Share

Bab 203

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 15:45:07

Biasanya Alisya orang yang selalu punya rencana untuk hidupnya, kehilangan orang yang menjadi sandarannya sejak kecil membuat wanita itu harus berhati-hati dalam bertindak karena jika dia terjatuh tidak akan ada lagi yang membantunya bangkit.

Akan tetapi semenjak mengenal Pandu entah kenapa Alisya selalu bertindak sembrono, seperti kali ini.

Kenapa bisa dia lupa kalau dulu Pandu melarang keras dirinya untuk datang lagi ke kantor yang pernah menjadi tempatnya mencari nafkah ini.

Dulu saat dirinya begitu tergantung pada laki-laki itu untuk pengobatan ibunya, lagi pula memang dia tidak melihat jalan lain selain menuruti keinginan Pandu. Pandu suaminya dan dia sangat berharap hubungan mereka juga sama kuatnya seperti hubungan orang tuanya dulu, sampai maut memisahkan.

Meski sekarang mereka dalam tahap hubungan yang baru, tapi Pandu sekalipun tidak pernah mengundang Alisya untuk datang ke kantornya.

Jadi seharusnya dia tidak sepercaya diri ini.

"Alisya? kamu Alisya bukan?" A
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ReNny Ne Vino
up lagi donk kk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 204

    Sepanjang lobi sampai mereka masuk ke dalam lift banyak orang yang melongo menatap mereka. Alisya tahu sebentar lagi pasti dia akan menjadi gosip terhangat di sini. Pemandangan saat ini memang cukup epik, dengan direktur utama mereka yang sedang memeluk pinggang wanita yang mereka kenal sebagai mantan istrinya dan Bisma, tidak akan ada yang meragukan kemiripan bayi itu dengan wajah papanya. Alisya sedikit menggeliatkan tubuhnya supaya tangan Pandu yang ada di pinggangnya terlepas, tapi tangan itu seperti sudah dilem di sana. "Mas, malu banyak karyawan mas di sini," bisik Alisya berharap dengan begitu laki-laki itu melepaskanya. Pandu hanya menatap mereka sekilas dan melepaskan pinggangnya hanya untuk menekan tombol lift lalu tangan itu kembali ke sana. "Kenapa harus malu? mereka harus tahu kalau kamu istriku," kata Pandu enteng. Ini lift khusus direksi, dan di jam makan siang seperti ini tak banyak anggota direksi yang terhormat itu masih menggunakannya, mereka biasa makan si

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 205

    Alisya menggeliatkan tubuhnya, keadaan di luar masih gelap, dia menatap jam di dinding ini memang sudah waktunya dia bangun. Saat itulah dia sadar ada seseorang yang bergelung dalam pelukannya. Awalnya terasa aneh karena untuk pertama kalinya dia memeluk versi dewasa dari putranya, seminggu pernikahan dadakan mereka banyak hal yang terjadi, dan semuanya melibatkan energi dan emosi yang tidak sedikit, Alisya kelelahan tentu saja, tapi setelah melihat sosok yang masih tidur pulas sambil memeluknya erat ini membuat rasa lelah itu hilang tak berbekas, apalagi mengingat tawa renyah sang anak saat bermain bersama ayahnya.Semalam Pandu memang pulang agak sore untuk ukuran Pandu tapi pembicaraan yang mereka lakukan memaksa mereka untuk tidur lebih larut, apalagi kondisi Pandu yang akhir-akhir ini malas makan membuat Alisya khawatir. "Mau kemana?" Padahal Alisya sudah sangat hati-hati jangan sampai membangunkan sang suami tapi ternyata laki-laki itu tipe yang gampang bangun. "Mau sholat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 206

    Alisya tahu bagaimana Sekar juga mama mertuanya, mereka tipe wanita yang gemar bermewah-mewah tak peduli bagaimana sulitnya mencari uang, dia bahkan dulu pernah tak sengaja mendengar kalau biaya salon Sekar dalam satu bulan mencapai seratus juta, belum lagi dengan keperluan gaya hidupnya yang Alisya yakin lebih dari itu. Sedangkan untuk Alisya Pandu hanya memberi uang bulanan separuh dari biaya salon Sekar. Dia tidak pernah iri karena tahu Pandu juga menanggung biaya pengobatan sang ibu yang tidak sedikit, tapi saat dulu Pandu meminta Alisya mengembalikan uang perawatan untuk ibunya, dia benar-benar sakit hati. Sekarang mereka kembali bersama, Pandu memang mempercayakan hartanya pada Alisya dan membebaskan dia untuk menggunakannya, tapi Alisya yang tahu sekali bagaimana susahnya mencari uang tentu saja tidak akan pernah menggunakan uang itu jika tidak benar-benar membutuhkannya. Gaya hedon dan mewah sangat bukan Alisya sama sekali dan tentu saja dia tidak mau hidup dengan menj

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 207

    Minggu pagi Pandu sudah rapi, dengan kaos oblong dan celana pendek yang terlihat sederhana, tapi Alisya tahu harga pakaian itu bahkan lebih mahal dari harga motor keluaran terbaru. "Mas mau kemana?" tanya Alisya yang buru-buru meletakkan barang belanjaan yang baru saja dia beli. Dengan Bisma yang ada di gendongan sang suami, membuat laki-laki itu terlihat semakin mempesona.Alisya tidak ingat Pandu mengajaknya pergi ke suatu tempat, jadi dia berencana hari ini akan membuat camilan untuk orang-orang desa yang akan melakukan kerja bakti membersihkan parit di sepanjang jalan di depan rumahnya dan tidak mungkin meminta Pandu untuk ikut kerja bakti bukan, jadi Alisya memutuskan menyediakan makanan saja untuk bapak-bapak yang bekerja. "Mau kerja bakti kan?" tanya Pandu balik dengan tampang polos yang membuat Alisya bingung harus menjawab apa. "Mas mau ikut?" Pandu mengangguk. "Mas yakin?" "Kan kemarin pak Rt suruh datang, nggak enak kalau nggak datang, aku kan sudah jadi warga kampun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 208

    "Masih marah?" tanya Pandu saat Alisya menyiapkan makan siang untuknya. Setelah insiden kerja bakti yang membuat Alisya menyeret suaminya pulang ke rumah, wanita itu bahkan tidak mau bicara sedikitpun. Bahkan Pandu sudah mengeluarkan semua stock gombalan yang dia tahu bahkan dia harus repot-repot mencari cara untuk membuat istri yang cemberut senyum lagi, tapi hasilnya tetap saja zonk. Mungkin istrinya tidak sama dengan model istri-istri yang ada di media sosial, Alisya terlalu realistis dan logis memang, jadi karena semua jurusnya mental. Pandu hanya diam sambil sesekali mencuri pandang pada sang istri. "Sayang, masih marah? aku nggak maksud lho tebar pesona, aku cuma mau angkut sampah tadi, maaf ya," kata Pandu saat Alisya duduk di depannya siap makan siang bersama. Alisya menghela napas kalau dipikir-pikir memang bukan salah Pandu juga, dia hanya ingin membaur dengan warga di sini, bukan salahnya bukan kalau dia punya wajah ganteng diatas rata-rata dan aura mahal yang tet

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 209

    "Aku akan pura-pura tidak mendengar ucapan papa barusan," kata Pandu sambil membuka kotak yang dikirim Alisya. Bau harum masakan langsung menyeruak saat Pandu membuka penutupnya, dia tahu Alisya tidak pernah membawakan hanya satu porsi untuknya, bukan karena makannya banyak tapi karena wanita itu yakin kalau Pandu akan mengajak orang lain untuk makan bersama, entah itu asistennya, sopir atau karyawan yang kebetulan bersamanya saat makan siang. Sebagai pimpinan puncak di kantor ini, Pandu bukan sosok yang sok bossy, dia cenderung ingin berbaur dengan semua orang, hal itu juga yang membuatnya tidak sulit untuk berbaur dengan warga di desa yang kini mereka tempati. Dan Alisya tahu betul akan hal itu. "Sangat menyenangkan menerima kiriman makan siang setiap hari dari istri," kata sang papa dan Pandu bisa menangkap nada iri dalam suaranya. Pandu tak menjawab, dia juga tak tahu harus menjawab apa. Ibunya bukan sosok yang akan mau repot di dapur untuk menyiapkan makanan untuk suaminya,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 1

    “Hari ini aku harus menemui dokter.” Alisya menatap suaminya, Pandu Wardana menghentikan makannya dan menatap wanita itu datar. “Aku harus bekerja.” Tentu saja apa yang bisa Alisya harapkan Pandu mengantarnya ke dokter? Dia pasti sudah gila. Pernikahan mereka bukan pernikahan atas dasar cinta pada umumnya. Alisya memang mencintai Pandu, bahkan sangat mengagumi laki-laki itu, mereka dulu adalah rekan kerja yang kompak hingga petaka itu terjadi. Alisya yang waktu itu sedang bingung kemana harus mencari uang untuk pengobatan ibunya, menyebrang jalan begitu saja. Ia tak melihat kendaraan yang dikemudikan Pandu dengan kencang. Kecelakaan itu membuatnya harus duduk di kursi roda karena kakinya sama sekali tak mampu menompang tubuhnya. Berhari-hari Alisya menyesali kecerobohannya, apalagi tak lagi punya uang untuk pengobatan ibunya. Di saat itulah kedatangan Pandu dan ayahnya seperti secercah harapan untuknya. Mungkin Tuhan memang mengujinya dengan kaki yang lumpuh. Tapi diba

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 2

    “Ini Sekar kekasihku.” Dari sekian banyak wanita yang bisa menjadi pacar suaminya kenapa harus wanita ini. tidak cukupkah luka yang wanita ini torehkan pada keluarganya dulu? Alisya tak mungkin salah mengenali orang, meski penampilannya sudah dipoles sana sini sedemikian rupa, tapi senyum dan wajah lembut penuh tipu muslihat itu tak akan pernah dia lupakan. Dan sepertinya Sekar menyadari siapa dirinya tapi seperti yang sudah Alisya kenal bertahun-tahun yang lalu, Sekar adalah orang sangat pandai menjaga raut wajahnya, dan itu yang membuatnya berbahaya. Alisya tahu ini sudah sangat terlambat, tapi bertemu dengan wanita ini membuatnya bukan hanya merasakan rasa sakit tapi juga amarah.“Halo Alisya.” Alisya masih menggenggam tangannya kuat berusaha menguasai dirinya saat wanita itu berjalan mendekatinya dan mengulurkan tangan dengan senyum terkembang. “Halo, kamu pasti sudah tahu siapa aku, meskipun itu tak menyurutkan langkahmu untuk memilki suamiku.” Alisya sendiri terkejut

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 209

    "Aku akan pura-pura tidak mendengar ucapan papa barusan," kata Pandu sambil membuka kotak yang dikirim Alisya. Bau harum masakan langsung menyeruak saat Pandu membuka penutupnya, dia tahu Alisya tidak pernah membawakan hanya satu porsi untuknya, bukan karena makannya banyak tapi karena wanita itu yakin kalau Pandu akan mengajak orang lain untuk makan bersama, entah itu asistennya, sopir atau karyawan yang kebetulan bersamanya saat makan siang. Sebagai pimpinan puncak di kantor ini, Pandu bukan sosok yang sok bossy, dia cenderung ingin berbaur dengan semua orang, hal itu juga yang membuatnya tidak sulit untuk berbaur dengan warga di desa yang kini mereka tempati. Dan Alisya tahu betul akan hal itu. "Sangat menyenangkan menerima kiriman makan siang setiap hari dari istri," kata sang papa dan Pandu bisa menangkap nada iri dalam suaranya. Pandu tak menjawab, dia juga tak tahu harus menjawab apa. Ibunya bukan sosok yang akan mau repot di dapur untuk menyiapkan makanan untuk suaminya,

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 208

    "Masih marah?" tanya Pandu saat Alisya menyiapkan makan siang untuknya. Setelah insiden kerja bakti yang membuat Alisya menyeret suaminya pulang ke rumah, wanita itu bahkan tidak mau bicara sedikitpun. Bahkan Pandu sudah mengeluarkan semua stock gombalan yang dia tahu bahkan dia harus repot-repot mencari cara untuk membuat istri yang cemberut senyum lagi, tapi hasilnya tetap saja zonk. Mungkin istrinya tidak sama dengan model istri-istri yang ada di media sosial, Alisya terlalu realistis dan logis memang, jadi karena semua jurusnya mental. Pandu hanya diam sambil sesekali mencuri pandang pada sang istri. "Sayang, masih marah? aku nggak maksud lho tebar pesona, aku cuma mau angkut sampah tadi, maaf ya," kata Pandu saat Alisya duduk di depannya siap makan siang bersama. Alisya menghela napas kalau dipikir-pikir memang bukan salah Pandu juga, dia hanya ingin membaur dengan warga di sini, bukan salahnya bukan kalau dia punya wajah ganteng diatas rata-rata dan aura mahal yang tet

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 207

    Minggu pagi Pandu sudah rapi, dengan kaos oblong dan celana pendek yang terlihat sederhana, tapi Alisya tahu harga pakaian itu bahkan lebih mahal dari harga motor keluaran terbaru. "Mas mau kemana?" tanya Alisya yang buru-buru meletakkan barang belanjaan yang baru saja dia beli. Dengan Bisma yang ada di gendongan sang suami, membuat laki-laki itu terlihat semakin mempesona.Alisya tidak ingat Pandu mengajaknya pergi ke suatu tempat, jadi dia berencana hari ini akan membuat camilan untuk orang-orang desa yang akan melakukan kerja bakti membersihkan parit di sepanjang jalan di depan rumahnya dan tidak mungkin meminta Pandu untuk ikut kerja bakti bukan, jadi Alisya memutuskan menyediakan makanan saja untuk bapak-bapak yang bekerja. "Mau kerja bakti kan?" tanya Pandu balik dengan tampang polos yang membuat Alisya bingung harus menjawab apa. "Mas mau ikut?" Pandu mengangguk. "Mas yakin?" "Kan kemarin pak Rt suruh datang, nggak enak kalau nggak datang, aku kan sudah jadi warga kampun

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 206

    Alisya tahu bagaimana Sekar juga mama mertuanya, mereka tipe wanita yang gemar bermewah-mewah tak peduli bagaimana sulitnya mencari uang, dia bahkan dulu pernah tak sengaja mendengar kalau biaya salon Sekar dalam satu bulan mencapai seratus juta, belum lagi dengan keperluan gaya hidupnya yang Alisya yakin lebih dari itu. Sedangkan untuk Alisya Pandu hanya memberi uang bulanan separuh dari biaya salon Sekar. Dia tidak pernah iri karena tahu Pandu juga menanggung biaya pengobatan sang ibu yang tidak sedikit, tapi saat dulu Pandu meminta Alisya mengembalikan uang perawatan untuk ibunya, dia benar-benar sakit hati. Sekarang mereka kembali bersama, Pandu memang mempercayakan hartanya pada Alisya dan membebaskan dia untuk menggunakannya, tapi Alisya yang tahu sekali bagaimana susahnya mencari uang tentu saja tidak akan pernah menggunakan uang itu jika tidak benar-benar membutuhkannya. Gaya hedon dan mewah sangat bukan Alisya sama sekali dan tentu saja dia tidak mau hidup dengan menj

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 205

    Alisya menggeliatkan tubuhnya, keadaan di luar masih gelap, dia menatap jam di dinding ini memang sudah waktunya dia bangun. Saat itulah dia sadar ada seseorang yang bergelung dalam pelukannya. Awalnya terasa aneh karena untuk pertama kalinya dia memeluk versi dewasa dari putranya, seminggu pernikahan dadakan mereka banyak hal yang terjadi, dan semuanya melibatkan energi dan emosi yang tidak sedikit, Alisya kelelahan tentu saja, tapi setelah melihat sosok yang masih tidur pulas sambil memeluknya erat ini membuat rasa lelah itu hilang tak berbekas, apalagi mengingat tawa renyah sang anak saat bermain bersama ayahnya.Semalam Pandu memang pulang agak sore untuk ukuran Pandu tapi pembicaraan yang mereka lakukan memaksa mereka untuk tidur lebih larut, apalagi kondisi Pandu yang akhir-akhir ini malas makan membuat Alisya khawatir. "Mau kemana?" Padahal Alisya sudah sangat hati-hati jangan sampai membangunkan sang suami tapi ternyata laki-laki itu tipe yang gampang bangun. "Mau sholat

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 204

    Sepanjang lobi sampai mereka masuk ke dalam lift banyak orang yang melongo menatap mereka. Alisya tahu sebentar lagi pasti dia akan menjadi gosip terhangat di sini. Pemandangan saat ini memang cukup epik, dengan direktur utama mereka yang sedang memeluk pinggang wanita yang mereka kenal sebagai mantan istrinya dan Bisma, tidak akan ada yang meragukan kemiripan bayi itu dengan wajah papanya. Alisya sedikit menggeliatkan tubuhnya supaya tangan Pandu yang ada di pinggangnya terlepas, tapi tangan itu seperti sudah dilem di sana. "Mas, malu banyak karyawan mas di sini," bisik Alisya berharap dengan begitu laki-laki itu melepaskanya. Pandu hanya menatap mereka sekilas dan melepaskan pinggangnya hanya untuk menekan tombol lift lalu tangan itu kembali ke sana. "Kenapa harus malu? mereka harus tahu kalau kamu istriku," kata Pandu enteng. Ini lift khusus direksi, dan di jam makan siang seperti ini tak banyak anggota direksi yang terhormat itu masih menggunakannya, mereka biasa makan si

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 203

    Biasanya Alisya orang yang selalu punya rencana untuk hidupnya, kehilangan orang yang menjadi sandarannya sejak kecil membuat wanita itu harus berhati-hati dalam bertindak karena jika dia terjatuh tidak akan ada lagi yang membantunya bangkit. Akan tetapi semenjak mengenal Pandu entah kenapa Alisya selalu bertindak sembrono, seperti kali ini. Kenapa bisa dia lupa kalau dulu Pandu melarang keras dirinya untuk datang lagi ke kantor yang pernah menjadi tempatnya mencari nafkah ini. Dulu saat dirinya begitu tergantung pada laki-laki itu untuk pengobatan ibunya, lagi pula memang dia tidak melihat jalan lain selain menuruti keinginan Pandu. Pandu suaminya dan dia sangat berharap hubungan mereka juga sama kuatnya seperti hubungan orang tuanya dulu, sampai maut memisahkan. Meski sekarang mereka dalam tahap hubungan yang baru, tapi Pandu sekalipun tidak pernah mengundang Alisya untuk datang ke kantornya. Jadi seharusnya dia tidak sepercaya diri ini. "Alisya? kamu Alisya bukan?" A

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 202

    "Biar saya bantu, bu. Ibu ingin masak apa?" Alisya menoleh ke belakang dan melihat kepala chef berdiri di sana, laki-laki berusia awal lima puluhan itu tersenyum ramah."Maaf ya, pak. Saya pinjam dapurnya untuk membuatkan suami saya makanan, dia sedang tidak bisa makan kalau tidak masakan saya," kata Alisya sambil meringis. Kalau dipikir-pikir konyol memang tapi Alisya tahu kalau Pandu tidak pura-pura, laki-laki itu memang sudah terbiasa makan masakan yang memang diperuntukkan untuknya, tapi tidak dapat dipungkiri keadaan ini juga sedikit meningkatkan rasa percaya dirinya, dia merasa dibutuhkan."Bu Alisya sedang hamil?" tanya si bapak yang membuat telur di tangan Alisya hampir saja tergelincir. "Hah! kok bapak bisa berpikir begitu, anak saya saja belum setahun," kata Alisya saking kagetnya. Pernikahannya dengan Pandu bahkan belum berumur satu minggu dan mereka bahkan belum pernah melakukan hubungan suami istri bagaimana mungkin dia bisa hamil? ada-ada saja. Tapi tentu saja selain

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 201

    Alisya tak menyangka kalau Pandu bisa sekejam ini. Ini keadaan yang sulit untuknya, belum pernah dia mengalami sesulit seperti ini."Kamu kenapa menangis? apa ada yang menyakitimu? Al ada apa?" nada suara Pandu yang panik membuat Alisya makin sesenggukan. Oh dia sebenarnya tak ingin menangis, apalagi untuk hal yang tidak jelas seperti ini. Tanpa sepengetahuannya Pandu benar-benar memasukkan nasi goreng buatannya tadi pagi ke dalam kotak yang dia tunjukkan dan saat ini mereka sedang melakukan video call dan laki-laki itu menunjukkan kotak bekal itu sebagai makan siang. Sontak saja hal itu membuat Alisya merasa bersalah, dia merasa makin menjadi istri terburuk di dunia, selama ini dia sibuk melindungi diri dan hatinya dari Pandu yang menurutnya adalah suami yang buruk, dan itu membuatnya tak bisa melihat kebaikan laki-laki itu. Dengan uang berlimpah yang dia miliki laki-laki itu bahkan bisa membeli makanan semewah apapun di restoran, tapi sekarang laki-laki itu lebih memilih makan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status