Share

Bab 154

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-09 18:28:59

“Pak Fahri anda mau kemana?”

Jika setiap hari seperti ini, Alisya yakin dia bisa terlihat lebih tua dari pada bulek Par.

Fahri menghentikan langkahnya dan menatap Alisya dengan wajah cemberut. “Kamu bukan atasanku jadi aku tidak wajib lapor padamu,” katanya tak enak didengar telinga.

Alisya menatap laki-laki yang seharusnya menjadi atasannya dengan datar, dia sangat beruntung terlahir sebagai kerabat pak Amin, jika tidak sudah lama dia jadi gelandangan karena sama sekali tidak becus dalam bekerja.

Parahnya bukan karena Fahri bodoh, tapi karena terlalu malas dan meremehkan pekerjaan.

Fahri pernah menjadikan hotel mereka sebagai tempat menginap rombongan keluarga kerajaan negri sebrang yang sedang berlibur di sini selama satu bulan dan juga berhasil menjadikan tempat ini pesta ulang tahun anak salah satu pejabat dan juga konglomerat di daerah sini dan Alisya tahu prestasi itu tanpa campur tangan Sasti ataupun pak Amin.

Akan tetapi sifat angin-anginannya itu yang membuat semua o
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 155

    “Sayang... kamu datang.” Alisya menatap dirinya sendiri, hari ini dia menggunakan blus sutra warna krem dipadukan dengan celana potongan lurus, terlihat rapi dan profesional dan sama sekali tidak ada jejak... penggoda. “Ehm... saya akan ke ruangan saya dulu saya tunggu dokumen itu sebelum makan siang, pak.” Alisya mengangguk dengan sopan  Dia langsung pergi tanpa menunggu jawaban dua orang yang sedang berpelukan mesra itu. Alisya langsung menarik napas lega begitu menutup ruangan atasannya itu, bagaimanapun sebagai orang yang dibesarkan dengan adat ketimuran yang kental dia sangat malu melihat hal seperti itu, meski kedua pelaku sama sekali tidak merasa malu sama sekali. “Ibu seperti baru saja melihat setan,” tegur Dara, sekretaris Alisya saat melihat atasannya itu berjalan terbirit-birit dengan wajah pucat. “Memang, kamu hati-hati. Banyak-banyak baca doa,” jawab Alisya asal. “Emang di mana ibu melihatnya?” tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 156

    “Kamu kan yang sudah mengadu pada Sasti, kekanak-kanakan sekali sih begitu saja ngadu.” Tanpa permisi Fahri langsung masuk ke dalam ruang kerja Alisya dan menatap bawahannya itu dengan tajam, sedangkan Alisya hanya menatap laki-laki itu datar tanpa emosi. “Saya tadi heran, apa anda begitu baik hati mau mengantar laporan ke ruangan saya.” Sindiran itu membuat Fahri makin kesal. Alisya tahu banyak karyawan di sini yang menganggapnya bodoh. Dia mau saja menghandle pekerjaan Fahri yang secara strukture adalah atasannya sekaligus pimpinan tertinggi di hotel ini tanpa tambahan tunjangan atau bahkan ucapan terima kasih. Mereka salah, Alisya bukannya tidak menyadari kalau Fahri memanfaatkannya, sebelum dirinya bergabung di sini jika Fahri berulah dan membatalkan meeting penting, mereka hanya akan diam saja, bahkan meski banyak klien yang protes Fahri akan mengatakan. “Mereka bisa mencari tempat lain jika tidak puas dengan pelayanan di sini.” Akibatnya Sasti yang harus turun tangan unt

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 157

    Alisya memang jarang menghadiri pesta, apalagi sebagai pendamping Pandu. Satu-satunya pesta yang dia hadiri bersama Pandu adalah pesta ulang tahunnya dulu yang berakhir dengan kecewa. Alisya bukannya tidak suka pesta dia hanya tak suka pandangan meremehkan dan penuh penghakiman dari yang hadir. Para orang-orang kaya yang hadir akan berlomba mempertontonkan betapa mahal pakaian yang melekat di tubuhnya atau betapa Wow dandanannya.“Kamu terlihat cantik malam ini. Jangan gugup.” “Terima kasih, tapi orang cantik juga berhak gugup,” kata Alisya datar menyembunyikan kegugupannya, gaun hitam dengan potongan sederhana tapi elegan yang dia pakai tadi terasa terlalu sederhana  jika dibanding orang-orang yang ada di sini. “Ah ternyata kamu benar-benar gugup, pegang tanganku semuanya akan baik-baik saja.” Alisya menatap tangan  yang terulur padanya lama. “Ah kamu kelamaan mikirnya.” Tiba-tiba saja tangan Alisya sudah ada dala

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 158

    “Kemana sih kamu mas, awas saja kalau berani tak mengajakku!” Wanita itu baru saja keluar dari salon mahal di salah satu kawasan mall terbesar di kota ini, suaminya punya banyak uang dan tugasnyalah untuk menghabiskan uang itu. Pakaian mahal koleksi butik ternama sudah dia beli dua hari yang lalu, dan rencananya dia juga akan menggunakan koleksi berliannya, suaminya tidak akan rugi membawanya ke pesta itu, dia sangat percaya diri akan menjadi pusat perhatian di sana. Undangan itu dia tahu tergeletak di meja kerja suaminya minggu lalu tapi dia belum sempat menanyakan lebih lanjut karena laki-laki itu terlihat sangat sibuk dan selalu pulang malam. “Ayo angkat teleponku,” gerutunya kesal. Berulang kali dia menghubungi nomer sang suami tapi sama sekali tidak ada jawaban dari ujung sana, wanita itu menggeram kesal dan melempar ponsel mahalnya ke dalam tas setelah mengirim pesan untuk menjemputnya nanti malam tepat waktu. Sekarang dia hanya perlu tidur sebentar untuk mengistirahatkan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 159

    Ini sudah keterlaluan. Ibu Pandu memang nenek kandung Bisma, tapi bukan berarti bisa seenaknya mengambil Bisma di daycarenya. “Saya ini neneknya, saya berhak membawa Bisma bersama saya!” kata wanita paruh baya itu kukuh. Alisya memejamkan matanya sebentar, berusaha menahan kemarahan dalam hatinya bagaimanapun wanita itu pernah menjadi ibu mertuanya dan sudah sepatutnya dia hormati. “Bisma!” Alisya langsung mengambil.. ehm tepatnya merebut anaknya yang menangis kencang, saat nyonya Wardhana berusaha menggendong anak itu yang sedang sibuk bermain dengan pengasuhnya. “Apa yang nyonya lakukan?” tanya Alisya datar. Entah mengapa akhir-akhir ini banyak orang yang menguji kesabarannya, dia yang ceria dan penuh senyum kini berganti wanita yang suka berkata datar dan penuh ancaman. Alisya bukannya menyukai perubahan dirinya ini, dia merasa tidak menjadi dirinya sendiri, tapi mau bagaimana lagi keadaan menuntutnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 160

    “Memangnya kenapa kalau mama pingin dekat dengan cucu mama, Bisma pasti akan lebih bahagia dan terjamin hidupnya bersama kita.” Ih gedeg rasanya Alisya mendengar ucapan mantan mertuanya ini, apa mereka pikir uang bisa menyelesaikan segalanya.“Ma, apa yang mama katakan Bisma masih minum ASI,” bantah Pandu yang terlihat tidak setuju dengan usul mamanya. “Alisya bisa tinggal bersama kita dan memberinya Asi setiap hari,” kata sang mama dengan pandangan tak bisa dibantah pada Alisya. Jika dulu Alisya hanya akan menunduk patuh pada apa yang dikatakan sang nyonya tapi tidak untuk sekarang, mama mertuanya juga bagian dari luka masa lalunya dan tidak ada kewajiban baginya untuk mematuhi wanita itu lagi. “Maaf, Nyonya saya dan anak saya punya kehidupan sendiri,” kata Alisya yang sama sekali tidak berusaha menutupi rasa tak nyamannya. “Sombong-“ “Nyonya?”  Pandu memotong cepat ucapan ibunya, dia terkejut dengan panggilan Ali

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 161

    “Mama sudah membuka jalan untukmu tapi kamu mementahkan lagi usaha mama.” Pandu hanya diam menerima omelan mamanya, dia tahu sang mama sangat menyayanginya meski cara yang dia gunakan selalu tidak sama dengan para ibu di luar sana. Ibunya tak terlalu suka dengan anak kecil, bahkan meski itu anak kandungnya sendiri. Pandu tak mau masa kecil anaknya akan sama seperti dirinya dulu, kesepian dan merasa ditinggalkan. Jangankan menemaninya bermain dan belajar, bahkan saat acara kelulusan saja Pandu harus memohon pada ayah dan ibunya untuk mengosongkan jadwal mereka yang sudah sangat padat dengan acara di luar sana. Pandu sadar dirinya juga tak berbeda jauh dengan sang ayah yang memang gila kerja, karena itu dia sama sekali tak berharap memiliki istri seperti ibunya. Pandu menyayangi ibunya karena tanpa sang ibu dia tidak akan mungkin lahir ke dunia ini, tapi tentu saja baginya sebagai seorang anak mengandung dan melahirkan saja t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 162

    Sebenarnya ada apa dengan kedua orang tuanya, mengapa mereka begitu memaksanya. “Aku tidak tahu kalau di rumah akan ada acara makan bersama?” tanya Pandu langsung begitu panggilan pada ayahnya diangkat. “Bawalah Alisya dan Bisma bersamamu malam ini,” kata sang ayah tenang. “Papa bercanda, kami bukan keluarga utuh yang bisa pergi kalau aku mau.” “Papa tahu, karena itu kamu harus berjuang untuk mereka,” kata sang ayah dari seberang sana dengan yakin. Pandu terdiam sejenak, sampai suara sang ayah kembali terdengar dengan jelas. “Apa kamu merasa tak mampu membawa mereka kembali atau kamu memang tidak ingin melakukannya?” Pandu menghela napas berat. “Papa pasti tahu saat ini bersama mereka adalah hal yang paling aku inginkan.” “Syukurlah kalau begitu jadi tidak ada masalah bukan.” “Setelah apa yang dilakukan mama tadi siang peluangku untuk mewujudkan semuanya berjadi turun drastis.” “Kamu menyalahkan mamamu? Dia hanya ingin membantumu.” “Selain doa dari mama aku tak butuh bant

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 346

    Beberapa kali Pram menengok Arlojinya dengan gelisah. Ini sudah hampir jam sepuluh malam, dia lalu menengok ponselnya tidak ada pesan sama sekali. Kemana dia? Padahal Pram sudah ada di rumah tepatnya di ruang kerjanya sejak selesai makan malam, malam ini dia makan sendiri di meja makan besar itu. Laras belum kembali sejak minta izin meninggalkan kantor lebih cepat tadi siang. Dan Clara wanita yang katanya baru sembuh dari sakit itu menghilang entah kemana, bahkan dia juga tidak mengatakan apapun pada para pembantu. “Tuan, nyonya sudah pulang.” Pram menghela napas lega. “Baiklah terima kasih, Bi. Tolong siapkan makanan untuknya dan juga susu hangat dia pasti sangat lelah.” “Ehm... tuan. Tapi nyonya sama sekali tidak makan setelah jam tujuh malam, biasanya hanya makan buah saja itupun kalau benar-benar lapar.” “Apa maksudmu dia pemakan segala, bahkan kami pernah makan nasi goreng di pinggir jalan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 345

    Clara tak ingin seperti ini. Dia mencintai Pram. Belum pernah dia memiliki rasa cinta seperti pada laki-laki itu. Tapi dia juga realistis, dia tentu saja memilih ayah Pram yang lebih royal padanya dan memanjakannya dengan kasih sayang. Pram memang sesekali mengajaknya jalan tapi tak sekalipun memberikan barang-barang mahal, apalagi waktu itu sang papa butuh suntikan dana dan ayah Pram mau memberikannya asalkan mereka menikah. Clara tak punya pilihan lain, ayah Pram memang masih tampan meski sudah berumur. Clara tentu saja tak menolak, tapi lambat laun dia sadar kalau cintanya hanya untuk Pram seorang dan dia bertekad akan mengejarnya tak peduli kalau statusnya saat itu ibu tiri laki-laki yang dia cintai. “Kenapa kamu membuatnya mati lebih cepat! Seharusnya kamu memastikan dulu isi surat wasiatnya!” “Kenapa papa menyalahkan aku, surat wasiatnya semula aku menerima dua puluh lima persen kekayaannya tapi dia mengubahnya, dan pengacara itu sama sekali tidak bisa diandalkan, harusnya

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 344

    Laras menatap rantang yang dia bawa. Dia sengaja masak daging dan juga ayam hari ini. Sejujurnya dia sama sekali tak tahu apa makanan kesukaannya. Lebih dari seperempat abad dia mengenalnya tapi mereka bahkan bisa dibilang orang asing dalam satu rumah. Ini akan canggung, tentu saja. Laras tidak pernah bersikap baik pada ayahnya seumur hidupnya pun demikian dengan sang ayah. Yang dia ingat dari sosok itu hanya bentakan dan pukulan, tak ada yang lain. Tapi hari ini dia mau menyempatkan diri untuk menjenguk serta membawakan makanan. Bukan karena dia memaafkannya atau ingin minta maaf karena laki-laki itu harus terlibat masalah seperti ini. Laras tidak bersalah dia selalu menekankan hal itu pada dirinya sendiri. Ini salah ayahnya sendiri kenapa begitu lancang meminta uang pada mertuanya, kenapa ayahnya begitu tak tahu malu melakukan itu semua. Padahal uang milyaran yang diberikan Pram saja sudah dia berikan semua. Laras tahu meski kecil dalam hati kecilnya dia masih menyayang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 343

    Pram menatap Alisya yang makan dengan tenang. “Tumben suamimu membiarkanmu lepas seperti ini.” Alisya tak menanggapi dia mengaduk jusnya dan menyerutnya dengan tenang, Clara sudah pergi sepuluh menit yang lalu tak tahan dengan sikap dingin Alisya dan juga sikap Laras yang menganggap wanita itu tak ada di sana. Hanya Pram yang masih sesekali berbicara dengannya, meski itu juga seolah terpaksa, wanita itu merajuk. Pram tahu itu tapi dia tidak wajib membujuknya, tentu saja jadi yang dia lakukan adalah meneruskan makan siang mereka dengan tenang. Baik Laras maupun Alisya seperti tak peduli dengan kepergian Clara, hanya saja saat Laras pergi ke kamar mandi Pram tidak tahan dalam keadaan seperti ini, hubungan keduanya sangat baik dan hangat tentu saja Pram tak ingin membuat masalah dengan Alisya. Karena bagaimanapun dia menyayangi wanita itu. Alisya melambaikan tangan pada pelayan yang lewat dan memesan dua mangkuk ice cream strawberry dan setelah pelayan menghidangkannya dia memberika

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 342

    “Aku suka caramu membuat format laporan simple dan praktis, aku minta kamu melakukan hal yang sama untuk laporan yang masuk siang ini.” Ini pengalaman pertamanya bekerja dengan Pram, ternyata suaminya itu sangat teliti dan perfecsionis, untung saja Laras bukan tipe orang yang menye-menye bahkan tadi Pram menegurnya dengan keras saat membuat kesalahan tapi tak segan memuji jika pekerjaan Laras memuaskan. Pram di kantor dan di rumah sangat berbeda, Laras tak tahu dia lebih menyukai versi suaminya yang mana, tapi yang jelas Laras sangat tidak menyukai suaminya saat ada di dekat wanita ini. “Pram apa semua baik-baik saja? kamu sepertinya sangat sibuk apa perlu aku juga bekerja di sini?” Laras langsung mengangkat kepalanya dan menatap Clara yang tiba-tiba datang lalu memeluk Pram seolah mereka sepasang kekasih. Pram yang tak enak hati langsung melepaskan pelukan Clara tapi wanita itu sepertinya urat malunya sudah putus bahkan beberapa karyawan yang melintas sempat menoleh pada ruangan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 341

    Pram tahu kalau sang istri ingin sekali pergi dari tempat ini secepatnya, tapi dia tidak akan membiarkan hal itu. Pram tak perlu obat tidur untuk membuat sang istri tidur lelap. Kekenyangan adalah obat tidur paling mujarab untuk Laras, Pram bahkan yakin istrinya itu tidak akan bangun meski ada gempa saat sudah tidur. Hidup bersama dalam satu atap beberapa bulan ini membuat Pram tahu sekali kebiasaan istrinya itu. Setelah yakin Laras tertidur Pram masuk ke kamar bibi yang ditempati wanita itu, bukan masalah jika kamar itu terkunci, Pram tahu dimana letak kunci cadangannya. “Wah kamu benar-benar seperti beruang yang sedang hibernasi,” gumam Pram yang melihat Laras sudah pulas padahal baru saja mereka berdebat. Perlahan dia mengangkat tubuh sang istri dan memindahkannya ke kamar utama, benar dugaannya jangankan terbangun saat dipindahkan terganggu saja tidak. “Astaga benar-benar kamu ini,” kata Pram sambil menggeleng

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 340

    Laras tak bisa tidur malam ini, bahkan setelah meminum pil pereda nyeri. Padahal badannya sakit semua serasa baru dipukuli orang satu kampung.Tapi...Perutnya lapar dan itu berbahaya. Karena Laras tidak suka kelaparan. Tapi kali ini dia akan bertahan di dalam kamar ini. Dia tidak pernah kembali kekamar utama dan memilih tidur di kamar bibi, agak sempit memang dan tentu saja fasilitasnya tidak seperti kamar utama, tapi tentu saja kamar ini lebih baik dari kontrakan Laras dan ibunya dulu paling tidak kasurnya sangat empuk dan atapnya tidak bocor dan yangpaling penting... tempat tidurnya kecil. Pram tidak akan mau tidur di sini. Bukan Laras terlalu percaya diri kalau sekarang Pram memang mau tidur dengannya. Laki-laki itu sendiri yang mengatakan, terutama setelah kejadian tadi. Sayangnya perutnya benar-benar tak bisa kompromi, dengan kesal Laras bangun dan mengendap masuk ke dapur, dia tidak tahu apa masih ada sisa bahan makanan atau tidak. “Sabar ya, Sayang. Kita cari dulu,” ka

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 339

    "Apa kamu bermaksud ingin menggodaku." Laras berbalik untung saja dia tidak refleks menyiramkan air yang dia pegang pada Pram. "Apa maksudmu dengan menggoda, aku sedang minum?" Pram tersenyum miring dan menatap Laras dari atas ke bawah terang-terangan, Laras yang mengikuti arah pandangan Pram langsung sadar kalau sekarang dia hanya menggunakan baju tidur kurang bahan. "Sialan! Mau aku colok matamu," jawab Laras ketus. Laras meletakkan gelasnya dengan kasar dan buru-buru lari ke kamar sial kenapa dia bisa lupa. Tapi Pram tak membiarkan sang istri untuk pergi dari hadapannya. "Siapa yang menyuruhmu pergi, kamu harus tanggung jawab." "Apa maksudmu?" tanya Laras sambil menelan ludah. "Tentu saja karena membuat aku menginginkanmu," kata Pram sambil tersenyum jahil. Laki-laki itu menarik tangan sang istri kuat. Kalah tenaga, Laras teerhuyung ke depan dan jatuh tepat dipelukan suaminya. "Lepas! ini pelecehan!" "Hahaha... kamu lupa kita suami istri bahkan aku berhak m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 338

    "Percaya diri sekali aku. Pram tidak akan masuk ke kamar ini, kami tidak perlu pura-pura di sini." Laras memilih baju-baju yang tergantung di sana, bukan seleranya memang tapi dia tidak mungkin memakai baju yang tadi untuk tidur. Lagi pula ada selimut, dia bisa menggulung tubuhnya seperti kepompong dan tidur nyenyak sampai pagi. Laras mengangguk itu rencana yang sangat bagus menurutnya. Dia segeraa mengambil satu baju asal saja, dan membawanya ke kamar mandi saat keluar dari kamar mandi Laras langsung berlari ke atas ranjang dan menggulung dirinya dengan selimut tebal, tapi tak lama dia kembali membuka selimut itu karena panas dan pengap, akhirnya dia hanya menutupi tubuhnya dengan selimut meski masih kepanasan tapi dia harus bisa bertahan, menurunkan suhu ruangan menjadi pilihannya. Laras menunggu dengan tegang di dalam kamar, dia memang sudah mengunci pintu kamar ini khawatir Pram tiba-tiba masuk dan melihatnya yang sedang berpakaian tak layak. Sampai jauh malam Laras sama se

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status