“Kau ingin memberikan nama putra-putra kita siapa sayang? Bukankah waktu itu kau bilang sudah memiliki nama dan masih merahasiakannya padaku?” Tanya David dengan lembut sambil duduk menggendong putranya dan Anya menggendong putranya yang lain.Anya tersenyum lembut sambil menatap kedua putranya yang sedang berada di pelukan mereka. "Iya, Mas. Aku memang sudah memikirkan nama untuk mereka sejak lama, tapi aku ingin memastikan dulu sebelum memberitahumu," jawabnya sambil memandang bayi di gendongannya.David menatap Anya dengan penuh rasa ingin tahu. "Aku penasaran, sayang. Apa nama yang sudah kau pilih untuk kedua pangeran kecil kita?"Anya menghela napas pelan, merasakan kehangatan yang mengalir di hatinya. "Aku ingin menamai mereka Aksara dan Arjuna."David tersenyum, mendengar nama itu. "Aksara dan Arjuna... Keduanya terdengar kuat dan bermakna. Apa alasanmu memilih nama itu?""Aksara," Anya mulai menjelaskan, "melambangkan fondasi kehidupan, seperti huruf-huruf yang membentuk kata.
Setelah beberapa hari Anya pulang, dia belum bisa membawa putra-putranya kembali karena masih berada di bawah pengawasan dokter.Tapi saat dia pulang, dia terkejut dengan suasana mansion yang berbeda kali ini.Anya berdiri di pintu mansion dengan mata berbinar, melihat ke dalam dengan penuh keharuan. Seluruh staf rumah tangga berkumpul, menyambutnya dengan senyum hangat dan tepuk tangan. Balon-balon berwarna pastel tergantung di sudut-sudut ruangan, dan ada sebuah spanduk yang bertuliskan **"Selamat Datang, Ibu Anya dan Para tuan muda"** tergantung di dinding."Kalian semua..." Anya menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca. "Ini sangat luar biasa. Terima kasih!"Salah satu pelayan senior, yang dekat dengan Anya, melangkah maju sambil tersenyum. "Kami semua sangat senang Anda kembali, Nyonya Anya. Kami tahu ini adalah momen penting bagi keluarga, jadi kami ingin membuat sesuatu yang spesial."David, yang berdiri di samping Anya, ikut tersenyum bangga. "Aku hanya bilang mereka harus menyi
“Mereka lebih tampan dari yang di foto.” Gumam Nersa yang takjub dengan dua bayi mungil dan menggemaskan itu.Pagi ini, Anya sudah bisa menyembut kedua putranya setelah dipastikan mereka benar-benar sehat.Dan sekarang Nersa menemaninya untuk menjemput mereka karena David tiba-tiba ada urusan mendadak yang tidak bisa dia tinggal.Anya tersenyum mendengar gumaman Nersa sambil memandangi kedua putranya yang kini berada dalam pelukannya. "Iya, mereka tampan sekali, ya. Aku juga masih nggak percaya mereka sudah di sini, sehat dan selamat."Nersa mengangguk sambil menatap kedua bayi itu dengan penuh kekaguman. "Kau benar-benar beruntung, Anya. Mereka benar-benar anugerah.""Aku bersyukur," Anya membalas dengan mata yang berbinar, "David sangat ingin ikut menjemput mereka, tapi urusannya memang tidak bisa ditinggal."Nersa tersenyum menenangkan, "David pasti akan langsung pulang begitu selesai. Yang penting, kamu dan bayi-bayi ini sudah sehat dan siap pulang ke rumah."Saat mereka mempersia
Hari yang telah ditunggu telah tiba, dimana acara syukuran dan perkenalan anggota baru keluarga Baskara yang baru lahir beberapa minggu yang lalu.Anya tampak mempesona dalam balutan dress biru muda yang elegan, menonjolkan kecantikannya yang anggun. Hari ini adalah momen penting bagi keluarga Baskara, perayaan kelahiran Arjuna dan Aksara, dua pangeran kecil yang menjadi pusat perhatian.David, yang mengenakan jas hitam yang rapi, tidak bisa menyembunyikan kebanggaannya. Dia berdiri di samping Anya, memeluknya dengan penuh cinta. Di tengah ruangan, keluarga besar, kolega, dan sahabat-sahabat mereka mulai berdatangan, membawa senyum dan doa terbaik untuk kedua bayi yang baru lahir."Kau terlihat luar biasa hari ini," bisik David lembut di telinga Anya, yang membuatnya tersipu."Terima kasih, Mas. Aku hanya ingin hari ini menjadi momen yang sempurna untuk kita semua," jawab Anya, tersenyum manis.Mereka berdua kemudian berjalan bersama untuk menyambut tamu-tamu yang hadir. Para undangan
Hari-hari Anya telah berubah sejak memiliki anak, setiap malam dia harus begadang untuk merawat kedua anaknya yang sedikit rewel ketika malam dan tidak tidur hingga subuh.Hal itu membuat Anya sedikit kurus, apalagi dia tak memiliki baby sitter karena dia ingin merawat anaknya sendiri dengan di bantu pelayan jika saat siang hari.“Sayang, biarkan aku yang memberikan mereka susu. Kau tidurlah.” Ucap David dengan penuh perhatian karena tak tega melihat istrinya sudah sangat mengantuk sekarang ini.Anya tersenyum lelah namun penuh kasih, menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku ingin memastikan mereka nyaman." Meskipun matanya sudah setengah tertutup karena kantuk, dia masih ingin merawat Arjuna dan Aksara sendiri. Perasaan keibuan yang kuat membuatnya sulit untuk menyerahkan tugas itu sepenuhnya kepada orang lain, bahkan kepada David.David menatapnya dengan prihatin, lalu duduk di sebelah Anya sambil menggendong salah satu bayi mereka yang mulai rewel. "Tapi kau juga perlu istirahat,
Lima tahun kemudian, kehidupan keluarga David dan Anya dipenuhi dengan tawa dan keceriaan anak-anak mereka. Aksara, si bungsu yang penuh energi, berlari-lari di sekitar rumah sambil memanggil kakaknya, Misella, yang dengan jahil mengambil mainannya. Suara tawa kecilnya memenuhi ruangan."Kakak, kembalikan mainanku!" teriak Aksara dengan semangat, sambil berusaha mengejar Misella yang berlari lebih cepat.Di sudut ruangan, Arjuna duduk tenang dengan buku di pangkuannya. Dia berbeda dari saudaranya yang suka bermain, lebih memilih dunia buku yang penuh petualangan dan pengetahuan. Meskipun begitu, dia tetap memperhatikan kedua saudaranya dengan senyum tipis di wajahnya, seolah menikmati hiruk-pikuk tanpa terlibat langsung.Anya memperhatikan anak-anaknya dengan tatapan lembut. “Mas, lihat mereka. Aksara tak pernah lelah berlari, dan Arjuna—sejak kapan dia begitu serius dengan buku-bukunya?” David tertawa kecil sambil merangkul Anya. “Mereka sudah tumbuh begitu cepat, sayang. Tiap-tiap
“Anak-anak ayo istirahat dulu, mama bawakan cemilan untuk kalian.” Ucap Anya bersama pelayan yang menghampiri anak-anaknya di taman.Misella dan dua anak kembar itu segera berlari, sedangkan Rose hanya tetap diam di sana seolah takut.Anya yang melihat Rose tetap berdiri di tempatnya dengan ragu, tersenyum lembut dan menghampirinya. "Rose, kau juga boleh ikut istirahat. Aku sudah siapkan banyak cemilan untuk kalian. Jangan malu, ya," katanya dengan suara menenangkan.Rose tersenyum sedikit canggung, lalu mengangguk. "Terima kasih, Tante Anya. Aku hanya… tidak terbiasa berada di rumah sebesar ini," gumamnya sambil melirik ke arah pelayan yang membawa nampan penuh makanan.Anya meletakkan tangan lembut di bahu Rose. "Tidak perlu merasa takut, sayang. Anggap saja ini seperti rumahmu sendiri. Kami semua senang kau bisa bermain dengan Misella dan adik-adiknya."Mendengar kata-kata Anya, Rose tampak sedikit lebih tenang dan akhirnya ikut berjalan menuju meja tempat cemilan disiapkan. Sement
“Misa!!” Rose yang baru tiba di hari pertama sekolah setelah libur panjang berlari menghampiri Misella.Saat ini mereka telah masuk ajaran baru dimana mereka naik ke kelas empat sekolah dasar.“Rose, kamu juga baru datang?” Misella tersenyum melihat sahabatnya itu.“Iya, kita nanti satu bangku lagi kan?” Tanya Rose dengan penuh semangat.Misella tersenyum lebar dan mengangguk. "Tentu saja! Aku sudah bilang pada guru kalau kita mau duduk bersama lagi."Rose tampak lega mendengar itu, senyum lebarnya tak bisa disembunyikan. "Aku senang banget! kamu tahu, liburanku seru, tapi aku lebih suka sekolah kalau bisa duduk sama kamu.""Ah, aku juga, Rose! Lagipula, kita punya banyak cerita untuk diceritakan sekarang," balas Misella sambil menggandeng tangan Rose dan mereka berjalan menuju kelas bersama."Bagaimana dengan Arjuna dan Aksara?" tanya Rose sambil tertawa kecil, mengingat adik-adik Misella."Masih sama, Arjuna sibuk membaca, dan Aksara... ya, masih usil seperti biasa," jawab Misella s
Aditya menunggu dengan tidak sabar pemeriksaan Agnia yang masih berada di dalam bersama dokter.“Sayang, duduklah dengan tenang aku yakin Agnia baik-baik saja.” Ucap Rima pada putranya tersebut.Kevin juga mengangguk menenangkan putranya, “Benar kata ibumu.”Aditya menghela napas dalam, berusaha mengendalikan kegelisahannya. Meski ia tahu orang tuanya berusaha menenangkan, perasaan cemas tetap menguasai dirinya. “Aku tahu, tapi tetap saja… ini sangat tiba-tiba,” jawabnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Tak lama kemudian, pintu ruang pemeriksaan terbuka, dan dokter keluar dengan raut wajah yang tenang. Aditya langsung berdiri dan menghampiri, "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"Dokter tersenyum kecil, “Tenang, Pak Aditya. Istri Anda hanya kelelahan dan mengalami gejala yang cukup umum di trimester awal kehamilan. Selamat, Pak, Ibu Agnia sedang mengandung.” Aditya terdiam, antara terkejut dan bahagia, sebelum senyum lebar terpancar di wajahnya. Rima dan Kevin yang men
Hari-hari berlalu, hingga pernikahan Agnia dan Aditya datang di pagi yang cerah ini.“Kau sangat tampan sayang.” Ucap Rima pada putranya yang tengah bersiap untuk prosesi pernikahannya.Aditya tersenyum pada ibunya, Rima, yang tampak berkaca-kaca melihat putranya dalam balutan pakaian pengantin. "Terima kasih, Ibu. Tanpa Ibu, aku mungkin tak akan sampai di hari ini," ucapnya sambil merapikan setelan jasnya.Rima mengangguk, menyentuh pipinya dengan lembut. "Ibu bangga padamu, Aditya. Kau telah memilih pasangan yang baik dan penuh kasih. Semoga kalian berdua selalu berbahagia."Aditya mengangguk penuh keyakinan. "Aku tahu, Bu. Agnia adalah seseorang yang benar-benar bisa kuandalkan, dan aku siap menjalani hidup bersamanya."Sementara itu, di ruangan lain, Agnia juga tengah bersiap dengan gaun pengantinnya yang anggun. Anya, Angel, dan Mila, membantu memastikan segalanya sempurna. Anya merapikan sedikit veil Agnia dan berkata dengan senyum hangat, "Kau benar-benar cantik, Agnia. Aditya
“Kita akan main banana boat!!” Ucap Rose dengan semangat saat mereka bermain di tepi pantai dan akan menaiki permainan itu.Rose, Misella, dan Alex tampak sangat bersemangat saat mengenakan jaket pelampung mereka. Suasana pantai yang cerah dan angin laut yang segar semakin menambah antusiasme mereka. "Ini pasti seru banget!" seru Misella dengan tawa yang lepas, tak sabar untuk segera bermain.Banana boat yang berwarna cerah itu berayun di atas air laut yang jernih, siap membawa mereka meluncur cepat di atas ombak. Alex, yang awalnya terlihat sedikit canggung, akhirnya tersenyum kecil karena semangat yang menular dari kedua temannya.Ketika banana boat mulai bergerak, Rose berteriak penuh kegembiraan, diikuti oleh Misella yang tak henti tertawa. Ombak mengayunkan mereka dengan cukup kencang, membuat perasaan adrenalin dan kegembiraan memenuhi suasana. Alex, yang awalnya tampak tenang, akhirnya ikut berteriak seru, menikmati momen tersebut bersama mereka."Pegangan yang kuat!" seru Mise
Johanna, istri Henry yang sedang bersantai di mansionnya tampak melihat sosial medianya. Sebagai nyonya Anderson, dia sama sekali tak melakukan apapun selain menikmati hidup dan uang suaminya.Hingga tak sengaja dia melihat akun Anya, istri dan nyonya dari keluarga Baskara tersebut. Rasa penasarannya mulai timbul terlebih melihat pengikut wanita itu mencapai jutaan followers.“Dia seorang artis?” Gumam Johanna dengan penasaran namun tatapannya merendahkan, karena menurutnya pekerjaan seperti itu tak menunjukkan martabat keluarga terpandang karena terlalu mengekspose kegiatan privasinya.Dengan tenang dia mulai melihat story Anya yang begitu banyak, mulai dari pemandangan di bali hingga perayaan ulang tahunnya disana.“Apa bagusnya merayakan di Bali?” Gumam Johanna dengan sinis, hingga dia melihat video Anya yang diperlakukan suaminya bak ratu, terlebih melihat pandangan David yang begitu terlihat mencintai istrinya bahkan menciumnya setelah mengucapkan selamat ulang tahun.Johanna men
“Happy birthday to you!!” Semua orang gembira merayakan ulang tahun Anya.Anya tertawa bahagia di tengah-tengah mereka, “Happy birthday, honey.” Ucap David sambil mengecup bibir Anya sekilas.Anya memeluk suaminya dengan lembut, “Terima kasih sayang.” Ucapnya dengan penuh cinta.Suasana pesta ulang tahun Anya di Bali terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Semua orang bersorak-sorai, dan tawa Anya memenuhi ruangan. Dia memeluk David dengan erat, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada di sisinya."Ini ulang tahun terbaik," ucap Anya dengan mata berbinar, masih memeluk David. "Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."David tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini, sayang."Sahabat-sahabat Anya, seperti Angel, Mila, dan Nersa, ikut memberikan ucapan selamat sambil memberikan hadiah-hadiah kecil yang dipilih dengan penuh perhatian.“Apakah kami telat?” Tiba-tiba suara Aditya datang membuat mereka semua menoleh.“Kalian sudah datan
“Diana sudah kau siapkan barang endors-nya? Kita akan terbang pukul sepuluh pagi nanti.” Ucap Anya saat mereka akan berangkat ke Bali.Diana mengangguk, “Sudah, ini semua aman. Huft padahal kita suda menaikkan rate card-nya tapi masih banyak yang mengendors, membuatku harus mengedit lebih banyak saja.” Gumam Diana dengan mengeluh.Anya yang mendengarnya tertawa, “Bukankan gajimu sudah dua digit, setidaknya sebanding bukan?” Ucap Anya dengan kekeha ringan.Memang selama lima tahun ini karir Anya sebagai influencer sangat stabil bahkan cenderung semakin naik, meskipun Anya sekarang sudah membatasi endorsan yang masuk, namun tetap saja Diana sebagai editor dan juga manajernya cukup kalang kabut.“Tentu saja, setiap gajian aku bisa membeli satu motor baru. Tapi tetap saja lelah.” Ucap Diana dengan santai.Anya tersenyum, “Ya sudah, masukkan itu dalam mobil dan minta supir untuk mengambil sisanya. Kita berangkat sekarang, aku akan memanggil anak-anak dan juga suamiku.” Ucap Anya dengan lem
“Mama, apa aku boleh ajak Rose dan Alex ke bali nanti?” Tanya Misella saat mereka sedang makan malam.Anya yang mendengar nama Alex disebut juga langsung terkejut, “Alex?”Misella mengangguk, “Tadi dia bergabung denganku dan Rose, dia sudah cukup baik dari sebelumnya. Dan sepertinya teman-temannya dulu ikut menjauhinya dan sekarang dia jadi temanku. Saat aku cerita akan ke Bali dia terlihat murung, sepertinya dia tak pernah liburan bersama keluarga.” Ucap Misella.Anya dan David saling bertukar pandang, memikirkan permintaan putri mereka. Anya merasakan keraguan, terutama karena pengalaman sebelumnya dengan Alex, namun dia juga tak bisa mengabaikan sifat baik hati Misella.“Kamu sudah yakin dengan perubahan Alex, Misella? Aku tahu dia telah meminta maaf, tapi mengajaknya liburan bersama keluarga kita adalah hal yang besar,” kata Anya pelan, mencoba memahami situasinya.Misella mengangguk mantap. “Iya, Ma. Dia memang terlihat menyesal. Teman-teman lamanya juga menjauhinya, dan aku tak
“Aihh… Calon mantuku datang. Bagaimana persiapannya? Apakah sudah memilih gaun?” Tanya Rima dengan lembut saat Agnia datang berkunjung ke mansion.Agnia tersenyum lalu menaruh kue yang dia bawa di meja.“Kau bawa apa, Agnia? Kue buatanmu lagi ya? Wahh, ayah Aditya sangat senang kemarin dan hari ini kau bawakan lagi, pasti dia sangat bahagia.” Ucap Rima dengan semangat.Agnia tertawa pelan, dia bahagia dia disambut dengan sangat hangat di mansion ini. Seolah mereka tak mempermasalahkan status Agnia bahkan hanya kue sederhana saja mereka sudah sangat bahagia sehingga dia merasa dihargai.“Hanya kue biasa, bu. Kalau ibu ingin kue yang lain nanti Agnia buatkan, kebetulan Agnia sangat suka buat kue.” Ucap Agnia dengan lembut.Rima tersenyum hangat, wajahnya penuh kebahagiaan. "Kau ini memang sangat perhatian. Kami beruntung sekali mendapatkan calon menantu sepertimu, Agnia." Dia mengambil kue dari meja, lalu mencicipinya dengan penuh antusias. "Hmm, enak sekali! Ayah Aditya pasti sangat me
“Bagaimana dengan desain gaun ini, nona? Apakah anda suka?” Tanya desainer gaun pengantin yang ditunjuk oleh Aditya untuk Agnia.Agnia tampak bingung memilih, terlebih keluarga Aditya juga mendesak untuk acara pernikahan mereka digelar satu bulan lagi, tentu persiapan yang cukup singkat apalagi keluarga Baskara ingin acara pernikahan ini mewah.“Saya masih bingung, bisakah saya membawa gambar dari beberapa desain ini? Saya ingin menunjukkan dan meminta saran dari calon ibu mertua saya.” Ucap Agnia dengan lembut.Desainer gaun itu tersenyum sopan dan mengangguk. "Tentu saja, Nona Agnia. Saya akan menyiapkan beberapa gambar desain yang bisa Anda bawa. Kami ingin memastikan Anda merasa nyaman dan puas dengan pilihan Anda, apalagi ini hari yang sangat istimewa."Agnia tersenyum tipis, meskipun perasaan di dalam hatinya masih campur aduk. Proses persiapan yang begitu cepat dan tuntutan dari keluarga Baskara untuk membuat pernikahan mereka mewah cukup membuatnya tertekan. Dia tidak pernah m