Share

adakah jalan damai

Pagi kembali menyapa dengan nuansa berbeda, hujan semalam meninggalkan titik embun di kelopak bunga, cahaya jingga di ufuk timur, memaksa diri ini untuk bangkit dari balik hangatnya selimut, melawan rasa dingin lalu bangun menyiapkan sarapan untuk anak.

Kusibak selimut lalu membenahi rambutku dan mengikatnya, kulirik punggung suamiku yang ternyata tidur di dekatku juga semalam.

Aku hanya mendesah sambil menggelengkan kepala, mengingat apa yang sudah dibahasnya semalam, tentang uang, hasil kebun dan segala hal mengenai cara dia ingin memanjakan sang istri muda. Aku malas sekali dengan itu.

"Selamat pagi, Bunda," sapa Raihan ketika melihatku menata piring di meja.

"Selamat pagi, Nak, ayo langsung sarapan," jawabku menuangkan susu ke gelasnya.

"Semalam Ayah ada disini? aku lihat sandalnya," ucap Raihan menarik kursi dan duduk di sana.

"Iya, ada di sini."

"Syukurlah."

Entah apa yang disyukuri anakku tapi aku tak hendak memperpanjang percakapan dengannya aku hanya ingin dia fokus pada sek
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status