Share

Bab 7

Penulis: Fatmah Ain
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-06 22:48:40

Jalan Di Belakangku

"Dasar nenek lampir," umpat Lika mengataiku yang masih bisa kudengar sebelum ia berlalu ke dapur. Wanita itu berjalan dengan menghentakkan kaki, tapi bodo amat, aku gak peduli. Berani menggangguku maka siap-siap dengan pembalasan seorang Dewi.

Kelakuannya benar-benar serba minim. Entah apa yang di lihat mas Bagas, sehingga menduakanku dengan wanita seperti Lika. Bukannya sombong, tapi wanita yang merusak kebahagian orang lain itu memang bukanlah wanita baik.

   Sikapku tergantung bagaimana kamu. Jangan berharap kebaikan dariku, jika kamu saja masuk ke istanaku sebagai pencuri. Kau bisa mengambil Mas Bagas, suamiku, tapi jangan berharap bisa menjadi ratu. Karena level seorang ratu berbeda dengan selir. Bak langit dan bumi.

   "Itu madu kamu?" tanya Sandra setelah menghempaskan bokongnya di sofa ruang tamu. Dari raut wajah, sahabatku itu sepertinya sangat penasaran tentang sosok Lika, si pelakor busuk. Aku yakin wanita berlesung pipi itu juga kurang suka dengan tingkah Alika.

   "Ho–oh," balasku singkat, seiring kepala yang mengangguk. Mata ini sesekali melirik ke arah dapur, di mana pelakor suamiku itu sedang menyediakan minum untukku dan Sandra. Entah apa yang akan di lakukan perempuan busuk itu. Semoga aja dia tidak menaruh sianida di minumanku dan Sandra.

   "Dapat di manalah Bagas pelakor itu. Cantik juga  dibawah standar, menang body aja," ucap Sandra menilai istri kedua suamiku. Sahabatku itu mengeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak percaya.

   Aku hanya mengedikkan  bahu, tak tahu. Karna memang aku tak tahu dimana Mas Bagas mengenal Lika, tau-tau mereka sudah menikah aja.

"Ya, begitulah, Ra. Menjadi pelakor itu tidak perlu cantik. Asalkan pandai menggoda, apalagi lakinya cicak buntung, semua di sapu rata."

   "Eh, tapi kok kamu perlakukan dia seperti pembantu? Ya ... biasanya 'kan madu itu selalu mau berkuasa. Meskipun hanya istri siri. Seperti yang  ada di sinetron-sinetron gitu," ucap Sandra, ternyata sahabatku ini korban sinetron rupanya. Aku hanya menggelengkan gelengkan kepala.  Sejak kapan Sandra ada waktu nonton  TV. Diakan  wanita super sibuk, pemburu dolar sama kayak suaminya.

   Baru saja ingin menjawab Sandra, madu busuk itu sudah muncul di balik pintu penghubung antara ruang nonton dan ruang tamu. Ragu-ragu ia mendekatiku dan Sandra.

   Dengan kasar dia meletakkan dua cangkir berisi teh dan setoples cemilan ke atas meja depan kami duduk. Dasar! Ku amati tingkahnya dengan lirikan mata samping. Wajahnya cemberut, mungkin tidak terima dengan caraku memperlakukannya, tapi apa peduliku. Siapa yang suruh mengaku pembantu. Nikmatilah peranmu.

   "Fuih..." Sandra membuang ludahnya. Untungnya hanya angin yang keluar dari mulut Sahabatku itu, jika tidak pasti Lika akan merasakan jigong. "Minuman apa ini, manis betul! kamu masukkan gula satu kilo ya, sengaja biar kita kena diabetes,"  ucap Sandra ketus, sengaja ingin membuat suasana menjadi semakin panas. Aku hanya menyaksikan saja.

   "Masih untung gak kumasukin sianida" Lika membalas ucapan Sandra dengan pelan, tapi bisa terdengar jelas olehku begitupun Sandra. Cukup berani juga pelakor busuk ini. Aku memperhatikan adegan di depan ku. Biarlah Sandra mau ngapain dulu. Nekat juga ni anak, gak tau aja dia, bagaimana judesnya Sandra.

   "Kamu bilang apa? Berani sekali kamu pembantu! Dasar minim akhlak, mau kusiram, hah!" Berang Sandra dengan mata melotot. Aku tertawa jahat melihat wajah Lika kena semprotan Sandra. Sahabatku itu kalau marah sudah seperti singa.

   "Daripada situ, tamu aja belagu," ucap Alika, menantang sorot mata Sandra. Wow patut ku acungi jempol ni madu busuk. Jempol empat, tapi terbalik. Salut benar-benar berani dia.

   Sandra naik pitam, wajahnya memerah dengan asap yang keluar dari kedua daun telinga. Begitulah kira kira jika wajah Sandra digambarkan, marah penuh emosi. Lantas sahabatku itu berdiri dengan cangkir teh yang sengaja ia pegang.

   Byurrrrr

   Untuk yang kedua kali Lika mendapat guyuran. Satu air putih dan satunya lagi air teh. Untung gak terlalu panas, kalau tidak, bisa belang tuh muka. Salah sendiri Sandra di lawan. Maaf Tuhan ... izinkan aku tertawa jahat.

   "Aww panas," pekik Lika seraya berlari ke kamar mandi. Sebenarnya kasian juga, tapi dia sendiri yang cari masalah. Sudah tau posisinya pembantu, berani melawan tamu majikan, terimalah kemarahan dari Sandra. Si tamu rasa tuan rumah.

   Sepeninggalan Lika, aku menatap Sandra dengan tatapan shock, tapi yang menjadi tatapanku hanya cengar-cengir, terlihat kepuasan di wajahnya.

   "Apa kita gak keterlaluan, Ra? tanyaku merasa sedikit bersalah. Tiba-tiba sisi baikku yang dominan.

   "Halah gak usah lebay. Cuma teh hangat, masih jauh dari nafas.Tadinya malah mau ku gundulin kepala atas bawahnya." Mataku melotot mendengar ucapan Sandra. Gadis ini memang ceplas-ceplos, apa aja isi kepalanya pasti di keluarkan.

   "Tapi kasian juga, Ra."

   "Biarin ... biar tau rasa, di kira enak ngelakor. Kamu jangan terlalu lemah, nanti di injak-injak." Sandra berucap seraya menyambar cangkir di atas meja. Lalu meneguknya dengan sekali teguk. Aku menatapnya dengan bibir monyong. Ya kali ... berani Lika menginjakkan-injakku.

"Gak usah monyong gitu. Jelek! Aku hanya ingatin."

   "Aku bukan monyong karena itu. Tehku kamu minum!" Aku mendelik pada Sandra, tapi wanita itu cuek. "Tapi, iya juga sih, Ra. Orang kayak Alika gak bisa di kasih hati," ujarku lagi seraya memeluk bantal sofa.

"Tepat sekali!"

   "Tadi katanya kemanisan tehnya, kok habis? tanyaku bercanda.

   "Orang kalau selesai marah itu bagusnya minum yang manis-manis. Biar emosinya reda," balasnya asal. Aku hanya bisa menepuk jidad, dapat teori dari mana lagi nih anak.

  Ku ajak Sandra untuk duduk kembali sembari menunggu jam makan siang. Hari ini aku dan Sandra  memang janjian ingin makan siang bareng di luar, biar gak stres di rumah.  Apa lagi sejak kehadiran madu busuk itu dalam kehidupanku. Kebetulan ada kafe yang  beberapa hari ini baru buka dan sedang mengadakan diskon. Ku lirik jam dinding masih jam sebelas kurang, masih ada waktu sekitar satu jaman lebih. Aku dan Sandra duduk bersantai di atas sofa empuk, nikmat sekali bisa leha-leha. semua kerjaan sudah di kerjakan oleh Alika, sang pelakor busuk. Aku dan Sandra, sepakat untuk berangkat habis dzuhur.

   Kubuka ponsel, lalu mengotak atiknya. Sejak ada pembantu alias pelakor di rumah ini, aku mendapatkan banyak sekali waktu luang. Aku punya banyak waktu bergabung di salah satu aplikasi yang menyediakan ruang baca dan menulis. Di sana menyediakan karya-karya dari semua jenis kalangan dan usia. Tak terkecuali emak-emak berdaster pun hadir di sana. Aku mengoleksi banyak cerita dari bermacam genre. Semuanya menarik salah satunya cerita yang berjudul Wanita cadangan, yang menurutku seru. Kulirik Sandra juga sama, sibuk dengan HPnya, tapi gadis itu lebih memilih bermain game.

   Kumandang adzan menghentikan kami dari aktifitas ponsel. Aku memang bukanlah wanita yang alim, jilbab pun masih yang segi empat. Tidak menutup dada dengan sempurna, tapi dari kecil bunda selalu menanamkan betapa pentingnya sholat dalam kehidupan manusia. Kata bunda sholat adalah salah satu rukun islam, dan tidak akan sempurna islam seseorang tanpa sholat. Itulah yang kupegang hingga kini.

   "Yuk sholat, habis tuh cus cari makan, lapar..," ucap Sandra, seraya memegangi perutnya. Kubalas perkataan Sahabatku itu dengan anggukan.

   Kami beranjak dari sofa dan melangkah hendak masuk ke kamarku. Saat melewati ruang tengah, kepalaku celangak-celinguk mengintip ke arah dapur, mencari istri siri suamiku itu, tapi yang di cari tak menampakkan dirinya di sana.

   "Mungkin di kamar," bisik hati kecilku. Meneruskan langkah masuk kamar. Aku dan Sandra menunaikan kewajiban seorang muslim.

*

   Di sinilah kami, di sebuah kafe yang baru dibuka. Meskipun sedikit jauh dari rumah, tapi tak mengapa untuk para pemburu diskon seperti kami ini.

   Baru saja ingin melangkah masuk, keburu tangan ku di cekal oleh Sandra.

   "Loh itu 'kan bagas."

Bab terkait

  • Madu Dari Suamiku   Bab 8

    Kamu Ketahuan"Loh itu 'kan bagas." Sandra menunjuk ke arah Mas Bagas dengan jari telunjuknya. Seketika mataku liar mengikuti arah jari Sandra. "Tapi tunggu dulu, ko ada dia sih," ucap sandra sedikit berbisik saat tau siapa yang sedang bersama Mas Bagas. "Sejak kapan dia jalan, kok sampai duluan dari kita," tambahnya lagi. Mungkin sahabatku itu penasaran bagaimana Lika bisa sampai duluan dari kami. Mataku rasanya ingin meloncat keluar bisa-bisanya perempuan busuk ini makan siang bersama suamiku. Meskipum itu juga suaminya. Ingin rasanya berlari ke sana dan menjambak rambut wanita itu. Untung Sandra mencekal tanganku, kalau tidak tamatlah riwayatmu wahai pelakor.Alika .... Tidak habis pikir, Bagas suamiku dan Lika si madu busuk itu sedang menikmati makan siang berdua. So sweet sekali! Perempuan busuk itu terlihat sedang merajuk dengan bimoli nya (bibir monyong lima inci). Sekilas pandang memang tidak ada yang salah karna mereka sepasang suami istri, meskipun hanya nikah siri,

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-07
  • Madu Dari Suamiku   Bab 9

    Gugup 'Kan Kamu, Mas!"Sayang, kamu ko di rumah?" ucap lelaki yang masih bergelar suami sahku itu. Terlihat sekali kegugupan di matanya, meskipun ia berusaha terlihat tenang. "Loh emang aku kemana, Mas? Kok kamu nanyanya gitu?" balasku penuh selidik. Aku memicingkan mata menanti jawaban darinya. Pasti Alika bilang, jika aku dan Sandra sedang jalan. Makanya mereka merasa aman. "Oh eng–nggak ko, Sayang," gagapnya. Matanya liar kesana–kemari menghindari mataku. Ketara sekali jika ia sedang ketakutan. "Loh ... kamu kok sama dia, Mas? Kalian habis jalan," tanyaku saat melihat Lika turun dari mobil dengan langkah pelan. Lelaki di depan ku ini gelagapan. Mukanya terlihat pias dengan gakunnya yang naik turun menelan cairan dari mulutnya. Dasar kada*, giliran berbuat aja berani. "Kena kamu Mas. Ayo ... alasan apa lagi yang ingin kamu sampaikan." Dalam hati bersorak riang menunggunya mencari alasan. "Loh ... kamu ko sama dia, Mas? Kalian habis jalan?" tanyaku saat melihat Li

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-08
  • Madu Dari Suamiku   Bab 10

    Harga Diri konon!"Kamu ngebelain Lika, Mas? Apa menurutmu, pantas seorang pembantu duduk di kursi depan sama majikannya? Orang yang tidak kenal pasti mengira kalian suami istri!" Mas Bagas seketika menghentikan langkah kakinya. Pria itu kemudian memutar badan menghadapku. Melihatnya berhenti, otomatis langkahku juga terhenti dengan sendiri. Kutatap laki-laki di depanku itu, tapi ia malah memalingkan wajahnya, tidak berani menatapi mataku. Ciri-ciri orang yang sedang berbohong, matanya liar kemana-mana. "Apa'an sih kamu, Sayang. Ya nggaklah! Lagian, tadi aku hanya ketemu di jalan kok sama Alika, nggak jalan bareng." Mas Bagas seakan tidak terima ucapanku, tapi aku tau, itu hanyalah topeng saja. "Loh ... aku 'kan nggak bilang kalian jalan bareng! Santai aja, Mas. Kamu kok gugup gitu sih? Seperti baru ketahuan selingkuh aja." Mata Mas Bagas membulat sempurna, mungkin merasa tertampar. "Sudah, sudah ... makin lama kamu makin ngelantur aja ngomongnya." Mas Bagas melanjutkan la

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-10
  • Madu Dari Suamiku   Bab 11

    Bunglon Ketemu Kadal"Ga pa-pa. Nyonya salah dengar!" balasnya dengan menekan nada di kata Nyonya. Aku tertawa dalam hati. "Memang itulah posisi mu, pelakor." Kuambil gelas yang sudah berisi jus mangga pesananku. Ternyata pelakor suamiku ini menurut juga. Duduk di meja makan sambil meminum jus bikinan maduku, mata ini lekat memperhatikan wanita yang sedang melakukan perintah memasak dariku itu. Ia terlihat salah tingkah dengan kehadiranku. Mungkin risih, atau merasa terawasi, tapi mata ini terus saja memandang ke arahnya. Biakan dia merasa terintimidasi, biar kena mental! "Kamu itu niat kerja nggak, sih?" tanyaku dengan nada pelan. Seketika Lika menghentikan gerakannya. "Iya Nyonya," jawabnya malas, lalu melanjutkan gerakan tangannya yang sempat terhenti. "Tapi kalau saya liat, kamu sepertinya tidak ada niatan kerja. Semua kamu lakukan asal-asalan. Apa ada niat lain kamu masuk ke rumahku?" Ucapanku sontak membuat wanita bermata bulat itu membalikan badannya. Menatap

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-10
  • Madu Dari Suamiku   Bab 12

    Ternya Mereka Sudah Jauh Melangkah! "Mas, kenapa sih gak jujur aja sama Dewi! Aku ini juga istrimu, Mas! Dewi memperlakukan ku seperti pembantu, dzalim, tapi kamu hanya diam! Aku capek begini terus, Mas!" Suara Lika tertangkap oleh pendengaranku. Wanita itu terdengar membentak suami sirinya "Tunggulah sebentar, Sayang. Aku akan membujuk Dewi supaya mengerti dan mau menerimamu. Kasih Mas mu ini waktu," ucap Mas Bagas terdengar sangat lembut. Kupingku memanas mendengar ucapan pria bajinga* itu. Sampai kiamat pun aku tidak akan pernah menerima Alika. Madu busuk itu tidak akan pernah menjadi madu bagiku. Jika Mas Bagas menginginkannya, maka akulah yang akan mundur. Kuedarkan pandangan mencari tempat aman untuk menguping. Aku harus tau semua yang mereka omongkan, agar bisa mematahkan semuanya. Sakit sekali rasanya hati melihat suami yang sangat di cintai memanggil sayang pada wanita lain. Rasanya tak Sudi lagi sebutan itu ia sematkan padaku. Bersusah payah aku menjaga kesetia

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Madu Dari Suamiku   Bab 13

    Kena Kamu, Mas! "Kamu jangan salah sangka gitu dong, Sayang. Lika itu perempuan baik ko, mana mungkin menaruh hati sama Mas. Majikannya iya 'kan," ucap Mas Bagas membela istri simpanannya. Astaga bisa-bisanya ia mengatakan itu. Membela selingkuhannya di depanku, istri sahnya. Hebat kamu, Mas! "Tidak sedikit rumah tangga hancur karena seorang pembantu. Bahkan ada suami yang memasukkan sendiri selingkuhannya ke dalam rumah tangga mereka. Dengan berkedok pembantu, Mas. Aku harus waspada sebelum itu semua menimpaku."Ucapan ku membuat raut wajah Mas Bagas berubah total. Lelaki itu kelihatan gugup, sesekali terlihat menelan ludahnya. Mungkin ucapanku menjadi pukulan telak buatnya. Menusuk sampai ke ulu hati. Bagaimana tidak, semua yang aku ucapkan benar terjadi. Alika adalah selingkuhan Mas Bagas, yang ia masukkan ke dalam rumah tangga kami sebagai pembantu. Kena kamu Mas! " Udah ah, Yang! Kamu makin ngawur aja," ucap Mas Bagas dengan nada tidak suka, tapi aku bisa meliha

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Madu Dari Suamiku   bab 14 Dasar Pembohong

    "Aku? Emang kenapa aku, Mas? tanyaku seraya menunjuk diri sendiri. Aneh aja mendengar pertanyaan laki-laki yang sedang duduk di sebelahku ini. Harusnya pertanyaan itu ia tujukan pada dirinya sendiri. Ada apa dengannya, sehingga tega mengkhianati cinta suciku. Pria ini tidak sadar, kesalahan ada pada dirinya sendiri. "Kamu itu akhir-akhir ini jutek banget, Sayang. Selalu aja sensi. Kenapa? Aku ada salah?" Aku memutar bola mata mendengar ucapannya. Mestinya dia tidak perlu bertanya. Dasar kadal buntung. "Selalu sensi? Perasaan kamu aja kali, Mas. Lagian kalau memang aku berubah, coba tanya deh diri kamu apa penyebabnya," balasku santai, lalu menatap layar HP. "Aku? Emang aku salah apa?" tanyanya dengan kening mengerut. Pura-pura bodoh seolah bingung dengan ucapanku. Muak rasanya melihat wajah laki-laki pengkhianat ini, benar-benar tak tau diri. " Ya kali aja, Mas. Siapa tau kamu ada sesuatu yang disembunyikan dariku. Insting seorang istri itu kuat loh, Mas. Nggak tau ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Madu Dari Suamiku   Bab 15 Ha! Di Rumah sakit?

    "Hmm," balasku malas. Suamiku itu kemudian menarik kursi lalu menghempaskan panta* nya dengan kasar. Sepertinya ia merasa perubahanku. Selama ini, aku selalu menunggu dan melayaninya di meja makan, tapi kali ini semua itu tidak akan terjadi. "Makan, Mas," ucapku santai. Sengaja aku tidak melihat kerahnya, tapi tetap melirik lewat ekor mata. Mas Bagas menghentakkan nafasnya kasar. Seperti ingin protes, tapi ditahan olehnya. Perlahan tangan lelaki itu membalikkan piring dan mengisinya dengan nasi dan aneka lauk yang dimasak oleh istri keduanya. Selama dua tahun perkawinan, aku selalu melayani semua kebutuhannya dengan baik, tapi semua itu tiada artinya. Lelaki itu tetap berselingkuh, dan menghadirkan madu diantara kami. Madu busuk pula. Aku bukan mengingkari poligami, karena itu adalah syariat islam, dan Rasulullah melakukannya dengan niat ibadah. Namun, poligami yang dilakukan Mas Bagas, semua karena nafsu belaka. Bahkan mungkin mereka telah berzina sebelum hubungan mere

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-14

Bab terbaru

  • Madu Dari Suamiku   Bab 69 Kehilangan Suami

    "Saat aku dan Mas Diki tau, kalau itu kamu. Kami berencana akan mendekatkan kalian. Kayak Mak comblang gitu," ucap Sandra dengan kekehan diakhir kalimat. Aku menyimak semua kalimat dari Sandra tanpa protes. Aku ingin mendengar kenyataan tentang Pak Rayhan. Entah kenapa, hatiku begitu antusias ingin mengetahui semuanya.Sandra menggerakkan kembali badannya ke posisi awal, sahabatku itu menatap langit-langit sejenak sebelum melanjutkan kata. "Wi ... Pak Rayhan itu sangat mencintai kamu. Dalam banget, aku dan Mas Diki saksinya. Dia mengorbankan semuanya untukmu. Bahkan saat dia tau kalau Bagas itu dalang dari putusnya kamu sama Andi, Pak Rayhan marah banget, tapi saat dia kembali, untuk mengungkap segalanya, kamu sama Bagas sudah menikah dan melihatmu bahagia, lagi-lagi dia mengorbankan perasaannya hanya untuk kamu, Wi. Kasian tau!" Dalam hati bersorak riang. Entah kenapa, ada rasa bahagia yang mengalir ikut serta dalam setiap aliran darah, memompa jantung berdebar kencang. Namun seka

  • Madu Dari Suamiku   Bab 68 Cinta Sejati

    Pak Rayhan mengantarku ke hotel tempat aku dan Sandra menginap. Alunan lagu menunggu kamu yang di bawakan oleh Anji, membuat aku semakin terbawa suasana sepanjang perjalanan. "Lagu ini untukmu." Suara Pak Rayhan memecah keheningan malam. Aku menautkan alis mengingat sesuatu. Ku miringkan badan menghadap Pak Rayhan yang sedang menyetir."Jadi ... lagu ini sengaja Bapak nyanyikan saat di pantai waktu itu?" Laki-laki beralis tebal itu melirik sebentar, dan mengukir senyum lalu melihat lagi lurus ke depan. Pembawaannya yang bersahaja, semakin menambah ketampanannya yang seakan tak hilang meski di telan gelap malam. Membuat hatiku berdecak kagum.Pak Rayhan mengangguk pelan. "Iya," jawabnya singkat, tapi memanah tepat di jantung hatiku. "Lirik lagunya, pas denganku yang sedang berjuang menunggumu, pemegang hati." Sumpah! Kata-katanya membuat aku meleleh. Aku yakin, wanita manapun akan mencair, dengan kata-kata Pak Rayhan barusan. So sweet sekali."Gombal." Astaga! Rasanya ingin ku cabe

  • Madu Dari Suamiku   Bab 67 Menikmati Rasa

    "Maksudnya?" Ku tautkan kedua alis. "Ya ... anda 'kan Pak Rayhan. Pria aneh yang selalu muncul dimana saja. Di pantai! Di rumah makan Padang! Di trotoar depan kantorku! Di bandara! Sudah kayak siluman," ucapku kesal. Sudah di depan mata saja, masih mau main teka-teki. Bertele-tele.Pak Rayhan menatapku dengan tatapan sayu, lalu menarik kedua sudut bibir. Mengukir senyum yang sangat terpaksa. Pria itu merogoh saku celana mengeluarkan remote, lalu balik badan menghadap layar. Ku perhatikan setiap gerakannya dengan melipat dahi. Heran dan penuh tanya.Aku menatap layar yang sudah berganti poto. Di depan sana, terpampang sebuah poto yang di dalamnya tercetak sosok dua pria. "Mas Andi," gumamku. Aku mengenali sosok yang sedang tersenyum menghadap kamera dengan merangkul pundak teman di sebelahnya. Namun tidak dengan pria berkacamata dengan rambut yang sedikit griting. Sekilas, seperti pernah melihatnya, tapi tidak mengenal."Iya ... dia Andi. Dulu kami adalah teman, dan sampai sekarang

  • Madu Dari Suamiku   Bab 66 Rayhan Aditya

    Ting!Lagi-lagi bunyi pesan masuk dari ponsel dalam genggaman. Sangat mengganggu, untuk sesaat aku merasa benci pada benda pipih yang sedanng ku genggam. Dengan ogah-ogahan jari bergerak membuka pesan. Sudah tau siapa pengirimnya, makanya membuka pun dengan setengah hati.[Kenapa belum bersiap, dan turun ke bawah. Katanya ingin tau siapa aku?] Segara kugerakan jempol membalas pesan misterius yang barusan masuk ke HPku.[Mau sholat isya' dulu! Emang kamu nggak sholat?] balasku dengan di iringi emoticon tersenyum miring.[BTW ... kamu cantik di bawah sinar bulan] Spontan kuangkat tangan ke atas hendak melempar ponsel yang ku pegang . Untung saja otakku berfungsi dengan cepat. Ku edarkan pandangan mengelilingi sekitar. Dari atas ke bawah dari samping ke sisi yang lain, tapi tak juga mendapati wujud pria yang menerorku. Balik badan, segera kuseret kaki masuk ke dalam kamar dengan perasaan frustasi. Kepala seraya mau pecah, memikirkan siapa dia. Jiwa penasaran meronta sampai ke ubun-ubu

  • Madu Dari Suamiku   Bab 65 Dewi Diculik

    Ting! HP di tangan bergetar seiring bunyi 'ting' yang melengking. Gagas ku alihkan pandangan pada benda pipih yang sedang menyala di tanganku. Dengan lincah jari-jari menari di atas layar.[Jangan bergidik. Aku bukan hantu, aku manusia.] Spontan leherku kembali bergerak memutar melihat sekitar. Hati mulai kesal, mengikuti teka-teki yang di ciptakan orang misterius yang hanya kukenal nomer telponnya saja. "Kenapa sih?" ucap Sandra penasaran. Wanita berparas ayu menundukkan kepalanya mendekat pada ponselku."Nah, baca sendiri! Kayaknya ada hantu yang mengikutiku," cetusku kesal. Sandra memandangku sesaat penuh tanya, sebelum membaca pesan yang ada di HPku."Penggemar rahasia ternyata," ucapnya tersenyum mengejek. Kucubit lengannya meluapkan rasa kesal. Bisa-bisanya dia masih bercanda sementara hatiku resah gelisah. "Aw ... sakit, Dewi," pekiknya seraya mengelus lengan yang barusan kucubit. Sahabatku itu meringis akibat rasa perih yang di ciptakan oleh cubitanku. "Rasain," dengusku

  • Madu Dari Suamiku   Bab 64 Pesan Misterius

    "Ayo, silahkan dimakan, Wi. Enak lho ini," ucap Rangga. Ku tanggapi dengan anggukan pelan.Rangga menikmati makanannya dengan lahap, namun tidak denganku. Baru dua suapan yang masuk ke dalam mulut, tapi mulutku menolak suapan yang ketiga. Alhasil, aku hanya mengaduk- ngaduk. Entah kenapa, pikiranku tertuju pada sosok Pak Rayhan. Meski sudah berusaha ku cegah, tapi entah kenapa sosok laki-laki aneh itu menerobos masuk ke dalam pikiran tanpa permisi."Kayaknya ... aku harus membenturkan kepalaku, agar kewarasan kembali," rutuk hati kecilku."Kenap nggak di makan? Nggak enak makanannya? Aku tukar ya." "Hah ... e–enak kok." Ku paksakan tersenyum lalu menyuap makanan ke dalam mulut, meski mulut menolak tapi tetap memaksa mengunyah.Rangga menatapku sejenak lalu melanjutkan kembali makannya. Pria bertopi di depanku ini, juga mungkin merasakan hal yang sama denganku, setelah ungkapan cintanya tadi. Sama-sama merasa canggung.Sebenarnya, dari dulu aku ingin sekali bisa dekat dengan Rangga

  • Madu Dari Suamiku   Bab 63 Terjebak

    "Aku akan selalu ada di mana kamu. Aku akan selalu menjagamu." Bukannya menjawab, namun pria ini melantur kemana-mana."Pacarmu tadi mana? Seharusnya, dia tidak membiarkanmu sendirian." Dadaku naik turun mendengar ucapan yang keluar dari bibir laki-laki ini. Benar-benar tidak di saring, seenak jidatnya saja. "Dia bukan pacarku," ucapku ketus seraya membuang pandangan."Oh, kirain pacarmu. Soalnya romantisan di tengah danau." Ku alihkan kembali pandanganku padanya. Mataku semakin tajam menyorot dengan sorotan seakan ingin menelannya hidup-hidup. "Kamu mengikutiku?" tanyaku dengan nada mulai naik satu oktaf."Aku sudah bilang, aku tidak mengikutimu. Aku hanya menjagamu." Ku alihkan kedua netra melihat ke tengah danau. Rasanya, kewarasanku akan segera, habis jika terus bersamanya di sini. "Kemana sih, Sandra ini," rutukku dalam hati. Di saat seperti ini, aku butuh Sandra untuk menyelamatkanku dari laki-laki kurang se-ons ini."Maaf, jika sudah membuatmu tidak nyaman, tapi percayalah,

  • Madu Dari Suamiku   Bab 62 Ungkapan Cinta Rangga

    Aku tersenyum melihatnya. "Jangan di monyong-monyongin itu bibir. Ntar cantiknya hilang lho," ucapku mencandai Sandra."Apaan sih," ucapnya pura-pura merajuk. "Ke kintamani aja yuk!" ajaknya kemudian. Sejenak kupandangi wajah cantik sahabatku itu. "Kenapa ke kintamani? Kenapa nggak ke pantai, Ra." "Ke pantai besok aja. Hari ini aku ingin yang sedikit menantang," ucap Sandra sambil melipat tangannya di atas meja.Sebenarnya, aku lebih suka ke pantai. Entah kenapa berada di tempat itu aku merasa tenang. Meskipun di pantai juga suasananya ramai, apalagi musim liburan seperti ini, tapi berada di pantai ada kepuasan yang kurasakan. "Malah bengong." Sandra menjentikkan jarinya di depan wajahku. "Mikirin apa sih?" tanyanya. Kugelengkan kepala pelan. "Mikirin si pengantar sarapan tadi?" Aku melotot mendengar ucapannya."Sembarangan. Orang aku lagi mikirin pantai," ucapku sewot. Sandra menarik kedua ujung bibirnya seraya mengangkat bahu."Kirain mikirin penggemar rahasia," ucapnya santai.

  • Madu Dari Suamiku   Bab 61 Siapa Yang Membawa Sarapan

    Duduk di bibir ranjang, aku menggapai ponsel di atas meja kecil. Ingin melanjutkan bacaan cerbungku sembari menunggu Sandra. Ponsel di atas meja samping tempat tidur menjerit nyaring. Alarm menandakan sholat subuh sebentar lagi tiba. kuangkat tubuh, duduk di atas kasur dengan mata masih terpejam. Tangan terulur menggapai benda pipih yang masih menjerit, dengan nyawa masih belum genap sempurna.menurunkan kaki dari atas tempat tidur, kuseret langkah menapaki setiap lantai keramik putih menuju kamar mandi. Di bawah shower nyawa yang tadi masih tertinggal di alam tidur kembali genap. Segar! Aku sudah terbiasa mandi sebelum sholat. Selain di sukai Allah, mandi sebelum subuh juga mempunyai banyak manfaat, salah satunya membuat tubuh segar, juga bisa membuat kulit sehat segar, dan lebih cerah."Ra, bangun sudah subuh," ucapku membangunkan Sandra. Sahabatku itu menggeliat seraya mengangkat tubuhnya duduk."Sudah subuh, Wi," tanyanya, dengan mata terbuka separuh.Aku tersenyum kecil. "Sud

DMCA.com Protection Status