Kutepikan mobil tempat di depan ruko usaha Mas Hamdan, waktu telah menunjukkan pukul 12:15 malam sementara suasana sudah sangat sepi sekali, hanya sesekali lolongan anjing dan juga suara kendaraan dari kejauhan.Ting ....Kupencet bel, berharap wanita itu akan segera bangun dan menyadari bahwa ada orang yang sedang menunggunya di bawah."Maura ... assalamualaikum ...," panggilku."Maura ...." Berkali-kali kuulang panggilan namun itu tidak kunjung memberikan jawaban."Ya Allah wanita ini benar-benar manja, malas dan menyusahkan," gumamku sambil menggedor roliing door dan pintu terali samping."Iya, iya ... siapa sih," jawab suara dari atas sana, kedengarannya wanita itu menggerutu, lalu tak lama kemudian terdengar langkah kakinya menuruni tangga."Ini aku," jawabku mendecak kecil."Oh, kamu Mbak?"Perlahan suara kunci diputar dan tak lama kemudian pintu pun terbuka, tapi sayang, tidak dibuka dengan sempurna, rupanya wanita itu nampak sangat berhati-hati dengan kehadiranku di tempatny
"Sungguhkah?" Nampaknya wanita itu sangat syok, saking syoknya, dia bahkan tak menemukan kata kata, nada bicaranya nyaris tidak terdengar, mungkin tertahan di tenggorokan."Tanyakan padanya, bukankah dia ada di sampingmu?""Benar Mas! Benarkah itu Mas!" Wanita itu mengguncang bahu Mas Hamdan."Ayo katakan yang sebenarnya Mas Hamdan, bukankah itulah kenyataannya, bahwa kau dengan segala kebengisanmu ingin memperkosaku?""Ayo katakan Mas, katakan ....!" Mas Hamdan dengan airmata berderai, rasa-rasanya wanita itu tidak terima jika suaminya meniduri wanita lain."Tidak Maura, itu hanya ....""Jangan bohong Mas, jangan berdusta, katanya kamu tidak akan menyentuh Mbak Aisyah atau membagi perasaanmu dengan wanita itu lagi. Apa kabar dengan semua sumpah dan janji itu? apa itu hanya cara untuk merayuku?!""Apakah kau merasa tersakiti ketika perhatian dan cinta Mas Hamdan terbagi, apa kau sekarang merasakan apa yang dulu kurasakan, hmm?"Wanita itu tertegun, sontak terdiam, tidak berani menja
"Ibu, Maura tidak bermaksud begitu, Maura hanya ....""Kau suka sekali menciptakan jarak dan membuat perselisihan, apa maksud dan tujuanmu? Kupikir kau akan jadi menantu yang menyenangkan kami semua, ternyata kau sangat berbeda dari dugaan," ucap Ibu mertua sambil menggeleng pada menantunya."Tapi Mas Hamdan juga salah, kabarnya Mbak Aisyah sudah gugat cerai kenapa Mas Hamdan masih saja mendekati Mbak Aisyah dan ingin menidurinya?"Nampaknya ibu mertua sontak terkejut mendengar ungkapan Maura, mungkin dari sekian jumlah orang yang tahu tentang perceraianku, hanya dia yang tidak diberi kabar demi menjaga kesehatan jantung dan hipertensinya."Apa katamu, Aisyah cerai?!""Benar, bahkan sudah sudah kali sidang, terbukti, saya melihat surat panggilan sidang pertama Minggu kemarin," balasnya dengan sengit."Sungguhkah Aisyah?" Ibu mertua terbelalak tidak percaya.Hah, dasar wanita sialan, dia kembali menambah kerepotan dan kegeraman dalam hidupku. Sudah masalah dengan Hamdan belum terse
Setelah usai percakapan yang membuat Maura hampir kelojotan, kuputuskan untuk mohon diri dan meninggalkan rumah sakit."Kalau begitu saya pulang ya, Bu, tolong maafkan saya," ucapku berpamitan."Iya, hati hati, biar Hamid mengantarmu jika kau tak yakin bisa berkendara dengan aman," ucap Ibu mertua menerima uluran tanganku."Tidak usah Bu, aku akan baik baik saja," jawabku tersenyum tipis lalu mengalihkan diriku kepada ayah mertua untuk menyalaminya."Lho, ayah, apa Mbak Aisyah tidak akan dihukum atas perbuatannya?" Maura mengalihkan perhatian kami semua, entah kenapa dia masih saja bersikap menyebalkan."Ckck, tidak usah, ini masalah rumah tangga ... masalah pribadi mereka, apa kamu mau Hamdan dipermalukan di kantor polisi karena ingin meniduri wanita yang masih jadi istrinya?" tanya Ayah mertua pada menantu mudanya."Tapi mereka sudah ....""Keputusan pengadilan hanya formalitas. Jika hubungan bisa diperbaiki mengapa tidak?"Jawaban telak ayah mertua membuat raut wajah Maura makin
"Siapa Aisy?" tanya Irsyad sambil mengernyit heran melihatku melongok ke bawah."Itu lihat sendiri, mantan suami yang gemar menguntit diri ini," ucapku sambil menunjukkan padanya, di bawah sana Mas Hamdan masih terlihat murka."Hahahah, lucu ya, dia yang menduakanmu, malah kini dia yang kebakaran jenggot dan mengikutimu, jenis pria seperti itu adalah pria serakah yang egois," ucap Irsyad sambil menggeleng prihatin."Ah, iya, aku juga merasa demikian, kupikir setelah perceraian aku akan baik baik saja, ternyata hidupku malah makin rumit saja," jawabku mengeluh."Jadi, apa yang akan kau lakukan, turun marah atau mengabaikannya?""Daripada marah, lebih baik kunikmati suasana cafe ini sambil makan steak yang katanya harus kuberikan ulasan," jawabku tertawa."Oh iya juga ya, aku akan siapkan," ucap Pria itu sambil beralih ke belakang untuk memesankan sepiring sapi panggang.Selagi Irsyad memesankan makanan, urai ponsel dari dalam tas selalu menghubungi orang yang terlihat kepanasan emosi
Tentu saja mendengar ucapan Irsyad Mas Hamdan terbelalak bukan main, sekuat tenaga dia rangkum dirinya untuk segera bangkit dan berdiri, membela harga dirinya yang baru saja dijatuhi."Apakah kamu memang sekasar ini kepada wanita, dia ibunya anak anakmu," ucap Irsyad dengan kesalnya."Tahu apa kau tentang aku dan dia?!""Sedikit tidaknya Aisyah telah mencurahkan beban hidup dan aku telah mengenalmu sebagai mantan suaminya.""Oh, jadi memang sudah sedekat Itu hubungan kalian ya ....." Mas Hamdan tertawa sinis, dia menyeringai sambil mengusap telapak tangannya yang terluka akibat dorongan Irsyad."Kau pikir dengan berbuat seperti ini Aisyah akan jatuh cinta dan kembali padamu? Justru dia akan semakin membencimu, dan kau tahu, aku benar-benar kasihan padamu Hamdan," desis Irsyad sambil menggeleng pelan.Tentu ucapan demikian, jika untuk orang-orang yang masih berakal dan punya pikiran adalah ucapan yang amat memalukan dan menjatuhkan harga diri. Tak tahu tentang mantan suamiku ini, Apaka
Setelah kejadian heboh sore itu, kulalui malam panjang tanpa ada telepon atau pertanyaan dari keluarga Mas Hamdan. Biasanya si tukang pengadu itu akan bicara pada orang tuanya atau bicara pada Maura. Dia akan mengeluhkan sikap acuh tak acuhku padanya, juga apa yang kini disebut sebagai perselingkuhan dan hubungan terlarang menurut dugaannya.Mungkin terlalu banyak pikiran, terlalu bingung, juga terlalu sulit menentukan pilihan, membuat pria yaitu semakin hari semakin tertekan depresi dan stress. Dia jadi meyakini dugaan sebagai kenyataan, ujung-ujungnya jika pria itu tidak segera dibawa ke rumah sakit jiwa Mungkin dia akan gila dan semakin menghancurkan hubungan keluarga ini.Bayangkan, bertemu dengan teman saja dianggapnya sebagai perselingkuhan, apalagi jika aku benar benar punya pacar dan bersiap-siap menikah, tentu kebakaran jenggotlah dia.Ding dong.Pagi-pagi sekali bel rumah terdengar, aku yang sedang sibuk menyiapkan sarapan langsung bergegas ke pintu depan untuk membukakan,
Pagi pagi sekali, bel pintu rumah berbunyi, kupikir itu adalah Karman yang bersiap-siap untuk mengantar anak ke sekolah, sehingga dengan tergopoh-gopoh aku pergi ke pintu depan untuk membukakan.Betapa sebalnya aku ketika membuka pintu karena sekali lagi, untuk kesekian kalinya, Maura datang."Hah, ada apa lagi, apakah kau datang kemari untuk melayangkan surat somasi padaku?!" tanyaku berkacak pinggang dengan sutil di tangan."Tidak, boleh saya masuk?""Tidak ada ruang dan tempat untukmu dalam rumah ini karena setiap kali yang kau datang pasti ada petaka yang akan terjadi.""Ah, sudah Mbak Aisyah, jangan terus membully saya, niat saya baik datang pagi pagi ke rumah Mbak Aisyah," jawabnya dengan wajah menunduk. Kulirik perhiasan yang kini memenuhi jemari tangan, seperti toko berjalan, belum lagi gamis dan sepatu mewah, juga gaya hijabnya yang nyaris semua menjiplak penampilanku."Hmm, kau tampak seperti Aisyah versi muda," ucapku mengejek, "mungkin Hamdan menikahimu untuk menduplika