Beranda / Rumah Tangga / Maafkan Aku Telah Mendua / Bab 76 Madu yang Beracun

Share

Bab 76 Madu yang Beracun

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 12:53:24
“Eng … apa kamu tidak sibuk, Damar?” ujar Aina.

Sebenarnya ingin sekali Aina menolak, tapi dia juga bingung harus mengatakan kalimat apa sebagai bentuk penolakannya. Damar terlalu banyak membantunya dan dia tidak enak sendiri. Damar tersenyum menatap Aina dengan sendu.

“Sepertinya kamu yang keberatan jika aku ikut. Apa kamu takut Fakhri?”

Seketika Aina tercengang. Mata indahnya membola menatap Damar kemudian terdiam untuk beberapa saat. Damar menarik napas panjang sambil menganggukkan kepala.

“Oke, baiklah. Aku tidak akan memaksa. Aku ---”

“Boleh. Kamu boleh ikut, kok.” Tiba-tiba Aina memotong kalimat Damar dan bodohnya malah mengizinkan pria manis itu untuk ikut serta bersamanya nanti.

Damar tersenyum lebar sambil menggelengkan kepala kemudian berjalan menghampiri Aina dan menepuk bahunya berulang.

“Enggak. Aku gak ikut. Aku gak akan mempersulitmu, Aina.”

Aina terdiam, entah mengapa ada rasa lega tiba-tiba menyusur relung hatinya. Ia bersyukur Damar sangat pengertian padanya. Damar su
Aira Tsuraya

Hayo, tebak!! Wulan bakalan ngapain, nih. Kalau banyak yang coment di bawah besok bakal aku tambahin up babnya. Cuss ... buruan coment.

| 7
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Yenni Yulianii
satu kata menyebalkan buat aina yg lemah gk mau di lawan pelakor tuh harus di basmi kalo enggak makin jadi
goodnovel comment avatar
Tth Im
Wulan jatuh,Fakhri marah ke Aina dan Aina dicerai
goodnovel comment avatar
Nunyelis
wulan keguguran aina di talak..... moment yg ku tunggu... ahai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 77 Madu yang Egois

    “WULAN!!” seru Aina.Ia langsung bangkit dan berdiri di samping Wulan. Wajah Aina tampak tegang kali ini. Selama ini dia tidak masalah jika Fakhri atau Wulan menyakitinya, tapi jangan Zafran. Dia masih kecil, tidak tahu apa-apa dan tidak seharusnya menanggung kesalahan orang tuanya.Wulan terkekeh melihat ulah Aina. Ia melipat tangan di depan dada sambil menatap Aina dengan penuh ejekan. Aina hanya diam, dadanya kembang kempis dengan bahu naik turun mengolah udara. Ulah madunya ini memang sudah keterlaluan dan Aina tidak akan mentolerir jika Wulan menyakiti Zafran.“Ada apa, Bunda?” Tiba-tiba Zafran sudah mendekat dan berdiri di depan mereka. Wajahnya tampak bingung melihat Aina dan Wulan bergantian.Aina tersenyum, mengelus wajah Zafran dengan lembut kemudian bersuara, “Gak papa. Zafran main lagi sana. Setengah jam lagi kita pulang, ya!!”Zafran tersenyum, rambutnya yang lurus menutupi sebagian matanya dan terli

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 78 Hati yang Gundah

    Fakhri terdiam, matanya berkilatan menatap Wulan. Terlihat ada amarah yang tersimpan di sana, sayangnya Fakhri tidak meluapkannya kali ini. Dengan lambat, dia kembali duduk di sebelah Wulan. Wulan tersenyum lebar sambil menganggukkan kepala.“Nah, gitu, dong!!” ujar Wulan kesenangan.Fakhri tidak mempedulikan Wulan bahkan matanya terus melihat sinis ke wanita cantik berkulit putih ini. Wulan tidak peduli dengan reaksi Fakhri, yang penting dia sangat senang hari ini.Sementara itu Aina sudah meninggalkan gerai fastfood tersebut bersama Zafran. Bahkan dia sengaja jalan memutar tanpa mau melewati jendela tempat Wulan dan Fakhri duduk saat ini. Dia tidak mau Zafran melihat ayahnya bersama Wulan. Aina takut, Zafran akan mengajukan banyak pertanyaan seperti dulu lagi.“Bunda, lain kali kalau ke sini kita ajak Ayah, ya?” ujar Zafran di tengah perjalanan.Mereka sudah di dalam mobil menuju pulang. Aina yang mengemudi hanya menganggu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 79 Dua Pria yang Menggoda

    “Hmmppff … . Mas, lepasin!!” pinta Aina.Ia tergesa mendorong dada Fakhri sambil mengurai pagutannya. Aina takut ada yang melihat ulah mereka. Fakhri menurut dan melepaskan Aina begitu saja. Mereka masih di dalam lift dan belum beranjak sedikit pun. Fakhri memang menahan liftnya agar tidak berjalan dan tidak membuka pintu. Untung saja ada dua lift di gedung ini, kalau tidak pasti banyak orang yang kebingungan karena ulah Fakhri.“Kamu ngapain ke sini?” Kembali Aina bertanya.Fakhri tersenyum sambil menyeka bibirnya. Ada bekas lipstik Aina menempel di sana.“Sudah kubilang aku ingin bertemu kamu. Aku kangen, Aina.”Aina diam membisu. Hanya matanya kini yang menatap Fakhri dengan tajam. Padahal semalam sikap Fakhri yang penurut membuat Aina kesal. Bahkan Aina sempat berpikir akan meneruskan proses gugatan cerainya saja. Namun, kehadiran Fakhri dan sikapnya kali ini benar-benar membuat Aina berubah pikiran la

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 80 Pernyataan Damar

    Aina berjengit kaget melihat ulah Damar. Namun, tentu saja ia berusaha menyembunyikan reaksinya. Ia tidak mau semua orang yang ada di sana tahu ulah Damar. Bahkan dengan pelan Aina menarik tangannya dari genggaman Damar. Sayangnya, pria manis ini terlalu erat memegang tangannya. Untung saja prosesi makan sudah selesai sehingga tidak membuat Aina kesulitan.Selang beberapa saat mereka sudah berpamitan. Aina tampak diam selama di dalam lift. Damar sudah tidak memegang tangannya lagi dan terlihat terus menatap Aina. Memang hanya mereka berdua di dalam lift kali ini.“Kamu marah padaku, Aina?” tanya Damar.Aina menghela napas sambil mendongak menatap Damar. Tidak disangka pria manis itu sedang tertegun menatapnya.“Iya,” jawab Aina dengan lugas.Damar menarik napas sambil memalingkan wajah. Ia tahu ulahnya tadi tidak sopan dan mungkin bisa dikatakan kurang ajar. Namun, Damar punya alasan sendiri melakukannya.“Aku h

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 81 Tawaran Wulan

    “DAMAR!!!” sentak Aina.Ia mendorong tubuh Damar sambil mengurai paksa pagutan pria manis itu. Wajah Aina menegang, matanya berair dengan bibir yang bergetar. Sementara Damar hanya diam, wajahnya terlihat datar, tapi matanya sedang menunjukkan penyesalan.“Maaf, Aina. Aku hanya ---”Damar tidak meneruskan kalimatnya karena Aina sudah membalikkan badan dan berlarian masuk ke dalam rumah. Hanya helaan napas yang keluar dari bibir pria manis itu diiringi lanjutan kata-kata.“Aku hanya sedang menunjukkan perasaanku,” lirih Damar.Sementara itu, Aina langsung masuk ke dalam kamar. Tidak dia hiraukan tatapan kebingungan Bi Isa yang membukakan pintu untuknya. Wanita cantik itu langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur dan berurai air mata di sana.“Maafkan aku, Mas. Maafkan aku Mas Fakhri,” cicit Aina.Entah mengapa kejadian hari ini benar-benar menguras emosinya. Siang tadi Fakhri menemuinya da

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 82 Rencana Fakhri

    “Bunda!! Bunda gak bangun!!!” seru Zafran dari luar kamar.Aina sontak membuka mata dan melirik jam di dinding kamarnya. Sudah pukul enam pagi dan sepertinya dia sedikit kesiangan. Gara-gara kejadian semalam membuat Aina merasa lelah dan malas beraktivitas hari ini.“Eng … iya, Sayang. Bunda sudah bangun,” jawab Aina.Tak lama terdengar suara pintu dibuka bersamaan dengan Zafran yang berhambur masuk ke dalam kamar. Aina langsung tersenyum. Ia duduk di tepi kasur sambil menyambut pelukan Zafran.“Bunda kenapa? Sakit?” Kembali Zafran bertanya.Aina terdiam, tapi dia segera berdiri dan melihat pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya tampak pucat, ada lingkaran hitam di bawah matanya belum lagi rambut hitamnya yang tampak berantakan. Gara-gara kejadian semalam membuat Aina tak karuan.“Kalau Bunda sakit mending libur dulu. Zafran telepon Ayah, ya?”Aina sontak tercengang dan mengge

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 83 Saat Tak Terduga

    “Loh, Mas ini bukan dokter langgananku? Apa gak masalah?” tanya Aina.Mereka sudah berada di rumah sakit dan hendak bertemu dengan dokter teman Robby tadi. Fakhri tersenyum sambil mengelus lembut lengan Aina.“Iya, gak papa. Dokter ini yang menangani Wulan. Kemarin saat mengantarnya kontrol, aku lihat dia sangat teliti memeriksanya. Jadi kamu coba dulu saja. Kalau tidak cocok, boleh pindah ke dokter langgananmu.”Aina hanya diam sambil berulang menelan ludah. Entah mengapa ada sedikit rasa sakit, saat Fakhri berkata tentang Wulan. Sepertinya Fakhri memang benar-benar memainkan perannya sebagai pelaku poligami yang baik. Bisa jadi juga dia sangat perhatian seperti ini jika bersama Wulan.Helaan napas panjang keluar dengan spontan dari bibir Aina dan sepertinya hal itu dilihat Fakhri. Fakhri tersenyum kemudian merengkuh Aina dalam pelukannya. Dengan lembut, Fakhri membimbingnya masuk ke dalam ruangan dokter.Dokter tersebut me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 1 Maafkan Aku

    “KATAKAN PADAKU SIAPA AYAHNYA? Siapa ayah Zafran, Aina!!” seru Fakhri penuh amarah.Aina hanya diam, menundukkan kepala dan tak bersuara sedikit pun. Dia benar-benar shock saat suaminya bertanya seperti itu. Semua berawal saat Zafran, putra pertama mereka masuk rumah sakit akibat penyakit demam berdarah.Trombosit Zafran turun drastis dan membutuhkan transfusi darah secepatnya. Tadi siang, pihak rumah sakit menghubungi mereka mengatakan jika stock darah golongan B habis dan meminta Fakhri serta Aina segera mendapatkannya di luar sana. Fakhri terkejut mendengar hal itu dan setibanya di rumah, Fakhri malah mencercah pertanyaan seperti ini.“Kenapa diam saja, Aina?? Kamu tidak mau menjawab pertanyaanku?”Aina masih membisu, ia bingung harus menjawab apa. Fakhri pasti terkejut saat tahu golongan darah putra mereka adalah B, sementara kedua orang tuanya bergolongan darah A. Harusnya Zafran memiliki golongan darah A juga atau O. Ini malah berbeda. Tentu saja menimbulkan tanya seperti itu pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12

Bab terbaru

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 83 Saat Tak Terduga

    “Loh, Mas ini bukan dokter langgananku? Apa gak masalah?” tanya Aina.Mereka sudah berada di rumah sakit dan hendak bertemu dengan dokter teman Robby tadi. Fakhri tersenyum sambil mengelus lembut lengan Aina.“Iya, gak papa. Dokter ini yang menangani Wulan. Kemarin saat mengantarnya kontrol, aku lihat dia sangat teliti memeriksanya. Jadi kamu coba dulu saja. Kalau tidak cocok, boleh pindah ke dokter langgananmu.”Aina hanya diam sambil berulang menelan ludah. Entah mengapa ada sedikit rasa sakit, saat Fakhri berkata tentang Wulan. Sepertinya Fakhri memang benar-benar memainkan perannya sebagai pelaku poligami yang baik. Bisa jadi juga dia sangat perhatian seperti ini jika bersama Wulan.Helaan napas panjang keluar dengan spontan dari bibir Aina dan sepertinya hal itu dilihat Fakhri. Fakhri tersenyum kemudian merengkuh Aina dalam pelukannya. Dengan lembut, Fakhri membimbingnya masuk ke dalam ruangan dokter.Dokter tersebut me

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 82 Rencana Fakhri

    “Bunda!! Bunda gak bangun!!!” seru Zafran dari luar kamar.Aina sontak membuka mata dan melirik jam di dinding kamarnya. Sudah pukul enam pagi dan sepertinya dia sedikit kesiangan. Gara-gara kejadian semalam membuat Aina merasa lelah dan malas beraktivitas hari ini.“Eng … iya, Sayang. Bunda sudah bangun,” jawab Aina.Tak lama terdengar suara pintu dibuka bersamaan dengan Zafran yang berhambur masuk ke dalam kamar. Aina langsung tersenyum. Ia duduk di tepi kasur sambil menyambut pelukan Zafran.“Bunda kenapa? Sakit?” Kembali Zafran bertanya.Aina terdiam, tapi dia segera berdiri dan melihat pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya tampak pucat, ada lingkaran hitam di bawah matanya belum lagi rambut hitamnya yang tampak berantakan. Gara-gara kejadian semalam membuat Aina tak karuan.“Kalau Bunda sakit mending libur dulu. Zafran telepon Ayah, ya?”Aina sontak tercengang dan mengge

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 81 Tawaran Wulan

    “DAMAR!!!” sentak Aina.Ia mendorong tubuh Damar sambil mengurai paksa pagutan pria manis itu. Wajah Aina menegang, matanya berair dengan bibir yang bergetar. Sementara Damar hanya diam, wajahnya terlihat datar, tapi matanya sedang menunjukkan penyesalan.“Maaf, Aina. Aku hanya ---”Damar tidak meneruskan kalimatnya karena Aina sudah membalikkan badan dan berlarian masuk ke dalam rumah. Hanya helaan napas yang keluar dari bibir pria manis itu diiringi lanjutan kata-kata.“Aku hanya sedang menunjukkan perasaanku,” lirih Damar.Sementara itu, Aina langsung masuk ke dalam kamar. Tidak dia hiraukan tatapan kebingungan Bi Isa yang membukakan pintu untuknya. Wanita cantik itu langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur dan berurai air mata di sana.“Maafkan aku, Mas. Maafkan aku Mas Fakhri,” cicit Aina.Entah mengapa kejadian hari ini benar-benar menguras emosinya. Siang tadi Fakhri menemuinya da

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 80 Pernyataan Damar

    Aina berjengit kaget melihat ulah Damar. Namun, tentu saja ia berusaha menyembunyikan reaksinya. Ia tidak mau semua orang yang ada di sana tahu ulah Damar. Bahkan dengan pelan Aina menarik tangannya dari genggaman Damar. Sayangnya, pria manis ini terlalu erat memegang tangannya. Untung saja prosesi makan sudah selesai sehingga tidak membuat Aina kesulitan.Selang beberapa saat mereka sudah berpamitan. Aina tampak diam selama di dalam lift. Damar sudah tidak memegang tangannya lagi dan terlihat terus menatap Aina. Memang hanya mereka berdua di dalam lift kali ini.“Kamu marah padaku, Aina?” tanya Damar.Aina menghela napas sambil mendongak menatap Damar. Tidak disangka pria manis itu sedang tertegun menatapnya.“Iya,” jawab Aina dengan lugas.Damar menarik napas sambil memalingkan wajah. Ia tahu ulahnya tadi tidak sopan dan mungkin bisa dikatakan kurang ajar. Namun, Damar punya alasan sendiri melakukannya.“Aku h

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 79 Dua Pria yang Menggoda

    “Hmmppff … . Mas, lepasin!!” pinta Aina.Ia tergesa mendorong dada Fakhri sambil mengurai pagutannya. Aina takut ada yang melihat ulah mereka. Fakhri menurut dan melepaskan Aina begitu saja. Mereka masih di dalam lift dan belum beranjak sedikit pun. Fakhri memang menahan liftnya agar tidak berjalan dan tidak membuka pintu. Untung saja ada dua lift di gedung ini, kalau tidak pasti banyak orang yang kebingungan karena ulah Fakhri.“Kamu ngapain ke sini?” Kembali Aina bertanya.Fakhri tersenyum sambil menyeka bibirnya. Ada bekas lipstik Aina menempel di sana.“Sudah kubilang aku ingin bertemu kamu. Aku kangen, Aina.”Aina diam membisu. Hanya matanya kini yang menatap Fakhri dengan tajam. Padahal semalam sikap Fakhri yang penurut membuat Aina kesal. Bahkan Aina sempat berpikir akan meneruskan proses gugatan cerainya saja. Namun, kehadiran Fakhri dan sikapnya kali ini benar-benar membuat Aina berubah pikiran la

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 78 Hati yang Gundah

    Fakhri terdiam, matanya berkilatan menatap Wulan. Terlihat ada amarah yang tersimpan di sana, sayangnya Fakhri tidak meluapkannya kali ini. Dengan lambat, dia kembali duduk di sebelah Wulan. Wulan tersenyum lebar sambil menganggukkan kepala.“Nah, gitu, dong!!” ujar Wulan kesenangan.Fakhri tidak mempedulikan Wulan bahkan matanya terus melihat sinis ke wanita cantik berkulit putih ini. Wulan tidak peduli dengan reaksi Fakhri, yang penting dia sangat senang hari ini.Sementara itu Aina sudah meninggalkan gerai fastfood tersebut bersama Zafran. Bahkan dia sengaja jalan memutar tanpa mau melewati jendela tempat Wulan dan Fakhri duduk saat ini. Dia tidak mau Zafran melihat ayahnya bersama Wulan. Aina takut, Zafran akan mengajukan banyak pertanyaan seperti dulu lagi.“Bunda, lain kali kalau ke sini kita ajak Ayah, ya?” ujar Zafran di tengah perjalanan.Mereka sudah di dalam mobil menuju pulang. Aina yang mengemudi hanya menganggu

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 77 Madu yang Egois

    “WULAN!!” seru Aina.Ia langsung bangkit dan berdiri di samping Wulan. Wajah Aina tampak tegang kali ini. Selama ini dia tidak masalah jika Fakhri atau Wulan menyakitinya, tapi jangan Zafran. Dia masih kecil, tidak tahu apa-apa dan tidak seharusnya menanggung kesalahan orang tuanya.Wulan terkekeh melihat ulah Aina. Ia melipat tangan di depan dada sambil menatap Aina dengan penuh ejekan. Aina hanya diam, dadanya kembang kempis dengan bahu naik turun mengolah udara. Ulah madunya ini memang sudah keterlaluan dan Aina tidak akan mentolerir jika Wulan menyakiti Zafran.“Ada apa, Bunda?” Tiba-tiba Zafran sudah mendekat dan berdiri di depan mereka. Wajahnya tampak bingung melihat Aina dan Wulan bergantian.Aina tersenyum, mengelus wajah Zafran dengan lembut kemudian bersuara, “Gak papa. Zafran main lagi sana. Setengah jam lagi kita pulang, ya!!”Zafran tersenyum, rambutnya yang lurus menutupi sebagian matanya dan terli

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 76 Madu yang Beracun

    “Eng … apa kamu tidak sibuk, Damar?” ujar Aina.Sebenarnya ingin sekali Aina menolak, tapi dia juga bingung harus mengatakan kalimat apa sebagai bentuk penolakannya. Damar terlalu banyak membantunya dan dia tidak enak sendiri. Damar tersenyum menatap Aina dengan sendu.“Sepertinya kamu yang keberatan jika aku ikut. Apa kamu takut Fakhri?”Seketika Aina tercengang. Mata indahnya membola menatap Damar kemudian terdiam untuk beberapa saat. Damar menarik napas panjang sambil menganggukkan kepala.“Oke, baiklah. Aku tidak akan memaksa. Aku ---”“Boleh. Kamu boleh ikut, kok.” Tiba-tiba Aina memotong kalimat Damar dan bodohnya malah mengizinkan pria manis itu untuk ikut serta bersamanya nanti.Damar tersenyum lebar sambil menggelengkan kepala kemudian berjalan menghampiri Aina dan menepuk bahunya berulang.“Enggak. Aku gak ikut. Aku gak akan mempersulitmu, Aina.”Aina terdiam, entah mengapa ada rasa lega tiba-tiba menyusur relung hatinya. Ia bersyukur Damar sangat pengertian padanya. Damar su

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 75 Damai Sejenak

    “Apa Wulan tahu jika kamu ke sini?” tanya Aina.Kali ini mereka sudah tidur bersebelahan dengan tangan Fakhri yang tak lepas memeluk Aina. Fakhri tidak menjawab hanya diam sambil mempererat pelukannya. Aina mendongak dan melihat suaminya sedang melamun.“Mas … .”Fakhri langsung tersenyum, mengelus lembut lengan Aina sambil sesekali mendaratkan sebuah kecupan di kening Aina.“Wulan sedang tidur saat aku keluar tadi. Nanti sebentar lagi aku akan kembali.” Fakhri akhirnya bersuara dan ucapannya membuat Aina tenang.“Oh ya, apa kata Dokter tadi? Apa dia baik-baik saja?” Kini Fakhri mengalihkan topik pembicaraan dan tangannya sudah mengelus lembut perut Aina.Aina tersenyum sambil mengangguk. “Semua baik saja kok, Mas. Dia tumbuh dengan sempurna.”Fakhri tersenyum lega, tapi matanya masih tertuju ke perut Aina. Sesekali Fakhri mengelus lembut, menggerakkan tangannya memuta

DMCA.com Protection Status