Beranda / Rumah Tangga / Maafkan Aku Telah Mendua / Bab 32 Tak Mau Berdamai

Share

Bab 32 Tak Mau Berdamai

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 12:00:29

“Aku sudah menyelesaikannya dengan caraku sendiri,” seru Fakhri.

Ia kini mengangkat kepala dan menatap tajam Aina yang duduk di depannya. Aina hanya diam. Ia tidak memalingkan wajah juga tidak membalas tatapan Fakhri, hanya diam melihat kosong.

Bu Rahma berdecak sambil menggelengkan kepala. Wanita paruh baya itu melihat ulah Fakhri dan Aina kemudian memperhatikan Zafran yang sudah selesai makan. Bocah pria itu tampak bingung dengan situasai saat ini. Mungkin ini kali pertama Zafran melihat kedua orang tuanya bersitegang.

“Ibu jangan ikut campur urusanku. Aku sudah dewasa dan aku tahu yang kulakukan.”

Fakhri kembali bersuara dan menoleh ke arah Bu Rahma. Bu Rahma tidak bisa menjawab, ia hanya diam sambil sesekali melirik Aina. Aina tahu wanita paruh baya itu sedang membantunya menyelesaikan masalah, tapi sepertinya suaminya sendiri tidak mau mendengar. Hati dan telinga Fakhri sudah tertutup rapat. Sebegitu sakitnya Aina melukai hing

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Niken Rima Winahyu
lanjut kak aira.. baguuuusss seruuu.. kalau cerai harus menunggu aina melahirkan dulu
goodnovel comment avatar
Jamiah Kampil
pisah jln terbaik. Fakhri sdh x menganggap Aina sebagai isteri kerna ada Wulan. kesian Zafran sllu mengharap kan Fakhri balik ke rumah .
goodnovel comment avatar
Nunyelis
mending pisah aina dr fakhri dr pada bersama tp menyakiti...... toh fahkri gk mw mendengarkn alasanmu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 33 Aku yang Salah

    “Kamu memang tukang pengadu, Aina!!” suara Fakhri menyeruak menginterupsi konsentrasi Aina.Aina menoleh dan melihat Fakhri sedang berdiri di depan pintu kamar. Bajunya terlihat lembab, rambutnya basah bahkan wajahnya sudah banyak titik air di sana.“Mas … apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu basah kuyup?”Aina tergesa mematikan laptop dan gegas bangkit menghampiri Fakhri.“Kamu kehujanan?” tanya Aina.Ia berdiri sejajar di depan Fakhri. Fakhri hanya diam menatapnya dengan dingin. Entah mengapa netra coklat itu bagai ribuan pisau yang menusuk hati Aina. Bibir Fakhri membiru bergetar karena kedinginan, wajahnya yang putih semakin terlihat pucat dengan beberapa buliran air menempel di sana.Aina tampak khawatir dan segera berjalan ke lemari mengambil handuk serta baju ganti. Untung masih tersisa beberapa baju Fakhri di sana.“Sini, ganti baju dulu!! Nanti kamu sakit,” pinta Aina.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 34 Luka yang Tersiksa

    “MAS!! Kamu dari mana? Kenapa basah kuyup begini?” tanya Wulan.Dia sangat terkejut saat Fakhri tiba-tiba datang dengan badan basah kuyup. Fakhri tidak menjawab, ia langsung berjalan masuk menuju kamar mandi. Wulan tercengang dibuatnya. Tadi Fakhri memang berpamitan hendak menemui klien usai jam pulang kantor. Fakhri bahkan meminta Wulan pulang lebih dulu, tapi nyatanya ia malah ke rumah Aina.Wulan berjalan menuju kamar dan melihat Fakhri sudah masuk kamar mandi sebelum ia sempat bertanya. Wulan menghela napas panjang sambil menyiapkan baju ganti Fakhri.“Memangnya tidak ada payung di mobilnya hingga basah kuyup seperti itu,” gumam Wulan.Ia tidak mau menunggu Fakhri di kamar dan memilih kembali ke ruang tengah untuk melihat tv. Sementara itu, Fakhri hanya diam di dalam kamar mandi. Ia sudah menyalakan shower dan berdiri diam di bawahnya sambil memejamkan mata.Air hangat yang membasahi tubuhnya seakan sedang mengingatkan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 35 Fakhri Sakit

    “MAS FAKHRI!!!” seru Aina.Ia langsung berdiri dan spontan berlari ke tempat Fakhri. Sudah ada beberapa yang mengerubunginya di sana. Damar ikut mendekat dan langsung menyeruak kerumunan itu.“Kenapa dia? Mas Fakhri kenapa, Wulan?” tanya Aina.Wulan tampak terkejut dengan kehadiran Aina yang tiba-tiba. Wulan memang tidak memperhatikan keberadaan Aina di kafe tadi. Ia hanya fokus dengan dua kliennya.“Aku gak tahu. Tiba-tiba dia pingsan.” Wulan berkata dengan acuh dan seolah tak peduli pada Fakhri.Aina terlihat kesal. Ia langsung merunduk, membantu menyadarkan Fakhri bersama beberapa orang yang lain. Kemudian Damar juga bersimpuh, menyanggah tubuh Fakhri.“Badannya panas, Aina,” gumam Damar.Aina mendengkus menggelengkan kepala sambil menatap Wulan dengan kesal.“Hei!! Kenapa kamu melihatku seperti itu? Kamu sedang menyalahkanku, Aina?” Wulan malah kembali bersuara den

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 36 Intimidasi Wulan

    “Apa maksudmu, Wulan?” tanya Aina.Wulan berdecak sambil menggelengkan kepala. Mata wanita berkulit putih itu kini menatap dengan tajam ke Aina seolah sedang mengulitinya.“Harusnya kamu tidak membuatnya kesulitan, Aina. Kamu yang sudah selingkuh, kamu yang membohonginya. Harusnya kamu tahu diri dan mengajukan gugatan cerai sendiri, tanpa harus menunggu keputusan Mas Fakhri.”Aina terdiam. Kini dia tahu apa maksud pembicaraan Wulan.“Kalau kamu memang mencintainya, harusnya kamu rela melihatnya dia bahagia. Dan kali ini, hanya aku yang bisa membuatnya bahagia. Bukan kamu!!”Belum ada jawaban dari Aina. Ia hanya diam dan memilih menjadi pendengar saja kali ini.“Keluarga Pak Fakhri?” Tiba-tiba seorang perawat datang menginterupsi percakapan mereka.“Iya, Sus!!” sahut Wulan.“Pasien sudah dipindahkan ke kamar rawat inap, Bu. Jadi sudah bisa dijenguk,” imbuh p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 37 Telepon dari Ibu

    “Halo, Ibu. Ada apa?” sapa Aina.Malam itu baru saja Aina hendak memejamkan mata, tiba-tiba Bu Rahma menelepon.“Aina kamu di mana? Apa kamu sudah tahu jika Fakhri masuk rumah sakit?” Suara Bu Rahma di seberang tampak khawatir.Aina terdiam sesaat, mengangguk dengan ragu. Jelas ia tahu, dia yang membawa Fakhri ke rumah sakit bersama Damar tadi siang. Namun, rasanya saat ini jawaban itu tidak diperlukan.“Sakit apa Mas Fakhri, Bu?” Aina malah balik bertanya. Anggap saja dia tidak tahu dan saat ini dia ingin mencari tahu lebih banyak.“Kata Wulan kecapekan terus juga kemungkinan kena asam lambung. Duh, kok bisa Fakhri kena asam lambung. Dia kan gak pernah telat makan. Bukankah saat bersama kamu dulu, Fakhri baik-baik saja, Aina?”Aina terdiam. Tidak menjawab. Ia tidak mau berargumen. Percuma saja dia membela diri, toh Fakhri tidak akan memenangkannya.“Sakit asam lambung bukan hanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 38 Sakitnya Penolakanmu

    “Iya, tentu,” jawab Aina.Sebuah senyuman sontak terukir di wajah cantik wanita itu. Aina langsung menarik kursi mendekat brankar Fakhri, mulai membuka plastik wrap pada makanan, kemudian bersiap menyuapinya.“Mas, hadap sini, dong!!” pinta Aina.Awalnya Fakhri tampak malas, tapi perlahan kepalanya menoleh dengan patuh ke arah Aina. Kalau dipikir-pikir ulah Fakhri saat ini seperti anak kecil yang sedang merajuk dan ini mengingatkan Aina pada Zafran.“Buka mulutnya!!” Lagi-lagi Aina memberi perintah, lalu dengan tunduk Fakhri menuruti perintahnya.Fakhri tidak berkomentar sedikit pun. Ia menoleh ke arah Aina, membuka mulut meski matanya sama sekali tidak melihat ke istrinya sedikit pun. Aina tidak peduli, asal ia bisa bersama Fakhri beberapa saat saja sudah cukup. Siapa tahu dengan momen seperti ini membuka jalan komunikasi mereka yang tersendat.“Sudah, aku sudah kenyang.”Hanya beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 39 Aku yang Pengecut

    “Fakhri, Aina mana?” tanya Bu RahmaBeberapa saat setelah Fakhri mengusir Aina, Bu Rahma kembali masuk ke ruang rawat inap tempat Fakhri berada. Wanita paruh baya itu terkejut saat tidak melihat Aina di sana.“Aku menyuruhnya pergi,” jawab Fakhri.Bu Rahma tampak terkejut dan menatap Fakhri dengan tajam.“Apa maksudmu menyuruhnya pergi? Kamu mengusirnya, Fakhri?”Fakhri tidak menjawab hanya berdecak sambil menatap Bu Rahma dengan malas. Bu Rahma semakin marah, berjalan mendekat ke brankar Fakhri.“Dia istrimu juga. Apa salahnya menjengukmu, Fakhri?”Fakhri menghela napas panjang sambil berdecak melihat Bu Rahma.“Bu … sudah kubilang jangan ikut campur dengan urusanku. Biarkan aku selesaikan sendiri masalahku.”Bu Rahma terdiam menatap Fakhri dengan seksama sambil menggelengkan kepala berulang.“Ibu lihat kamu tidak menyelesaikan masalahmu, ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 40 Istri Serakah

    “Mas, aku bawain nasi Padang kesukaanmu,” ucap Wulan.Ia berjalan mendekat ke Fakhri sambil menyodorkan nasi kotak bertuliskan nama sebuah rumah makan Padang. Fakhri hanya diam tidak berkomentar sedikit pun. Sementara Bu Rahma hanya menghela napas panjang.Wanita paruh baya itu mendekat ke Wulan, kemudian mengambil nasi kotak tersebut.“Wulan, apa kamu tidak tahu jika Fakhri belum boleh makan nasi. Pencernaannya ada masalah dan dia hanya boleh makan bubur.”Wulan tampak terkejut dan menatap Fakhri dengan bingung.“Mas … kok kamu gak bilang tadi.”Fakhri berdecak, melirik Wulan dengan gemas. Padahal semalam dokter sudah memberitahu tentang hal itu padanya, kenapa Wulan malah berkata seperti itu?“Maaf, Bu. Saya gak tahu. Mungkin nasi Padangnya buat Ibu saja.”Bu Rahma hanya diam sambil melirik sinis Wulan. Wulan tampak mengabaikan tatapan Bu Rahma kemudian dia melihat Damar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22

Bab terbaru

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 80 Pernyataan Damar

    Aina berjengit kaget melihat ulah Damar. Namun, tentu saja ia berusaha menyembunyikan reaksinya. Ia tidak mau semua orang yang ada di sana tahu ulah Damar. Bahkan dengan pelan Aina menarik tangannya dari genggaman Damar. Sayangnya, pria manis ini terlalu erat memegang tangannya. Untung saja prosesi makan sudah selesai sehingga tidak membuat Aina kesulitan.Selang beberapa saat mereka sudah berpamitan. Aina tampak diam selama di dalam lift. Damar sudah tidak memegang tangannya lagi dan terlihat terus menatap Aina. Memang hanya mereka berdua di dalam lift kali ini.“Kamu marah padaku, Aina?” tanya Damar.Aina menghela napas sambil mendongak menatap Damar. Tidak disangka pria manis itu sedang tertegun menatapnya.“Iya,” jawab Aina dengan lugas.Damar menarik napas sambil memalingkan wajah. Ia tahu ulahnya tadi tidak sopan dan mungkin bisa dikatakan kurang ajar. Namun, Damar punya alasan sendiri melakukannya.“Aku h

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 79 Dua Pria yang Menggoda

    “Hmmppff … . Mas, lepasin!!” pinta Aina.Ia tergesa mendorong dada Fakhri sambil mengurai pagutannya. Aina takut ada yang melihat ulah mereka. Fakhri menurut dan melepaskan Aina begitu saja. Mereka masih di dalam lift dan belum beranjak sedikit pun. Fakhri memang menahan liftnya agar tidak berjalan dan tidak membuka pintu. Untung saja ada dua lift di gedung ini, kalau tidak pasti banyak orang yang kebingungan karena ulah Fakhri.“Kamu ngapain ke sini?” Kembali Aina bertanya.Fakhri tersenyum sambil menyeka bibirnya. Ada bekas lipstik Aina menempel di sana.“Sudah kubilang aku ingin bertemu kamu. Aku kangen, Aina.”Aina diam membisu. Hanya matanya kini yang menatap Fakhri dengan tajam. Padahal semalam sikap Fakhri yang penurut membuat Aina kesal. Bahkan Aina sempat berpikir akan meneruskan proses gugatan cerainya saja. Namun, kehadiran Fakhri dan sikapnya kali ini benar-benar membuat Aina berubah pikiran la

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 78 Hati yang Gundah

    Fakhri terdiam, matanya berkilatan menatap Wulan. Terlihat ada amarah yang tersimpan di sana, sayangnya Fakhri tidak meluapkannya kali ini. Dengan lambat, dia kembali duduk di sebelah Wulan. Wulan tersenyum lebar sambil menganggukkan kepala.“Nah, gitu, dong!!” ujar Wulan kesenangan.Fakhri tidak mempedulikan Wulan bahkan matanya terus melihat sinis ke wanita cantik berkulit putih ini. Wulan tidak peduli dengan reaksi Fakhri, yang penting dia sangat senang hari ini.Sementara itu Aina sudah meninggalkan gerai fastfood tersebut bersama Zafran. Bahkan dia sengaja jalan memutar tanpa mau melewati jendela tempat Wulan dan Fakhri duduk saat ini. Dia tidak mau Zafran melihat ayahnya bersama Wulan. Aina takut, Zafran akan mengajukan banyak pertanyaan seperti dulu lagi.“Bunda, lain kali kalau ke sini kita ajak Ayah, ya?” ujar Zafran di tengah perjalanan.Mereka sudah di dalam mobil menuju pulang. Aina yang mengemudi hanya menganggu

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 77 Madu yang Egois

    “WULAN!!” seru Aina.Ia langsung bangkit dan berdiri di samping Wulan. Wajah Aina tampak tegang kali ini. Selama ini dia tidak masalah jika Fakhri atau Wulan menyakitinya, tapi jangan Zafran. Dia masih kecil, tidak tahu apa-apa dan tidak seharusnya menanggung kesalahan orang tuanya.Wulan terkekeh melihat ulah Aina. Ia melipat tangan di depan dada sambil menatap Aina dengan penuh ejekan. Aina hanya diam, dadanya kembang kempis dengan bahu naik turun mengolah udara. Ulah madunya ini memang sudah keterlaluan dan Aina tidak akan mentolerir jika Wulan menyakiti Zafran.“Ada apa, Bunda?” Tiba-tiba Zafran sudah mendekat dan berdiri di depan mereka. Wajahnya tampak bingung melihat Aina dan Wulan bergantian.Aina tersenyum, mengelus wajah Zafran dengan lembut kemudian bersuara, “Gak papa. Zafran main lagi sana. Setengah jam lagi kita pulang, ya!!”Zafran tersenyum, rambutnya yang lurus menutupi sebagian matanya dan terli

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 76 Madu yang Beracun

    “Eng … apa kamu tidak sibuk, Damar?” ujar Aina.Sebenarnya ingin sekali Aina menolak, tapi dia juga bingung harus mengatakan kalimat apa sebagai bentuk penolakannya. Damar terlalu banyak membantunya dan dia tidak enak sendiri. Damar tersenyum menatap Aina dengan sendu.“Sepertinya kamu yang keberatan jika aku ikut. Apa kamu takut Fakhri?”Seketika Aina tercengang. Mata indahnya membola menatap Damar kemudian terdiam untuk beberapa saat. Damar menarik napas panjang sambil menganggukkan kepala.“Oke, baiklah. Aku tidak akan memaksa. Aku ---”“Boleh. Kamu boleh ikut, kok.” Tiba-tiba Aina memotong kalimat Damar dan bodohnya malah mengizinkan pria manis itu untuk ikut serta bersamanya nanti.Damar tersenyum lebar sambil menggelengkan kepala kemudian berjalan menghampiri Aina dan menepuk bahunya berulang.“Enggak. Aku gak ikut. Aku gak akan mempersulitmu, Aina.”Aina terdiam, entah mengapa ada rasa lega tiba-tiba menyusur relung hatinya. Ia bersyukur Damar sangat pengertian padanya. Damar su

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 75 Damai Sejenak

    “Apa Wulan tahu jika kamu ke sini?” tanya Aina.Kali ini mereka sudah tidur bersebelahan dengan tangan Fakhri yang tak lepas memeluk Aina. Fakhri tidak menjawab hanya diam sambil mempererat pelukannya. Aina mendongak dan melihat suaminya sedang melamun.“Mas … .”Fakhri langsung tersenyum, mengelus lembut lengan Aina sambil sesekali mendaratkan sebuah kecupan di kening Aina.“Wulan sedang tidur saat aku keluar tadi. Nanti sebentar lagi aku akan kembali.” Fakhri akhirnya bersuara dan ucapannya membuat Aina tenang.“Oh ya, apa kata Dokter tadi? Apa dia baik-baik saja?” Kini Fakhri mengalihkan topik pembicaraan dan tangannya sudah mengelus lembut perut Aina.Aina tersenyum sambil mengangguk. “Semua baik saja kok, Mas. Dia tumbuh dengan sempurna.”Fakhri tersenyum lega, tapi matanya masih tertuju ke perut Aina. Sesekali Fakhri mengelus lembut, menggerakkan tangannya memuta

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 74 Aku Yakin Kamu Bisa

    “Aina … Sayang. Aku … aku bisa jelaskan ini,” ucap Fakhri.Entah mengapa pria tampan itu terlihat gugup saat bertemu dengan Aina. Bisa jadi dia merasa bersalah karena sudah mengikari janjinya untuk mengantar Aina kontrol kehamilan hari ini. Sementara Aina hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Aku tahu kok, Mas. Pasti Wulan sedang hamil juga, kan?”Fakhri terdiam. Jakunnya naik turun, tapi matanya tetap fokus menatap wanita cantik di depannya. Banyak kata yang ingin diucapkan Fakhri, tapi entah mengapa lidahnya terasa kelu. Aina menyadari keadaan canggung ini. Pasti kini mereka sudah menjadi perhatian banyak orang dan Aina tidak mau membuat keadaan makin runyam.“Aku pulang dulu, ya!! Permisi.”Tanpa menunggu jawaban dari Fakhri maupun Wulan, Aina langsung berlalu pergi begitu saja. Sementara Fakhri hanya diam bergeming di tempatnya. Namun, matanya tak lepas sedikit pun dari punggung wanita c

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 73 Tak Siap Berbagi

    “AINA!! Kamu masih di sini?” tanya Damar.Aina sangat terkejut saat melihat Damar menghampirinya di lobby. Aina hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Apa Fakhri belum menjemputmu?” Kembali Damar bertanya. Aina tersenyum sambil menggeleng.“Eng … belum datang. Mas Fakhri masih perjalanan. Mungkin terjebak macet.” Aina terpaksa berkata bohong kali ini.Damar terdiam dan mengawasi Aina beberapa saat. Aina buru-buru menghindar. Ia tidak mau Damar tahu jika dia sedang menunggu Fakhri. Aina sendiri tidak tahu Fakhri di mana bahkan ponselnya sudah tidak bisa dihubungi kali ini.“Kalau kamu tidak keberatan, aku antar, ya?”Sontak Aina terbelalak dan spontan menggelengkan kepala dengan cepat.“Gak usah. Mas Fakhri udah jalan, kok. Pasti sebentar lagi akan tiba.”Damar menghela napas panjang sambil menatap Aina dengan sudut matanya.“Ya sudah kalau be

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 72 Adil atau Berat Sebelah?

    “Damar, hari ini aku izin pulang cepat, ya?” pinta Aina pagi itu.Dua hari berselang usai berita kehamilan Wulan dan hari ini Aina sengaja menemui Damar di ruangannya untuk izin pulang cepat.Damar hanya diam menatap Aina dengan kedua alis yang mengernyit. Kemudian tak lama Damar sudah bersuara.“Memangnya kamu mau ke mana? Apa ada keperluan mendesak, Aina?”Aina tersenyum, matanya kini tertuju kepada perutnya. Damar ikut memperhatikan dan refleks tersenyum mengikuti Aina.“Kamu mau kontrol kehamilan?” tebak Damar kemudian.“Iya. Kebetulan aku dapat nomor awal dan jam setengah enam harus di sana. Takutnya kalau aku tidak pulang lebih cepat malah kemalaman sampai sana.”Damar manggut-manggut mendengar penjelasan Aina. Sebuah senyuman sudah tersungging di wajah pria manis itu.“Iya, aku izinkan. Apa perlu aku antar juga?”Aina dengan cepat menggelengkan kepala. Ta

DMCA.com Protection Status