Share

Bab 77 Madu yang Egois

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 11:00:32

“WULAN!!” seru Aina.

Ia langsung bangkit dan berdiri di samping Wulan. Wajah Aina tampak tegang kali ini. Selama ini dia tidak masalah jika Fakhri atau Wulan menyakitinya, tapi jangan Zafran. Dia masih kecil, tidak tahu apa-apa dan tidak seharusnya menanggung kesalahan orang tuanya.

Wulan terkekeh melihat ulah Aina. Ia melipat tangan di depan dada sambil menatap Aina dengan penuh ejekan. Aina hanya diam, dadanya kembang kempis dengan bahu naik turun mengolah udara. Ulah madunya ini memang sudah keterlaluan dan Aina tidak akan mentolerir jika Wulan menyakiti Zafran.

“Ada apa, Bunda?” Tiba-tiba Zafran sudah mendekat dan berdiri di depan mereka. Wajahnya tampak bingung melihat Aina dan Wulan bergantian.

Aina tersenyum, mengelus wajah Zafran dengan lembut kemudian bersuara, “Gak papa. Zafran main lagi sana. Setengah jam lagi kita pulang, ya!!”

Zafran tersenyum, rambutnya yang lurus menutupi sebagian matanya dan terli

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ma E
Gugurkan saja emang kenapa lebay banget kamu wulan
goodnovel comment avatar
Yenni Yulianii
ya mungkin awal pelakor menang tapi akhir cerita istri pertama nya juga yg jadi juara nya, kita liat aja selanjut nya, gregetan mau di gugurin juga gk masalah toh si fahkri kan emang udh niat mau ceraiin
goodnovel comment avatar
Hendry Hendryhen
Yeeehh alhamdullilah pelakor menang ya Bun..emang harus realistis nulis sebuah novel..di dunia nyata aja setiap pelakor pasti MENANG..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 78 Hati yang Gundah

    Fakhri terdiam, matanya berkilatan menatap Wulan. Terlihat ada amarah yang tersimpan di sana, sayangnya Fakhri tidak meluapkannya kali ini. Dengan lambat, dia kembali duduk di sebelah Wulan. Wulan tersenyum lebar sambil menganggukkan kepala.“Nah, gitu, dong!!” ujar Wulan kesenangan.Fakhri tidak mempedulikan Wulan bahkan matanya terus melihat sinis ke wanita cantik berkulit putih ini. Wulan tidak peduli dengan reaksi Fakhri, yang penting dia sangat senang hari ini.Sementara itu Aina sudah meninggalkan gerai fastfood tersebut bersama Zafran. Bahkan dia sengaja jalan memutar tanpa mau melewati jendela tempat Wulan dan Fakhri duduk saat ini. Dia tidak mau Zafran melihat ayahnya bersama Wulan. Aina takut, Zafran akan mengajukan banyak pertanyaan seperti dulu lagi.“Bunda, lain kali kalau ke sini kita ajak Ayah, ya?” ujar Zafran di tengah perjalanan.Mereka sudah di dalam mobil menuju pulang. Aina yang mengemudi hanya menganggu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 79 Dua Pria yang Menggoda

    “Hmmppff … . Mas, lepasin!!” pinta Aina.Ia tergesa mendorong dada Fakhri sambil mengurai pagutannya. Aina takut ada yang melihat ulah mereka. Fakhri menurut dan melepaskan Aina begitu saja. Mereka masih di dalam lift dan belum beranjak sedikit pun. Fakhri memang menahan liftnya agar tidak berjalan dan tidak membuka pintu. Untung saja ada dua lift di gedung ini, kalau tidak pasti banyak orang yang kebingungan karena ulah Fakhri.“Kamu ngapain ke sini?” Kembali Aina bertanya.Fakhri tersenyum sambil menyeka bibirnya. Ada bekas lipstik Aina menempel di sana.“Sudah kubilang aku ingin bertemu kamu. Aku kangen, Aina.”Aina diam membisu. Hanya matanya kini yang menatap Fakhri dengan tajam. Padahal semalam sikap Fakhri yang penurut membuat Aina kesal. Bahkan Aina sempat berpikir akan meneruskan proses gugatan cerainya saja. Namun, kehadiran Fakhri dan sikapnya kali ini benar-benar membuat Aina berubah pikiran la

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 80 Pernyataan Damar

    Aina berjengit kaget melihat ulah Damar. Namun, tentu saja ia berusaha menyembunyikan reaksinya. Ia tidak mau semua orang yang ada di sana tahu ulah Damar. Bahkan dengan pelan Aina menarik tangannya dari genggaman Damar. Sayangnya, pria manis ini terlalu erat memegang tangannya. Untung saja prosesi makan sudah selesai sehingga tidak membuat Aina kesulitan.Selang beberapa saat mereka sudah berpamitan. Aina tampak diam selama di dalam lift. Damar sudah tidak memegang tangannya lagi dan terlihat terus menatap Aina. Memang hanya mereka berdua di dalam lift kali ini.“Kamu marah padaku, Aina?” tanya Damar.Aina menghela napas sambil mendongak menatap Damar. Tidak disangka pria manis itu sedang tertegun menatapnya.“Iya,” jawab Aina dengan lugas.Damar menarik napas sambil memalingkan wajah. Ia tahu ulahnya tadi tidak sopan dan mungkin bisa dikatakan kurang ajar. Namun, Damar punya alasan sendiri melakukannya.“Aku h

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 81 Tawaran Wulan

    “DAMAR!!!” sentak Aina.Ia mendorong tubuh Damar sambil mengurai paksa pagutan pria manis itu. Wajah Aina menegang, matanya berair dengan bibir yang bergetar. Sementara Damar hanya diam, wajahnya terlihat datar, tapi matanya sedang menunjukkan penyesalan.“Maaf, Aina. Aku hanya ---”Damar tidak meneruskan kalimatnya karena Aina sudah membalikkan badan dan berlarian masuk ke dalam rumah. Hanya helaan napas yang keluar dari bibir pria manis itu diiringi lanjutan kata-kata.“Aku hanya sedang menunjukkan perasaanku,” lirih Damar.Sementara itu, Aina langsung masuk ke dalam kamar. Tidak dia hiraukan tatapan kebingungan Bi Isa yang membukakan pintu untuknya. Wanita cantik itu langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur dan berurai air mata di sana.“Maafkan aku, Mas. Maafkan aku Mas Fakhri,” cicit Aina.Entah mengapa kejadian hari ini benar-benar menguras emosinya. Siang tadi Fakhri menemuinya da

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 82 Rencana Fakhri

    “Bunda!! Bunda gak bangun!!!” seru Zafran dari luar kamar.Aina sontak membuka mata dan melirik jam di dinding kamarnya. Sudah pukul enam pagi dan sepertinya dia sedikit kesiangan. Gara-gara kejadian semalam membuat Aina merasa lelah dan malas beraktivitas hari ini.“Eng … iya, Sayang. Bunda sudah bangun,” jawab Aina.Tak lama terdengar suara pintu dibuka bersamaan dengan Zafran yang berhambur masuk ke dalam kamar. Aina langsung tersenyum. Ia duduk di tepi kasur sambil menyambut pelukan Zafran.“Bunda kenapa? Sakit?” Kembali Zafran bertanya.Aina terdiam, tapi dia segera berdiri dan melihat pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya tampak pucat, ada lingkaran hitam di bawah matanya belum lagi rambut hitamnya yang tampak berantakan. Gara-gara kejadian semalam membuat Aina tak karuan.“Kalau Bunda sakit mending libur dulu. Zafran telepon Ayah, ya?”Aina sontak tercengang dan mengge

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 83 Saat Tak Terduga

    “Loh, Mas ini bukan dokter langgananku? Apa gak masalah?” tanya Aina.Mereka sudah berada di rumah sakit dan hendak bertemu dengan dokter teman Robby tadi. Fakhri tersenyum sambil mengelus lembut lengan Aina.“Iya, gak papa. Dokter ini yang menangani Wulan. Kemarin saat mengantarnya kontrol, aku lihat dia sangat teliti memeriksanya. Jadi kamu coba dulu saja. Kalau tidak cocok, boleh pindah ke dokter langgananmu.”Aina hanya diam sambil berulang menelan ludah. Entah mengapa ada sedikit rasa sakit, saat Fakhri berkata tentang Wulan. Sepertinya Fakhri memang benar-benar memainkan perannya sebagai pelaku poligami yang baik. Bisa jadi juga dia sangat perhatian seperti ini jika bersama Wulan.Helaan napas panjang keluar dengan spontan dari bibir Aina dan sepertinya hal itu dilihat Fakhri. Fakhri tersenyum kemudian merengkuh Aina dalam pelukannya. Dengan lembut, Fakhri membimbingnya masuk ke dalam ruangan dokter.Dokter tersebut me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 84 Sebuah Kecurigaan

    “Mas Fakhri … ,” desis Aina.Aina sangat terkejut saat melihat Fakhri kembali datang dan sedang berdiri di depannya. Parahnya lagi ia sedang bertanya sesuatu yang kebingungan ia jawab. Apa mungkin Fakhri mendengar pembicaraannya dengan Damar?“Kok gak dijawab? Kalian sedang merahasiakan sesuatu dariku?” Fakhri kembali bersuara.Bahkan ia sudah berjalan masuk dan berdiri di depan Aina serta Damar sambil melipat tangan. Aina menatap Fakhri dengan gugup. Ia harap suaminya tidak melihat ekspresi wajahnya kali ini. Aina takut jika Fakhri marah dan kembali berulah yang menyeramkan.“Semalam kami menemui klien di rooftop resto dan aku tidak tahu jika Aina takut ketinggian. Itu sebabnya aku minta maaf.” Damar spontan menjawab dan Aina berharap Fakhri mau menerima penjelasannya.Fakhri masih diam dan kini melihat Aina dengan sudut matanya.“Kenapa kamu tidak bilang, Aina?”Aina kembali ter

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 85 Kemenangan yang Tertahan

    “Masa, sih?” Fakhri malah balik bertanya.Kini pria tampan itu juga mengendus tubuhnya sendiri. Kemudian tersenyum dengan cerianya dan menganggukkan kepala. Tentu saja ulah Fakhri membuat Wulan kesal. Dia sudah menduga jika seharian ini Fakhri menemui Aina. Sayangnya, Wulan tidak bisa menghubungi Bu Wati untuk mencari tahu. Wanita paruh baya itu sedang pulang kampung.“Iya, mirip parfum Aina.” Fakhri kembali berkomentar dan itu membuat Wulan semakin meradang.Matanya menatap tajam Fakhri dengan tampang cemberut dan bibir maju beberapa senti.“Tadi aku memang bertemu banyak klien dan salah satunya wanita. Mungkin parfum mereka yang mirip dengan milik Aina,” jelas Fakhri dan kali ini dia terpaksa berbohong.Fakhri sengaja tidak berkata jujur kali ini. Dia malas berdebat dengan Wulan. Sebisa mungkin dia ingin menciptakan suasana kondusif dengan istri keduanya itu. Sehingga jika usai Wulan melahirkan, ia tidak kesuli

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10

Bab terbaru

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 269 Belum Selesai

    “Aina!!” seru Fakhri.Fakhri sangat terkejut saat Aina tiba-tiba keluar dan langsung menyambar ponselnya. Tidak hanya itu malah Aina kini sudah mendengar apa yang seharusnya tidak dia dengar.“MAS!!! Bener apa yang dikatakan Robby? Bener kalau anak kita sudah meninggal? Bener, Mas?” tanya Aina.Wanita cantik itu kini bertanya dengan mata berair ke Fakhri. Fakhri hanya diam, ia tidak menjawab malah menyambar ponselnya dari tangan Aina.“Rob, nanti saja kita bicara lagi.” Fakhri mengakhiri panggilannya.Di seberang sana Robby tampak linglung. Ia serba salah dan bingung harus bagaimana, padahal dia hanya ingin memberi informasi ke Fakhri. Namun, malah runyam seperti ini.“Mas … kenapa diam saja? Kenapa gak dijawab pertanyaanku?” Aina kembali bertanya bahkan kini sudah menarik lengan Fakhri.Fakhri menghela napas panjang. Ia belum bisa menjawab apalagi ada Zafran yang sudah mengintip perdebatan mereka dari jendela. Rini bergegas keluar, m

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 268 Terlalu Cepat

    “Kamu yakin dengan penemuanmu ini, Kres?” tanya Robby.Dia ingin sekali lagi menyakinkan informasi yang baru diterima ini. Robby tidak mau informasi yang ia berikan ke Fakhri mentah dan tidak akurat.Terdengar decakan suara Kresna di seberang sana, mungkin jika mereka bertemu muka pasti akan terlihat jelas kekesalan Kresna saat ini.“Kamu pikir aku ngarang cerita, gitu?”Robby langsung tersenyum mendengarnya. Ia tahu kredibilitas Kresna dan kinerjanya selama ini. Dia akan benar-benar mencari informasi yang diminta dengan akurat.“Ya sudah kalau memang informasinya sudah akurat. Memangnya kamu dapat dari mana informasi itu?”Kresna tersenyum lebar sambil menganggukkan kepala.“Aku berhasil bertemu dengan petugas pemberkasan di rumah sakit itu. Meski sedikit alot, akhirnya dia bersedia menunjukkan rekam medis pasien tersebut.”Robby terdiam sesaat sambil menganggukkan kepala berulan

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 267 Kita Nikah, Yuk!!

    “Zafran,” batin Aina.Ia buru-buru membuka mata, mengurai pagutan mereka dan sangat terkejut saat melihat Fakhri sudah berada di atas tubuhnya dengan pakaian tidak lengkap. Tidak hanya itu, Aina juga tersentak kaget saat tangan Fakhri sudah masuk ke balik bajunya bahkan tengah bermain dengan gunung kembarnya.Fakhri terdiam. Dengan gugup, ia bangkit dari tubuh Aina sambil merapikan baju. Sama halnya dengan Fakhri, Aina tampak kikuk. Ia bangkit sambil mengancingkan bagian atas gaunnya yang sudah dibuka Fakhri. Tak dia hiraukan rambutnya yang tampak berantakan kali ini.Aina berjalan menuju pintu dan membukanya.“Eng … Ayah sedang mandi, Zafran. Sebentar lagi selesai.” Aina terpaksa berbohong.Zafran tersenyum, menganggukkan kepala sambil berlalu pergi. Aina kembali menutup pintu dan berjalan menuju kasur. Ia melihat Fakhri sudah terlihat rapi dan duduk terdiam di tepi kasur.“Maaf, Aina. Aku ---”Fakhri tidak meneruskan kalimatnya, tapi malah mendongak menatap Aina. Mata mereka bertemu

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 266 Hampir Saja

    “Reza? Ada hubungan apa dia dengan Wulan?” tanya Fakhri.Baru tadi pagi Fakhri bertemu Reza dan sekarang dia sudah mendapat kabar jika Reza membantu memindahkan Wulan ke rumah sakit pusat kota.Robby tidak menjawab hanya mengendikkan bahu sambil mengaduk es jeruknya.“Entahlah …, tapi katanya mereka sempat pacaran usai kamu putus dengan Wulan. Bisa jadi Reza sengaja datang untuk menolongnya. Bagaimanapun dia masih mencintai Wulan.”Fakhri tersenyum hambar sambil menggelengkan kepala. Melihat reaksi Fakhri, membuat Robby penasaran.“Kenapa reaksimu seperti itu? Kamu tidak terlihat terkejut dengan kehadiran Reza.”Fakhri berdecak. “Aku baru saja bertemu dengannya tadi pagi, bahkan dia menawarkan sebuah kerja sama denganku. Kelihatannya kerja samanya menguntungkan dan aku putuskan untuk bergabung dengannya.”Robby terperangah kaget mendengar penjelasan Fakhri.“Gila!! Di

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 265 Info Dari Robby

    “Semua baik-baik saja kan, Mas?” tanya Aina.Fakhri melihat Aina sedang mendongak menatapnya. Mereka sudah berdiri di depan lift yang masih tertutup saat ini. Kemudian sebuah senyuman terukir dengan indah di raut tampan Fakhri.“Iya, baik-baik saja, kok.”Aina tersenyum lega kemudian sudah melenggang masuk ke dalam lift yang baru saja terbuka. Fakhri mengikuti dan sama seperti tadi, pria tampan itu terus merangkul bahu Aina. Tak lama mereka sudah berjalan keluar kantor menuju mobil Fakhri. Sepanjang perjalanan senyum lebar terus terlihat di wajah keduanya.Tanpa sadar ada yang sedang memperhatikan gerak gerik mereka dari dalam mobil. Seorang pria berwajah manis berkulit sawo matang menatap penuh cemburu dari balik kacamata hitamnya.“Siapa sebenarnya wanita itu?” gumam pria itu yang tak lain Reza, “apa dia mantan istrinya Fakhri?”Reza terdiam dengan jari yang mengetuk dagu. Matanya masih menatap jauh ke depan memperhatikan mobil Fakhri yang mulai berjalan meninggalkan gedung perkanto

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 264 Rival Masa Lalu

    “Reza Nugraha? Kamu Reza Nugraha yang itu?” gumam Fakhri.Reza tersenyum masam sambil menganggukkan kepala. Ia langsung duduk di kursi depan meja Fakhri, sementara Susi sudah berlalu pergi dari ruangan Fakhri.“Jadi pada akhirnya kamu bisa sukses juga. Aku pikir selamanya kamu jadi pecundang,” imbuh Fakhri.Reza tertawa, menautkan kedua tangannya dengan mata yang tajam menatap Fakhri.“Aku memang pecundang saat SMA, tapi aku sudah sukses sekarang. Bahkan mungkin bisa dikatakan sama denganmu saat ini.”Fakhri berdecak sambil menggelengkan kepala. Ia ingat Reza Nugraha adalah temannya SMA. Dia dan Reza adalah rival. Mereka selalu bersaing dalam segala hal, termasuk ketika memperebutkan Wulan saat itu. Sayangnya, Wulan lebih memilih Fakhri ketimbang Reza.“Jadi maksud tujuanmu ke sini untuk apa? Pamer atau bagaimana?” Fakhri kembali bertanya dan langsung dijawab tawa sengau Reza.“Aku

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 263 Bertemu Rival

    “Siapa kamu?” tanya Bu Vita.Wanita paruh baya itu terkejut saat melihat seorang pria tiba-tiba datang dan mengajukan diri akan menanggung semua biaya perawatan Wulan. Pria misterius berkulit sawo matang itu tersenyum sambil menganggukkan kepala memberi salam ke Bu Vita.“Anggap saja, saya teman lama Wulan. Dia sudah banyak membantu saya dan kini giliran saya membantunya,” ujar pria itu lagi.Bu Vita, Devi dan Amar menatap penuh curiga ke arah pria tersebut. Pria tersebut tersenyum, mengulurkan tangan memulai perkenalan.“Saya Reza. Apa Tante sudah lupa?”Bu Vita terdiam sejenak. Teman Wulan sangat banyak dan dia tidak hapal satu persatunya. Apalagi Wulan acap kali berganti pasangan usai putus dengan Fakhri saat itu. Mungkin saja Reza salah satu dari mereka.“I—iya, Tante lupa.”Bu Vita tersenyum meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Namun, mengapa saat melihat Reza

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 262 Nasi Sudah Jadi Bubur

    “Rumah sakit? Wulan?” gumam Fakhri.Ia sudah mengantuk, konsentrasinya sudah berkurang dan sama sekali tidak berminat dengan pembicaraan ini. Fakhri menguap lebar sambil meraup wajahnya dengan kasar.“Ma, kenapa Mama gak hubungi pengacaranya saja? Kenapa harus dengan saya? Saya sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan Wulan!!”Fakhri meninggikan intonasi suaranya dan terdengar sedikit kesal. Bisa jadi semua yang dilakukan Wulan kali ini hanyalah sandiwara, akal-akalannya saja supaya mendapat simpatik Fakhri. Dia sudah berulang kali terbujuk oleh hal seperti itu dan Fakhri tidak mau mengulangnya lagi.“Tapi, Fakhri … Wulan butuh kamu. Bagaimanapun kamu pernah menjadi suaminya. Mama mohon kamu datang.”Fakhri tidak bersuara. Ia menghela napas panjang kemudian gegas mengakhiri panggilannya tanpa berpamitan ke Bu Vita. Fakhri meletakkan ponselnya di nakas dan mencoba kembali terlelap.Namun, sepertinya ia kesulitan untuk melakukannya. Meski dia kesal, jengkel dan marah dengan semua ula

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 261 Ada Suka, Masih Ada Duka

    “Heh??” gumam Fakhri.Pria tampan itu terkejut saat mendengar ucapan Aina. Ia tidak menduga jika Aina akan berkata seperti ini. Apa mungkin penantiannya untuk bisa kembali rujuk akan terwujud?Aina tersenyum sambil mempererat genggamannya dan menatap Fakhri dengan lembut.“Aku bersungguh-sungguh. Aku ingin memberimu kesempatan.”Fakhri tidak menjawab. Ia hanya tersenyum dengan mata coklatnya yang berbinar indah. Tanpa banyak bicara, Fakhri mendekat, menarik dagu Aina dan langsung mencium bibirnya.Aina gelagapan mendapat serangan dari mantan suaminya. Namun, ia tidak menolak. Dengan rileks, Aina melingkarkan tangannya di leher Fakhri dan meneruskan pagutan mereka.Entah berapa lama mereka saling berbagi saliva, yang pasti keduanya kini tampak terdiam dengan bibir yang memerah. Sesekali terdengar desah napas memburu dari keduanya. Meski pagutan mereka sudah terurai, tapi keduanya masih bergeming dengan kening yang mene

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status