"Astaghfirullah, Zehra, kamu yakin Nyonya Laura seperti itu?" "Aku juga tidak tahu, Daddy. Pria bernama Mike itu yang mengatakan sendiri jika Nyonya Laura adalah kekasihnya." "Astaghfirullah, ini sepertinya berat sekali, Nak. Tapi bukankah yang memintamu menikah dengan Tuan Jovan adalah Nyonya Laura?" Zehra menghela napasnya panjang. "Itulah yang aku pikirkan, Dad. Aku bingung, tapi bagaimana mungkin pria itu mengatakan semua itu jika tidak ada yang terjadi, bukan?" Altan menatap Zehra khawatir. "Daddy khawatir pada cucu Daddy, Ra. Jika memang Nyonya Laura membencimu, bukan tidak mungkin jika dia akan mencelakai Devane, bukan?" Deg! Jantung Zehra langsung berdetak kencang memikirkan bagaimana keadaan putranya. "Ya Allah, Daddy, apa yang harus aku lakukan sekarang?" "Kamu tenang dulu, Ra. Kamu bisa telepon susternya bagaimana keadaan Devane. Jangan terlalu panik karena kalau kamu panik, Devane bisa saja rewel." Zehra akhirnya mengangguk mengerti. "Aku coba telepo
Tok! Tok! Tok! Jovan mengetuk pintu itu pada akhirnya. Pintu pun terbuka lebar. Dengan senyum manisnya, Jovan masuk ke ruangan itu walau hatinya masih perih. "Tuan Jovan? Ya ampun Anda sampai ke sini?" Jovan duduk di sofa yang di persilahkan oleh Jodi. "Panggil aku Om saja, Leon. Aku sudah anggap kamu seperti adikku sendiri, seperti Zehra." Leon menatap pria dewasa itu dengan anggukan. "Baiklah, terima kasih sebelumnya, Om." Leon menutup laptopnya terlebih dahulu. Setelah itu duduk berhadap-hadapan dengan Jovan. Jovan pun menatap pria muda itu dengan berbagai pikiran. "Bagaimana perkembangan kasus Daddy Altan?" Leon menarik napasnya dalam. "Hanya tinggal menunggu sidang, Om. Lucky juga antek-anteknya sudah di ringkus polisi. Sepertinya mereka tidak terima dan akhirnya ingin mencelakai Zehra. Untung saja Zehra baik-baik saja." Jovan menatap Leon penuh arti. Jovan tahu baik-baik saja karena dirinyalah yang menyelamatkan wanita itu. Leon pun sebenarnya tahu jika pr
"Bagaimana, apa kalian sudah menemukan dimana keberadaan Mike?" "Maaf, Nyonya. Sepertinya mereka memang membawa Tuan Mike tempat yang sulit di jangkau," jawaban dari lawan bicara Laura. "Bodoh! Kalian memang bodoh!" Laura mematikan sambungan teleponnya. "Argh!! Mike, kamu di mana, Honey? Aku merindukanmu." Kreaat ... Laura begitu terkejut saat pintu itu terbuka. "Jovan? Kamu kok sudah pulang?" Kening Jovan sedikit mengerut. "Iya, hari ini tidak banyak yang harus aku kerjakan. Kamu kenapa, La? Kok kamu terkejut begitu?" Laura menarik napasnya begitu dalam. Walau bagaimanapun jangan sampai Jovan tahu jika dirinya memiliki hubungan dengan Mike. Sebab, keinginannya belum terpenuhi semua "Ah, tidak. Aku hanya terkejut karena kamu tidak biasanya pulang jam segini." Jovan terdiam. Jovan memang sengaja pulang lebih cepat karena ingin bertemu dengan Zehra. Jovan ingin sekali bertemu dengan mantan istrinya. Sayang, tenyata Zehra sudah pulang. "Ya, sudah. Aku mandi dulu."
"Apa? Zehra ke kantor Om Jovan?" Dada Leon kembang kempis penuh curiga saat dengar berita dari anak buahnya. "Untuk apa Zehra ke kantor Om Jovan?" Leon segera mengambil barang-barangnya. "Jodi, aku pergi dulu. Kamu bisa tunggu aku, bukan?" Jodi menatap sang tuan. Jodi tidak tega jika harus menahan Leon. Sebab, Jodi tahu bagaimana perasaan sang tuan pada Zehra. "Tuan tenang saja. Saya bisa diandalkan." Leon tak ingin buang waktu lagi. Hatinya begitu panas hanya mendengar Zehra menemui Jovan. Apalagi saat Leon ingat hubungan mereka dulu. *** "Nyonya, silahkan, masuk. Tuan Jovan sudah menunggu." Zehra menarik nafasnya begitu dalam. Walau bagaimanapun perasaannya masih sama pada pria dewasa itu. Tentu Zehra harus benar-benar mempersiapkan hatinya agar tetap baik-baik saja. "Terima kasih." Zehra melangkahkan kakinya menuju ruangan Jovan. Zehra menatap Jovan yang sudah menunggunya dengan tersenyum tipis. Hati Zehra kembali berdetak tak karuan ingat masa-masa indah be
"Zehra ke kantor Jovan?" "Iya, Nyonya. Tapi sepertinya tidak lama Nyonya Zehra keluar lagi karena Tuan Leon datang dengan raut marah." Laura mengerutkan keningnya mendengar penuturan mata-matanya. "Apa yang dilakukannya bertemu dengan Jovan di kantor? Kenapa tidak di rumah?" Laura mengepalkan tangannya. "Selidiki lagi apa yang ingin dilakukan wanita itu bertemu dengan Jovan!" "Baik, Nyonya. Kalau begitu, saya permisi." Laura menggusar rambutnya prustasi. "Mike, kamu di mana sih? Aku butuh kamu, Honey." Laura bingung karena masih belum bisa menemukan keberadaan Mike. Padahal Laura sudah menurunkan banyak anak buah untuk mencari keberadaan Mike. Namun, sudah hampir seminggu, mereka masih belum menemukan keberadaan sang kekasih. "Jika sampai terjadi sesuatu pada Mike, maka aku tidak akan membiarkan kalian hidup tenang, Zehra, Leon!" Laura teringat pada rencananya. "Andrew, kenapa Susi masih belum memberikan kabar apa-apa tentang anak itu?" Wanita seksi itu segera men
"Dan dengan bukti-bukti tersebut, Altan Khan dinyatakan tidak bersalah. Semua kekayaan yang sempat dibekukan akan kembali diberikan karena terbukti hartanya bukan harta hasil korupsi dari negara." Zehra memejamkan matanya lalu memeluk kedua orang tuanya terlalu haru karena akhirnya kasus Altan selesai. Altan juga dinyatakan tidak bersalah. Zehra hampir tidak percaya jika semua yang sempat menghilang itu akan kembali lagi padanya. "Alhamdulillah ya Allah, terima kasih ya Allah." Altan sampai bersujud syukur karena akhirnya kini status Altan bukan lagi tahanan negara melainkan bebas. Setelah perjalanan panjang beberapa Minggu terakhir bersama Zehra dan Leon, kini Altan pun dinyatakan bebas. Leon ikut bahagia karena akhirnya perjuangannya pun tidak sia-sia. "Daddy, selamat, ya. Selamat karena sekarang Daddy sudah bebas." Zehra menoleh pada Leon. "Le, terima kasih. Semua ini karena kerja keras kamu. Mungkin jika kamu tidak bekerja keras, Daddy masih di tetapkan sebagai tersang
"Ra, kamu sudah siap? Pengantin prianya sudah masuk aula." Dewi menatap wajah Zehra masih cemas. Zehra pun menarik napasnya dalam. "Insya Allah, siap, Moms." Zehra memejamkan matanya berusaha menyingkirkan perasaannya pada Jovan. "Aku harus mengubur perasaan ini dalam-dalam agar Om Jovan dan Andrew bisa hidup tenang." Zehra pun memejamkan mata mendengarkan ucapan qobul dari Leon. Mungkin takdir hidupnya memang dengan Leon, bukan dengan Jovan. Kisahnya dengan Jovan tidak akan mungkin Zehra lupakan. Zehra hanya berharap jika Laura tidak ingkar janji. Sebab, Zehra akan langsung mengambil anaknya jika saja Laura mengabaikan putranya. "Saya terima nikah dan kawinnya Zehra Al Mahira binti Altan dengan maskawin tersebut, dibayar tunai." "Bagaimana para saksi, sah?" "Sah." "Sah." Air mata Zehra menetes. Lagi-lagi Zehra tidak tahu air mata itu air mata bahagia atau bukan. Zehra hanya bisa menangis dan mengeluarkan air mata. "Alhamdulillah, sakarang kamu sudah jadi istri Leon
Leon menatap Zehra begitu dalam. "Aku pun berterima kasih padamu, Ze. Karena kamu masih mau menerimaku, padahal aku ini bukan pria baik-baik." Zehra hanya menghela nafasnya. "Di dunia itu tidak ada manusia yang sempurna, Le. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah." Leon mengecup kening Zehra. "Aku sangat beruntung bisa menjadi suamimu. Aku mohon bawa aku ke jalan yang benar." Zehra teringat pada orang tua Leon yang katanya belum bisa datang karena kesibukan mereka. Dan juga karena Zehra dan Leon belum ingin melakukan resepsi. Namun, Zehra khawatir jika nanti orang tua Leon tahu status Zehra sebelumnya. "Le, bagaimana jika Daddy dan Mommy kamu tidak bisa terima statusku?" Leon menatap Zehra sedikit mengerutkan keningnya. "Sudahlah, Ze. Jangan banyak berpikir akan hal itu. Aku sudah mengatakan pada mereka jika aku mencintaimu, jadi mereka pun tidak bisa mencegahku hanya karena statusmu. Lagipula, aku pastikan mereka tidak tahu hubunganmu dengan Om Jovan sebelumnya." Zehra