Tubuh Anya terasa sangat kaku sekarang, tubuhnya seolah dicabik-cabik bahkan untuk menggerakkan tubuhnya saja dia seperti merasakesakitan.Perlahan dia mulai membuka matanya, melihat sekeliling jika dia berada di rumah sakit. Terakhir dia ingat masih di kamar, tapi tiba-tiba dia sudah berada di rumah sakit tanpa dia sadari.Pikirannya langsung menuju keperutnya, namun perut itu rata yang membuatnya panik dan takut jika dia gagal menjadi ibu lagi kali ini.Dia langsung melihat kesamping, dimana melihat suaminya tengah tidur di sofa.“Mas…” Panggilnya dengan lemah smabil menangis, dia takut jika bayinya telah meninggal didalam perutnya.David yang tertidur di sofa langsung terbangun mendengar suara lemah Anya. Begitu melihat istrinya sudah sadar dan menangis, dia segera bergegas ke sisinya. “Sayang, aku di sini. Jangan menangis,” ucap David dengan suara lembut namun penuh kecemasan, sambil meraih tangan Anya dan mengecupnya.Anya menangis lebih keras, tangannya gemetar ketika dia meraba
“Kau ingin memberikan nama putra-putra kita siapa sayang? Bukankah waktu itu kau bilang sudah memiliki nama dan masih merahasiakannya padaku?” Tanya David dengan lembut sambil duduk menggendong putranya dan Anya menggendong putranya yang lain.Anya tersenyum lembut sambil menatap kedua putranya yang sedang berada di pelukan mereka. "Iya, Mas. Aku memang sudah memikirkan nama untuk mereka sejak lama, tapi aku ingin memastikan dulu sebelum memberitahumu," jawabnya sambil memandang bayi di gendongannya.David menatap Anya dengan penuh rasa ingin tahu. "Aku penasaran, sayang. Apa nama yang sudah kau pilih untuk kedua pangeran kecil kita?"Anya menghela napas pelan, merasakan kehangatan yang mengalir di hatinya. "Aku ingin menamai mereka Aksara dan Arjuna."David tersenyum, mendengar nama itu. "Aksara dan Arjuna... Keduanya terdengar kuat dan bermakna. Apa alasanmu memilih nama itu?""Aksara," Anya mulai menjelaskan, "melambangkan fondasi kehidupan, seperti huruf-huruf yang membentuk kata.
Setelah beberapa hari Anya pulang, dia belum bisa membawa putra-putranya kembali karena masih berada di bawah pengawasan dokter.Tapi saat dia pulang, dia terkejut dengan suasana mansion yang berbeda kali ini.Anya berdiri di pintu mansion dengan mata berbinar, melihat ke dalam dengan penuh keharuan. Seluruh staf rumah tangga berkumpul, menyambutnya dengan senyum hangat dan tepuk tangan. Balon-balon berwarna pastel tergantung di sudut-sudut ruangan, dan ada sebuah spanduk yang bertuliskan **"Selamat Datang, Ibu Anya dan Para tuan muda"** tergantung di dinding."Kalian semua..." Anya menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca. "Ini sangat luar biasa. Terima kasih!"Salah satu pelayan senior, yang dekat dengan Anya, melangkah maju sambil tersenyum. "Kami semua sangat senang Anda kembali, Nyonya Anya. Kami tahu ini adalah momen penting bagi keluarga, jadi kami ingin membuat sesuatu yang spesial."David, yang berdiri di samping Anya, ikut tersenyum bangga. "Aku hanya bilang mereka harus menyi
“Mereka lebih tampan dari yang di foto.” Gumam Nersa yang takjub dengan dua bayi mungil dan menggemaskan itu.Pagi ini, Anya sudah bisa menyembut kedua putranya setelah dipastikan mereka benar-benar sehat.Dan sekarang Nersa menemaninya untuk menjemput mereka karena David tiba-tiba ada urusan mendadak yang tidak bisa dia tinggal.Anya tersenyum mendengar gumaman Nersa sambil memandangi kedua putranya yang kini berada dalam pelukannya. "Iya, mereka tampan sekali, ya. Aku juga masih nggak percaya mereka sudah di sini, sehat dan selamat."Nersa mengangguk sambil menatap kedua bayi itu dengan penuh kekaguman. "Kau benar-benar beruntung, Anya. Mereka benar-benar anugerah.""Aku bersyukur," Anya membalas dengan mata yang berbinar, "David sangat ingin ikut menjemput mereka, tapi urusannya memang tidak bisa ditinggal."Nersa tersenyum menenangkan, "David pasti akan langsung pulang begitu selesai. Yang penting, kamu dan bayi-bayi ini sudah sehat dan siap pulang ke rumah."Saat mereka mempersia
Hari yang telah ditunggu telah tiba, dimana acara syukuran dan perkenalan anggota baru keluarga Baskara yang baru lahir beberapa minggu yang lalu.Anya tampak mempesona dalam balutan dress biru muda yang elegan, menonjolkan kecantikannya yang anggun. Hari ini adalah momen penting bagi keluarga Baskara, perayaan kelahiran Arjuna dan Aksara, dua pangeran kecil yang menjadi pusat perhatian.David, yang mengenakan jas hitam yang rapi, tidak bisa menyembunyikan kebanggaannya. Dia berdiri di samping Anya, memeluknya dengan penuh cinta. Di tengah ruangan, keluarga besar, kolega, dan sahabat-sahabat mereka mulai berdatangan, membawa senyum dan doa terbaik untuk kedua bayi yang baru lahir."Kau terlihat luar biasa hari ini," bisik David lembut di telinga Anya, yang membuatnya tersipu."Terima kasih, Mas. Aku hanya ingin hari ini menjadi momen yang sempurna untuk kita semua," jawab Anya, tersenyum manis.Mereka berdua kemudian berjalan bersama untuk menyambut tamu-tamu yang hadir. Para undangan
Hari-hari Anya telah berubah sejak memiliki anak, setiap malam dia harus begadang untuk merawat kedua anaknya yang sedikit rewel ketika malam dan tidak tidur hingga subuh.Hal itu membuat Anya sedikit kurus, apalagi dia tak memiliki baby sitter karena dia ingin merawat anaknya sendiri dengan di bantu pelayan jika saat siang hari.“Sayang, biarkan aku yang memberikan mereka susu. Kau tidurlah.” Ucap David dengan penuh perhatian karena tak tega melihat istrinya sudah sangat mengantuk sekarang ini.Anya tersenyum lelah namun penuh kasih, menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku ingin memastikan mereka nyaman." Meskipun matanya sudah setengah tertutup karena kantuk, dia masih ingin merawat Arjuna dan Aksara sendiri. Perasaan keibuan yang kuat membuatnya sulit untuk menyerahkan tugas itu sepenuhnya kepada orang lain, bahkan kepada David.David menatapnya dengan prihatin, lalu duduk di sebelah Anya sambil menggendong salah satu bayi mereka yang mulai rewel. "Tapi kau juga perlu istirahat,
Lima tahun kemudian, kehidupan keluarga David dan Anya dipenuhi dengan tawa dan keceriaan anak-anak mereka. Aksara, si bungsu yang penuh energi, berlari-lari di sekitar rumah sambil memanggil kakaknya, Misella, yang dengan jahil mengambil mainannya. Suara tawa kecilnya memenuhi ruangan."Kakak, kembalikan mainanku!" teriak Aksara dengan semangat, sambil berusaha mengejar Misella yang berlari lebih cepat.Di sudut ruangan, Arjuna duduk tenang dengan buku di pangkuannya. Dia berbeda dari saudaranya yang suka bermain, lebih memilih dunia buku yang penuh petualangan dan pengetahuan. Meskipun begitu, dia tetap memperhatikan kedua saudaranya dengan senyum tipis di wajahnya, seolah menikmati hiruk-pikuk tanpa terlibat langsung.Anya memperhatikan anak-anaknya dengan tatapan lembut. “Mas, lihat mereka. Aksara tak pernah lelah berlari, dan Arjuna—sejak kapan dia begitu serius dengan buku-bukunya?” David tertawa kecil sambil merangkul Anya. “Mereka sudah tumbuh begitu cepat, sayang. Tiap-tiap
“Anak-anak ayo istirahat dulu, mama bawakan cemilan untuk kalian.” Ucap Anya bersama pelayan yang menghampiri anak-anaknya di taman.Misella dan dua anak kembar itu segera berlari, sedangkan Rose hanya tetap diam di sana seolah takut.Anya yang melihat Rose tetap berdiri di tempatnya dengan ragu, tersenyum lembut dan menghampirinya. "Rose, kau juga boleh ikut istirahat. Aku sudah siapkan banyak cemilan untuk kalian. Jangan malu, ya," katanya dengan suara menenangkan.Rose tersenyum sedikit canggung, lalu mengangguk. "Terima kasih, Tante Anya. Aku hanya… tidak terbiasa berada di rumah sebesar ini," gumamnya sambil melirik ke arah pelayan yang membawa nampan penuh makanan.Anya meletakkan tangan lembut di bahu Rose. "Tidak perlu merasa takut, sayang. Anggap saja ini seperti rumahmu sendiri. Kami semua senang kau bisa bermain dengan Misella dan adik-adiknya."Mendengar kata-kata Anya, Rose tampak sedikit lebih tenang dan akhirnya ikut berjalan menuju meja tempat cemilan disiapkan. Sement