“Kenapa Aura ga dibawa?” suara Rendy yang berjalan mendenkat dengan dua cangkir kopi sudah terdengar, pria itu benar-benar menyelamatkan Rendra dari rasa canggung setelah mendengar ungkapan perasaan Alisha.Rendra tidak bisa berkata apapun hanya bisa mengucapkan kata maaf.Dan perasaan bersalahnya pada Alisha semakin besar setelah mengetahui bila Alisha memiliki perasaan yang sama.Seharusnya dulu ia menolak saja menikahi Aura lalu kabur membawa Alisha dan memulai semuanya dari nol.Tapi bila begitu, ia tidak akan merasakan cinta yang begitu indah yang sedang dirasakannya kini bersama Aura.“Lagi ada acara keluarga di Villa Grandpa....” jawab Rendra yang sejujurnya tidak memuaskan Rendy namun lelaki itu mengerti, mungkin sahabatnya tidak ingin melukai dua wanita sekaligus.Lelaki itu pun meletakan dua cangkir kopi di meja kemudian menggeser ke depan dua sahabatnya.“Aura tau kamu kesini?” tanya Alisha setelah menyeruput kopi miliknya.Gadis itu sedang berusaha menetralkan hati dan sua
Beberapa jam sebelum tahun baru tiba, keluarga Gunadhya mengundang semua anak-anak di panti asuhan untuk makan malam bersama di Villa.Itu kenapa bunda Panti mengetahui kedatangan Rendra ke Indonesia karena pada saat mama Rena mengundang beliau dan anak-anak asuhnya melalui sambungan telepon, mama Rena juga menceritakan sedikit tentang Rendra kepada bunda.Bunda tentu saja menceritakan semua itu kepada Alisha karena beliau tau Rendra adalah teman dekat Alisha.Bersyukur kepada Tuhan karena menganugrahkan cuaca yang cerah sehingga garden party di Villa tersebut berjalan dengan lancar.Layaknya sebuah pesta, berbagai stand makanan juga minuman berderet di sana dan tidak lupa hidangan prasmanan dengan beragam menu memanjakan perut mereka.Makanan begitu berlimpah ruah membuat semua yang hadir pada pesta tersebut merasa kenyang dan begitu bahagia.Di panti asuhan, hanya Alisha anak yang sudah dewasa yang masih tinggal di sana.Adik-adiknya masih kecil antara balita, SD hingga SMA.
“Kak Alisha, Deni pengin kreeps sama minuman yang ijo itu,” pinta seorang anak kecil kepada Alisha sambil menarik ujung kemejanya.Alisha membungkukan tubuh. “Deni tunggu disini ya, Kakak ambilin.” Alisha mengusak kepala adik pantinya gemas.Tidak terdapat antrian di stand makanan yang diinginkan Deni sehingga Alisha tidak perlu menunggu dan langsung dilayani oleh petugas catering.Dari stand makanan Alisha menuju stand minuman dan kini tangannya sudah penuh dengan makanan dan minuman keinginan sang adik.Melangkah perlahan, Alisha kembali menuju meja di mama Deni sedang duduk manis menantinya.Sesekali Alisha harus menghindari anak-anak yang saling berkejaran tidak lupa dia juga memperingatkan mereka untuk berhenti berlari agar tidak jatuh nantinya.Namun anak-anak tetaplah anak-anak, mereka tidak akan terlalu menghiraukan peringatan tersebut apalagi datangnya dari seorang kakak yang begitu lembut dan sangat menyayangi mereka.Hingga pada akhirnya Alisha harus menghindari adik
Rendra menghentikan mobilnya di salah satu tebing di mana banyak orang juga berkumpul di sana untuk menunggu kembang api yang akan menghiasi langit Bandung beberapa jam lagi ketika jam menunjukan pukul dua belas tengah malam.Tebing tersebut hanya berjarak beberapa meter dari Villa.Pria itu memejamkan mata, membayangkan bagaimana hancurnya hati sang istri ketika melihat dirinya menarik tangan Alisha dan membawanya pergi dari sana.Rendra melirik ke arah Alisha saat gadis itu bergerak hendak membuka pintu.“Mau ke mana?” tanya Rendra.“Cari kotak obat dibagasi buat luka kamu,” jawab Alisha kemudian mendorong pintu mobil namun Rendra menahan tangannya.“Enggak usah, biar aku anter kamu pulang dulu,” sergah lelaki itu dan mulai menyalakan mesin mobilnya.Alisha menutup kembali pintu mobil lalu memakai seatbelt karena alarm akan terus berbunyi sebelum setbealt terpasang.Suasana hening kembali, mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.Rendra tidak menyesali perbuatanny
Ketika sampai di Villa, Rendra disambut oleh banyak pertanyaan dan tatapan tajam dari para orang tua dan keluarga.Tapi dia terus menderapkan langkah menuju kamar setelah tidak mendapatkan sosok Aura di antara keluarganya.Rendra tidak bertanya kepada mereka di mana Aura berada karena tahu sang istri pasti sedang meratapi diri menikmati rasa sakit hati di dalam kamar.Itulah karakter Aura yang tidak ingin orang lain merasakan penderitaan yang sedang dirasakannya.Rendra memutar knop pintu kamar namun terkunci itu berarti dugaan awal kalau Aura sedang berada di kamar telah terbukti.Dia menuju ruang keluarga di lantai dua lalu membuka pintu balkon dan nekat melewati dinding antara balkon untuk bisa berada di balkon kamarnya.Kondisi yang terjal dan curam dan tidak ada tempat untuk memijak berhasil dia lalu dengan mudah.Jika seseorang sedang terdesak, kemampuan luar biasa akan muncul begitu saja tanpa terduga.Setelah berhasil melewati dinding balkon, Rendra menoleh ke belakang
“Jadi sama Aura enggak usah minta maaf? Abang udah pegang-pegang tangan perempuan lain loh terus pergi gitu aja! Giliran ngobatin luka, bagian Aura …,” omelnya sambil menekan luka di wajah Rendra lebih kuat.“Duh, Ra! Sakit! Pelan-pelan donk …,” keluhnya sambil meringis, kali ini dia sedang tidak berakting.“Abang minta maaf Ra, Abang harus nolong Alisha biar enggak dimaki-maki mami terus! Kamu tau ‘kan kalau Alisha enggak salah, kejadian tadi itu enggak sengaja! Alisha udah banyak terluka, Ra! Semua salah Abang, bukan dia.... “Aura menghentikan gerakan tangannya yang sedang membersihkan luka di wajah Rendra, dia menunduk dengan perasaan bersalah.Mengingat apa yang dibicarakan saudara kembar suaminya, Aura sadar kalau Alisha hanyalah korban.Perempuan itu tidak patut dibenci karena kenyataannya adalah justru dirinya yang merebut Rendra dari Alisha.“Maafin kak Kenzi ya Bang! Abang jadi babak belur gini, Aura juga mau minta maaf sama kak Alisha! Mami memang keterlaluan!” Tang
Keesokan harinya Aura dan Rendra keluar dari kamar, mereka berdua menuruni anak tangga dengan tangan saling menggenggam.Senyum pun tidak lepas dari bibir mereka, bahkan Aura merasa suaminya jadi semakin menyayanginya.Seperti tadi pagi ketika Aura terbangun, ternyata lelaki itu telah bangun lebih dulu karena merasakan kram yang luar biasa karena tangannya dipakai bantal oleh Aura.Walau begitu, Rendra tidak menarik lengannya karena takut Aura terusik.Lelaki itu memilih untuk menahan rasa kram yang menyengat hingga berujung kebas sampai Aura bangun dengan sendirinya.Hal tersebut membuat Aura terharu, bahagia juga sekaligus merasa bersalah.Walaupun begitu, seperti yang diucapkan Aura tadi malam, dia memang memaafkan Rendra tapi akan selalu mengingat apa yang dilakukan suaminya.Tugas Rendra sekarang adalah mengembalikan kepercayaan Aura dan berusaha mengambil hatinya kembali.Plak!Satu tamparan yang dilayangkan Papa Andra mendarat di pipi Rendra ketika baru saja mereka sam
“Enggak Ma, enggak bisa gitu! Biar Rendra yang selesaikan masalahnya sama Aura...kasih kesempatan Rendra untuk mandiri tanpa bantuan kalian, please!! Rendra enggak mau cerai sama Aura,” mohon Rendra yang sudah melupakan segala egonya demi tidak bercerai dengan Aura.“Aura juga enggak mau cerai sama Abang, Mii... Piii! Please jangan kaya gini!” Keempat orang tua itu menggelengkan kepala.Uncle Ricko dan aunty Lia juga grandma dan grandpa hanya bisa menatap Rendra dan Aura penuh haru begitu pula dengan para sepupu.Mami Monica dan papi Edward menarik tangan Aura menjauh begitu pula mama Rena dan papa Andra tapi Rendra dan Aura malah merentangkan tangan kemudian saling meraih jari satu sama lain.“Jangan tinggalin Aura, Baaang …,” pinta Aura sambil berderai air mata.“Enggak, sayang! Abang janji …,” balas Rendra lagi sambil meronta melepaskan diri dari cengkraman tangan papa mamanya.“Ma... Pa... Abang bukan anak kecil, tolong lepasin!” Rendra menghentak tangan kedua orang tua ya