu silakan pergi dari sini!" geram Ferdila."Iya, walau tidak kamu minta aku akan pergi! Dasar lelaki miskin!" makinya sambil melangkah masuk rumah.Dia memang tidak punya malu. Sudah mengatai suami sendiri, tapi dengan santainya melangkah masuk rumah. Aku sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan Vidia.Sebenarnya Ferdila ingin membahas masalah abo

  • Maduku Sayang   139. Klinik Aborsi

    "Kamu menang kali ini, Din!" gumam Vidia, tetapi aku masih mampu mendengarnya.Dia berdiri, memungut ponsel itu dan melangkah masuk kamar. Pintu dibanting kasar. Aku sampai mengelus dada berulang kali sambil membaca istigfar. Semoga saja janin dalam kandungan ini kuat dan dilindungi sama Allah.Naren meminta kami istirahat saja dulu kbawatir pikiran semakin kacau. Ferdila setuju, lalu menuntunku masuk kamar. Sabtu besok dia harus ke tukang kayu untuk mengambil outlet karena memang tidak melakukan pengiriman khusus weekend."Besok, kamu jangan keluar kamar. Nanti bisa dikerjain Vidia. Kalau bisa pas lagi makan aja. Oke?" Ferdila mengingatkan."Iya, Sayang."Aku menatap langit-langit kamar. Entah kenapa ada firasat hal buruk akan terjadi. Namun, suamiku selalu mengingatkan bahwa kita harus berprasangka baik agar jika ada petaka, dia akan pergi.***Pagi menyapa, dua jam lalu Ferdila pergi bersama Naren. Jarak rumah tukang kayu itu lumay

  • Maduku Sayang   138. Naik Pitam

    Malam menyapa ketika kami bertiga sedang kumpul di depan televisi. Vidia datang dengan senyum merekah dan duduk di dekat kami. Tangannya mengeluarkan ponsel dari saku.Aku cuek saja, lalu meraih gelas dan meneguk isinya. Malam ini tidak boleh stres karena bisa berakibat parah pada janin yang baru saja hadir dalam rahimku."Fer, tidakkah kamu berpikir Ardina mempermainkanmu?" Vidia membuka percakapan. Aku menoleh padanya begitupun Naren, tidak dengan Ferdila."Maksud kamu mempermainkan apa, Vid?" Aku bertanya.Ferdila menatapku dalam. Dia memberi isyarat untuk tidak merespon Vidia. Memang magrib tadi aku juga diperingatkan untuk mendiami perempuan berambut pirang itu agar tidak semakin menjadi atau berbuat sesuka hati.Aku memang setuju, tetapi mendengar kalimat itu membuat darah seketika nendidih dalam hitungan detik. Ingin sekali tangan ini menjambak rambut dan merobek mulutnya. Huh, hidup bersama Vidia memang tidak pernah membawa ketena

  • Maduku Sayang   137. Fitnah Venny

    POV ARDINA💚Aku baru selesai mandi ketika mendengar suara tawa perempuan di luar rumah. Namun, samar terdengar karena gemericik air mengganggu pendengaran. Setelah mengenakan pakaian rumah serta mengeringkan rambut, aku melangkah ke luar kamar dan menoleh ke kiri. Rupanya ada tamu Vidia."Sini, Din!" panggil Vidia. Aku mendekat karena menghormati tamu dan duduk di samping adik madu.Perempuan ini cantik sekali. Wajah dan postur tubuhnya terpahat sempurna. Kulit putih bersih bahkan mengalahkan Vidia. Aku kagum, entah darimana asalnya. Akan tetapi, semoga hati perempuan itu tidak seburuk Vidia.Aku tersenyum ketika dia memperkenalkan nama. Dia Venny dan aku–"Dia ini kakak maduku, Ven. Namanya Ardina." Vidia mendahuluiku memperkenalkan diri. Sudahlah, tidak mengapa selagi masih wajar.Perempuan itu tersenyum ramah. Hingga detik ini aku merasa masih aman-aman saja. Vidia menjelaskan kalau temannya itu baru tiba dari Jepang. Aku m

  • Maduku Sayang   136. Rencana Busuk Vidia

    POV VIDIA MAIDA💚Mereka terlalu bahagia di dalam sana sehingga membuat muak untuk melihat terlalu lama. Aneh sekali kenapa Ardina bisa hamil. Apakah ini yang dinamakan keajaiban?Huh, aku mengembus napas kasar begitu ingat tentang Ferdila yang tidak lagi bekerja di kantor. Untuk apa bertahan? Pertanyaan itu sesuatu yang konyol, tentu saja ingin mengais harta lelaki itu. Aku sangat yakin dia memiliki tabungan di bank."Sial!" umpatku ketia Ferdila menoleh dan langsung melangkah ke dekat televisi.Ada ide lain, aku harus melakukan sesuatu yang tidak disukai perempuan itu bahkan kalau bisa menyebar fitnah agar dicerai dalam keadaan hamil. Pasti ada cara yang paling jitu.Mudah! Aku akan melakukan satu rencana yang sangat besar. Bahkan sudah ada dalam pikiran. Naren pasti akan sering ke sini karena Ferdila tidak lagi sibuk di kantor. Kelihatannya bakal ada usaha baru yang akan dikerjakan."Vidia?" Suara Ferdila mengagetkanku yang

DMCA.com Protection Status