“Mereka lebih tampan dari yang di foto.” Gumam Nersa yang takjub dengan dua bayi mungil dan menggemaskan itu.Pagi ini, Anya sudah bisa menyembut kedua putranya setelah dipastikan mereka benar-benar sehat.Dan sekarang Nersa menemaninya untuk menjemput mereka karena David tiba-tiba ada urusan mendadak yang tidak bisa dia tinggal.Anya tersenyum mendengar gumaman Nersa sambil memandangi kedua putranya yang kini berada dalam pelukannya. "Iya, mereka tampan sekali, ya. Aku juga masih nggak percaya mereka sudah di sini, sehat dan selamat."Nersa mengangguk sambil menatap kedua bayi itu dengan penuh kekaguman. "Kau benar-benar beruntung, Anya. Mereka benar-benar anugerah.""Aku bersyukur," Anya membalas dengan mata yang berbinar, "David sangat ingin ikut menjemput mereka, tapi urusannya memang tidak bisa ditinggal."Nersa tersenyum menenangkan, "David pasti akan langsung pulang begitu selesai. Yang penting, kamu dan bayi-bayi ini sudah sehat dan siap pulang ke rumah."Saat mereka mempersia
Hari yang telah ditunggu telah tiba, dimana acara syukuran dan perkenalan anggota baru keluarga Baskara yang baru lahir beberapa minggu yang lalu.Anya tampak mempesona dalam balutan dress biru muda yang elegan, menonjolkan kecantikannya yang anggun. Hari ini adalah momen penting bagi keluarga Baskara, perayaan kelahiran Arjuna dan Aksara, dua pangeran kecil yang menjadi pusat perhatian.David, yang mengenakan jas hitam yang rapi, tidak bisa menyembunyikan kebanggaannya. Dia berdiri di samping Anya, memeluknya dengan penuh cinta. Di tengah ruangan, keluarga besar, kolega, dan sahabat-sahabat mereka mulai berdatangan, membawa senyum dan doa terbaik untuk kedua bayi yang baru lahir."Kau terlihat luar biasa hari ini," bisik David lembut di telinga Anya, yang membuatnya tersipu."Terima kasih, Mas. Aku hanya ingin hari ini menjadi momen yang sempurna untuk kita semua," jawab Anya, tersenyum manis.Mereka berdua kemudian berjalan bersama untuk menyambut tamu-tamu yang hadir. Para undangan
Hari-hari Anya telah berubah sejak memiliki anak, setiap malam dia harus begadang untuk merawat kedua anaknya yang sedikit rewel ketika malam dan tidak tidur hingga subuh.Hal itu membuat Anya sedikit kurus, apalagi dia tak memiliki baby sitter karena dia ingin merawat anaknya sendiri dengan di bantu pelayan jika saat siang hari.“Sayang, biarkan aku yang memberikan mereka susu. Kau tidurlah.” Ucap David dengan penuh perhatian karena tak tega melihat istrinya sudah sangat mengantuk sekarang ini.Anya tersenyum lelah namun penuh kasih, menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku ingin memastikan mereka nyaman." Meskipun matanya sudah setengah tertutup karena kantuk, dia masih ingin merawat Arjuna dan Aksara sendiri. Perasaan keibuan yang kuat membuatnya sulit untuk menyerahkan tugas itu sepenuhnya kepada orang lain, bahkan kepada David.David menatapnya dengan prihatin, lalu duduk di sebelah Anya sambil menggendong salah satu bayi mereka yang mulai rewel. "Tapi kau juga perlu istirahat,
Lima tahun kemudian, kehidupan keluarga David dan Anya dipenuhi dengan tawa dan keceriaan anak-anak mereka. Aksara, si bungsu yang penuh energi, berlari-lari di sekitar rumah sambil memanggil kakaknya, Misella, yang dengan jahil mengambil mainannya. Suara tawa kecilnya memenuhi ruangan."Kakak, kembalikan mainanku!" teriak Aksara dengan semangat, sambil berusaha mengejar Misella yang berlari lebih cepat.Di sudut ruangan, Arjuna duduk tenang dengan buku di pangkuannya. Dia berbeda dari saudaranya yang suka bermain, lebih memilih dunia buku yang penuh petualangan dan pengetahuan. Meskipun begitu, dia tetap memperhatikan kedua saudaranya dengan senyum tipis di wajahnya, seolah menikmati hiruk-pikuk tanpa terlibat langsung.Anya memperhatikan anak-anaknya dengan tatapan lembut. “Mas, lihat mereka. Aksara tak pernah lelah berlari, dan Arjuna—sejak kapan dia begitu serius dengan buku-bukunya?” David tertawa kecil sambil merangkul Anya. “Mereka sudah tumbuh begitu cepat, sayang. Tiap-tiap
“Anak-anak ayo istirahat dulu, mama bawakan cemilan untuk kalian.” Ucap Anya bersama pelayan yang menghampiri anak-anaknya di taman.Misella dan dua anak kembar itu segera berlari, sedangkan Rose hanya tetap diam di sana seolah takut.Anya yang melihat Rose tetap berdiri di tempatnya dengan ragu, tersenyum lembut dan menghampirinya. "Rose, kau juga boleh ikut istirahat. Aku sudah siapkan banyak cemilan untuk kalian. Jangan malu, ya," katanya dengan suara menenangkan.Rose tersenyum sedikit canggung, lalu mengangguk. "Terima kasih, Tante Anya. Aku hanya… tidak terbiasa berada di rumah sebesar ini," gumamnya sambil melirik ke arah pelayan yang membawa nampan penuh makanan.Anya meletakkan tangan lembut di bahu Rose. "Tidak perlu merasa takut, sayang. Anggap saja ini seperti rumahmu sendiri. Kami semua senang kau bisa bermain dengan Misella dan adik-adiknya."Mendengar kata-kata Anya, Rose tampak sedikit lebih tenang dan akhirnya ikut berjalan menuju meja tempat cemilan disiapkan. Sement
“Misa!!” Rose yang baru tiba di hari pertama sekolah setelah libur panjang berlari menghampiri Misella.Saat ini mereka telah masuk ajaran baru dimana mereka naik ke kelas empat sekolah dasar.“Rose, kamu juga baru datang?” Misella tersenyum melihat sahabatnya itu.“Iya, kita nanti satu bangku lagi kan?” Tanya Rose dengan penuh semangat.Misella tersenyum lebar dan mengangguk. "Tentu saja! Aku sudah bilang pada guru kalau kita mau duduk bersama lagi."Rose tampak lega mendengar itu, senyum lebarnya tak bisa disembunyikan. "Aku senang banget! kamu tahu, liburanku seru, tapi aku lebih suka sekolah kalau bisa duduk sama kamu.""Ah, aku juga, Rose! Lagipula, kita punya banyak cerita untuk diceritakan sekarang," balas Misella sambil menggandeng tangan Rose dan mereka berjalan menuju kelas bersama."Bagaimana dengan Arjuna dan Aksara?" tanya Rose sambil tertawa kecil, mengingat adik-adik Misella."Masih sama, Arjuna sibuk membaca, dan Aksara... ya, masih usil seperti biasa," jawab Misella s
“Kakak!” Misella yang melihat Aditya datang menjemputnya langsung berlari dari luar gedung sekolah.“Kenapa kakak yang jemput? Dimana mama?” Tanya Misella dengan bingung.“Mama mu sedang pergi keluar kota bersama papa mu, tapi sore nanti sudah pulang jadi kau akan bersama kakak sampai sore.” Ucap Aditya dengan lembut.Misella yang mendengar itu mengangguk dan perhatiannya teralihkan oleh wanita cantik yang berada di belakang pamannya.“Kak Agnia juga ikut? Wah, aku tak akan kesepian dan bosan kalau begitu.” Ucap Misella dengan semangat.Aditya tersenyum melihat semangat keponakannya. "Iya, Agnia ikut. Kita akan makan siang bersama, bagaimana menurutmu?"Misella tersenyum lebar dan melompat kegirangan. "Aku suka! Kak Agnia, nanti kita makan di mana?"Agnia, yang sebelumnya sedikit canggung, ikut tersenyum hangat. "Terserah kamu, Misella. Kamu mau makan apa?"Misella berpikir sejenak sambil menggoyang-goyangkan tasnya, "Hmm... aku ingin makan pizza! Kak Agnia suka pizza, kan?"Agnia ter
“Dia sudah tertidur?” Tanya Aditya pada Agnia saat mereka berada di mobil.Agnia yang sedang memangku Misella saat gadis kecil itu tidur mengangguk, “Sepertinya, dia kekenyangan dan tidur, tuan.” Ucap Agnia dengan sopan.“Jika begitu kita antar saja ke mansion langsung, lalu kita bisa pergi berdua.” Ucap Aditya dengan tenang.“Maaf?” Ucap Agnia karena takut salah dengar apa yang dikatakan bos-nya itu.Agnia menatap Aditya dengan ekspresi terkejut, masih mencoba memastikan apakah dia benar mendengar apa yang barusan dikatakan. "Maaf, Tuan Aditya, maksud Anda... pergi berdua?"Aditya tersenyum tipis, matanya tetap fokus ke jalan. "Iya, Agnia. Setelah kita antar Misella ke mansion, bagaimana kalau kita makan malam bersama? Hanya kita berdua. Anggap saja sebagai bentuk apresiasi atas kerja kerasmu selama ini."Agnia merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Dia tak pernah membayangkan Aditya mengajaknya keluar untuk makan malam di luar urusan pekerjaan. Namun, sebagai asisten profesional